Liputan6.com, Denpasar - Tahukah Anda mengenai jalak Bali? Burung yang dilindungi itu kini hampir punah.
Di beberapa titik kini dilakukan penangkaran untuk menjaga habitat burung dengan suara merdu tersebut. Salah satu habitat dan pusat penangkaran terbesar jalak Bali adalah di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, Bali.
Kepala TNBB, Agus Ngurah Khrisna menjelaskan taman nasional yang dinaunginya saat ini 19.026 hektare. TNBB terdiri dari beberapa bagian seperti terumbu karang, hutan mangrove, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi atau pegunungan.
"Itu untuk ekosistemnya," ucap dia saat Liputan6.com mengunjungi TNBB, Rabu (31/1/2018).
Baca Juga
Advertisement
Sementara untuk jalak Bali yang berada di alam liar jumlahnya mencapai 109 ekor. "Untuk yang di penangkaran jumlahnya sebanyak 317 ekor," ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Seksi Pakan dan Pendataan TNBB, Putu Yasa menjelaskan, salah satu kesulitan melakukan penangkaran dan pengembangbiakan jalak Bali adalah pada kandang yang baik untuk burung yang dilindungi tersebut.
Sebelum berperilaku aktif, maka burung Jalak Bali harus berada di penangkaran terlebih dahulu. "Semua itu harus disiapkan sejak ini. Itu yang sangst kurang. Kalau untuk pakan tidak ada masalah," ia memaparkan.
Kendala lain, oleh karena burung-burung tersebut dikembangbiakkan di penangkaran, maka untuk menumbuhkan sifat liarnya agar sulit. Jika burung dari penangkaran dilepas ke alam liar, maka mereka akan hidup bergerombol sama seperti ketika mereka masih berada di penangkaran.
Ia menjelaskan pula, membangkitkan sifat liar jalak Bali yang agak sulit. Sebab, membutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk melepaskannya dari fase berkelompok.
"Jalak Bali rasa ingin tahunya begitu tinggi, sehingga mereka tidak terkonsentrasi di satu titik saja. Untuk yang dilepasliarkan sudah banyak,” ujarnya.
Pulau Menjangan
Tak hanya jalak Bali, di TNBB juga terdapat Pulau Menjangan. Dari namanya saja, pulau itu menjelaskan banyak hewan menjangan yang mendiaminya.
Hanya saja, Pulau Menjangan sifatnya sebagai hutan musiman. Otomatis, pada waktu tertentu menjangan akan bermigrasi dari pulau itu ke wilayah lainnya.
Saat musim kemarau di Pulau Menjangan, kering sumber airnya. Kalau sudah begitu, binatang itu akan menyeberang ke TNBB di Teluk Berumbun.
"Kami melakukan pembinaan habitat. Ada bak satwa yang kami isi air untuk memenuhi kebutuhan air menjangan yang bermigrasi di musim kemarau," paparnya.
Begitu juga dengan pakan, Krishna menyebut pihaknya selalu menyiapkannya untuk menjangan yang bermigrasi.
"Pakan alami mereka juga terbatas di sana. Jumlah mereka sekitar 50-60 ekor. Kawasan Pulau Menjangan seluar 172 hektare dengan ketersediaan pakan yang kurang. Kami juga menyiapkan pakan untuk mereka," ujarnya.
Di sisi lain, sejumlah hewan liar masih mudah ditemui di TNBB. Sejak pagi hari, Liputan6.com yang menjelajah masuk ke dalam hutan mendapati sejumlah hewan liar berkeliaran di sana.
Melintasi jalan bebatuan, sejumlah kera bergerombol di pinggir-pinggir jalan. Seakan tahu ada tamu yang berkunjung ke wilayahnya, mereka bergerombol dengan harapan mendapat makanan.
Di tempat lain, babi hutan melintas begitu saja meski di dekat manusia. Hewan itu terus mengendus-endus tanah dengan harapan mendapat makanan untuk mengisi perut di sore menjelang malam.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement