LAPAN: Warga 6 Daerah Bisa Lihat Super Blue Blood Moon

Biak, Garut, Pasuruan, Pontianak, Sumedang, dan Bandung dapat menyaksikan dan mengamati terjadinya Super Blue Blood Moon.

oleh Arie NugrahaHairil HiarOla KedaHuyogo Simbolon diperbarui 31 Jan 2018, 18:38 WIB
Selain di Bandung, LAPAN juga melakukan pengamatan gerhana bulan total atau fenomena Super Blue Blood Moon di Pameumpeuk, Tanjungsari, Watukosek, Pontianak, dan Biak. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Liputan6.com, Bandung - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyatakan, warga enam daerah di Indonesia, yaitu Biak, Garut, Pasuruan, Pontianak, Sumedang, dan Bandung dapat menyaksikan dan mengamati terjadi purnama dan Gerhana Perige atau Super Blood Moon ditambah Blue Moon (Super Blue Blood Moon).

LAPAN menyebutkan bahwa tahapan Gerhana Bulan dimulai pukul 17.51 WIB, saat Bulan purnama meredup, terdapat tiga peristiwa dalam satu malam.

Menurut doktor astrofisika dari Pusat Sains Antariksa LAPAN, Rhorom Priyatikanto, tiga peristiwa itu yang pertama adalah terjadinya Supermoon di mana terjadinya purnama saat Bulan berada dekat dengan Bumi.

Bulan akan tampak 6 persen lebih besar dan 12 persen lebih terang. Adapun, peristiwa kedua terjadinya Blue Moon. Menurut Rhorom, Blue Moon purnama kedua dalam sebulan. Terakhir, Blood Moon atau gerhana terjadi ketika bulan tertutup bayangan Bumi.

"Hanya sebagian kecil cahaya Matahari yang terbiaskan atmosfer Bumi dan mencapai muka bulan. Makanya bulan tampak gelap kemerahan," kata Rhorom Priyatikanto melalui pesan pendek yang diterima Liputan6.com di Bandung, Jawa Barat, Rabu (31/1/2018).

Berdasarkan siklus yang dicatat oleh otoritasnya, dalam setahun rata-rata terjadi dua kali gerhana bulan. Dengan kata lain, musim gerhana berulang setiap 173 hari. Untuk peristiwa Supermoon, imbuh Rhorom, biasanya dapat berulang setiap 417 hari.

Akan tetapi, Rhorom menyatakan untuk terjadinya peristiwa perpaduan keduanya atau Super Blood Moon bisa berulang sekitar tujuh tahunan. Peristiwa Super Blue Blood Moon malam ini, perulangannya lebih lama dari Supermoon dan purnama. Terakhir terjadi di Indonesia, pada 30 Desember 1982. "Ini kejadian yang sangat langka," ujar Rhorom.

Adanya peristiwa langka seperti Super Blue Blood Moon tidak berdampak negatif ke permukaan Bumi. Hanya terjadi peningkatan amplitudo gaya pasang surut sebesar 18 persen.

Warga enam daerah di Indonesia yang dapat melihat Super Blue Blood Moon dapat mengamati langsung Kantor LAPAN setempat. Para peneliti yang hadir ikut mengamati akan menjelaskan seluruh pertanyaan terkait hal serupa. Selain melakukan pengamatan, di setiap Kantor LAPAN akan menggelar salat gerhana.

Berikut tahapan Gerhana Bulan Total atau Super Blue Blood Moon:

1. Pukul 17.51 WIB, purnama meredup.

2. Pukul 18.48 WIB, gerhana sebagian mulai. Bayangan Bumi tampak menggerogoti Bulan.

3. Pukul 19.52 WIB, gerhana total terjadi. Bulan tampak merah gelap.

4. Pukul 21.08 WIB, gerhana total selesai.

5. Pukul 22.11 WIB, gerhana sebagian selesai.

6. Pukul 23.08 WIB, purnama kembali normal


LAPAN Gelar Nobar Live Streaming Super Blood Blue Moon

Selain di Bandung, LAPAN juga melakukan pengamatan gerhana bulan total atau fenomena Super Blue Blood Moon di Pameumpeuk, Tanjungsari, Watukosek, Pontianak, dan Biak. (Liputan6.com/Huyogo Simbolon)

Indonesia mendapatkan kesempatan istimewa untuk menyaksikan Gerhana Bulan Total, Rabu (31/1/2018) malam. Tak ingin melewatkan kesempatan tersebut, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyiapkan arena nonton bareng atau nobar.

Kegiatan dilaksanakan pada Rabu petang ini. Acara menyaksikan Gerhana Bulan langka yang akan berlangsung selama sekitar empat jam itu terbuka bagi masyarakat umum.

"Untuk nanti malam ada pengamatan bagi masyarakat umum. Kita telah siapkan dua teleskop dan satu binokular," kata peneliti astronomi dan astrofisika LAPAN, Muhamad Zamzam Nurzaman, ditemui di kantornya.

Meski begitu, Zamzam menjelaskan, peserta yang dapat menyaksikan langsung memakai teleskop dibatasi 100 orang. "Acaranya gratis, tetapi kita sudah tutup pendaftarannya siang ini," tuturnya.

Untuk peserta yang menyaksikan lewat teleskop harus bergantian dari dak gedung. Sambil menanti giliran, peserta dapat menunggu di lantai bawah. Disediakan layar besar untuk menayangkan live streaming Gerhana Bulan.

"Nanti kita juga tampilkan video, live streaming dan slide presentasi. Satu orang akan mendampingi peserta untuk memberikan informasi tentang antariksa," katanya.

Zamzam berharap, warga dapat menyaksikan fenomena Gerhana Bulan langka itu sekaligus memanfaatkan kesempatan ini sebagai sarana pembelajaran. "Melihat animo masyarakat sangat tinggi jadi kami membuka untuk publik. Makanya, momen ini juga menjadi ajang untuk mengedukasi masyarakat," ucapnya.

Selain menggelar pengamatan untuk masyarakat umum, LAPAN juga melakukan penelitian khusus terhadap fenomena gerhana. "Untuk pengamatan yang dilakukan peneliti memakai dua teleskop yang diameternya lebih besar," tuturnya.

Meski melakukan penelitian, Zamzam mengatakan, tidak ada target khusus dalam kesempatan kali ini. Adapun tujuan pengamatan lebih kepada mengetahui tipe Bulan.

"Kita hanya akan mengambil citra gambar dan video resolusi tinggi. Untuk ke depannya mengamati temperatur di permukaan Bulan saat gerhana terjadi," ujarnya.

Dia mengatakan pula, fenomena gerhana sekarang bisa lebih detail melihat kawah Bulan. Meski tanpa menggunakan alat pun, sebenarnya warga biasa sudah bisa menikmati fenomena gerhana.

Selain di Bandung, LAPAN juga melakukan pengamatan Gerhana Bulan di Pameumpeuk, Tanjungsari, Watukosek, Pontianak, dan Biak.

 


NTT Dapat Saksikan Gerhana Bulan Total

Garis waktu untuk Super Blue Blood Moon. (Dokumentasi NASA)

Gerhana Bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan yang terjadi pada Rabu malam ini dan dapat diamati dari Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Gerhana Bulan Total (GBT) 31 Januari 2018 dapat diamati dari Indonesia," kata Kasi Data dan Informasi Stasiun Geofisika Kampung Baru Kupang, Sholakhudin Noor Falah, kepada Liputan6.com, Rabu (31/1/2018).

Berdasarkan data tersebut, kontak pertama kali antara Bulan dan bayangan Bumi terjadi pada pukul 18.49 Wita. Bayangan Bumi akan terus menutupi Bulan hingga puncaknya pada pukul 21.29 Wita dan akan lepas kontak antara bayangan Bumi dan Bulan pada pukul 00.09 Wita.

Keseluruhan proses gerhana, menurut dia, dapat diamati di Samudra Pasifik serta bagian timur Asia, Indonesia, Australia, dan bagian barat laut Amerika. Gerhana ini dapat diamati juga di bagian barat Asia, Samudra Hindia, bagian timur Afrika, dan bagian timur Eropa pada saat Bulan terbit.

Adapun proses gerhana pada saat Bulan terbenam dapat diamati di bagian utara Amerika dan bagian timur Samudra Pasifik. Sementara pengamat di bagian barat Eropa, sebagian besar Afrika, Samudra Atlantik, dan bagian selatan Amerika tidak akan dapat mengamati keseluruhan proses gerhana ini.

"Peristiwa ini merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya," katanya.

Gerhana Bulan sebelumnya yang berasosiasi dengan gerhana ini adalah Gerhana Bulan Total 21 Januari 2000. Adapun Gerhana Bulan yang akan datang dan berasosiasi dengan Gerhana Bulan ini adalah Gerhana Bulan Total 11 Februari 2036. Semua Gerhana Bulan dalam seri Saros 124 terjadi saat Bulan bergerak ke arah utara ekliptika Bumi.

 


Kondisi Langit dan Laut di Ternate Saat Gerhana Bulan

Gerhana Bulan Total pada 31 Januari 2018 disebut kejadian langka. (Ilustrasi: fstoppers.com)

Adapun BMKG Stasiun Babullah, Ternate, mengimbau warga pesisir pantai di wilayah Maluku Utara agar tidak panik saat akan terjadinya kombinasi tiga fenomena alam Gerhana Bulan Super malam ini.

"Berkaitan dengan fenomena Super Blue Blood Moon malam ini akan berdampak pada terjadinya pasang surut air laut di pesisir pantai, dan itu cukup tinggi bisa mencapai maksimum 1,3 meter, 1,7 meter atau lebih," ucap Vianca Adjie Putra, prakirawan BMKG Babullah, Ternate, saat dikonfirmasi Liputan6.com, Rabu (31/1/2018) malam.

Vianca mengemukakan, beberapa hari sebelumnya, BMKG kota setempat telah melakukan pemantauan di beberapa lokasi bibir pantai di Ternate. "Kami juga telah menginformasikan hal ini kepada warga terkait dampak fenomena ini," katanya.

"Gerhana Bulan di wilayah Indonesia timur ini dimulai pada pukul 19.49 WIT, fase total pada pukul 23.08 WIT, dan berakhir pukul 01.09 WIT," ia menambahkan.

Durasi totalitas Gerhana Bulan dari fase gerhana total hingga gerhana total berakhir diperkirakan berlangsung selama 1 jam 16,8 menit. "Durasi ini dinilai BMKG merupakan durasi totalitas terlama pada abad ini," sambung dia.

BMKG setempat memperkirakan malam ini hingga dini hari nanti, wilayah langit Ternate akan cerah dan berawan 30-50 persen. Alhasil, masyarakat di sana dapat mengamatinya dengan jelas.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya