Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Kabinet (Seskab), Pramono Anung membantah tudingan bahwa aksi Presiden Jokowi yang menjadi imam salat ketika berkunjung ke Afghanistan merupakan bentuk pencitraan.
"Ini tak ada hubungan atau urusan pencitraan, enggak ada," tegas Pramono di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Advertisement
Pramono menceritakan bagaimana Jokowi bisa menjadi imam ketika salat berjamaah bersama Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan sejumlah menterinya.
Ia menuturkan, sebelum mengambil air wudhu, Jokowi mendapat kehormatan untuk menerima pakaian yang dipakai Presiden Ghani pada saat salat Zuhur.
Lalu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu memberikan peci hitam yang ukurannya telah disesuaikan dengan kepala Presiden Afghanistan.
"Setelah itu salat bersama. Pada saat salat pertama yaitu melaksanakan salat Zuhur, yang menjadi imam adalah Imam Besar Afghanistan," tutur Pramono.
Izin Salat Jamak
Usai Zuhur, Jokowi kemudian meminta izin kepada Presiden Ghani dan imam besar untuk melakukan salat Jamak Ashar Takdim.
"Kemudian Presiden Afghanistan, imam besar dan semuanya mempersilahkan Presiden (Jokowi) untuk jadi imam. Jadi, Presiden memimpin imam untuk salat jamak Ashar 2 rakaat, dan setelah itu sampai selesai salam," terang Pramono.
Pramono mengatakan foto yang beredar di media sosial adalah dua persitiwa, yakni salat Zuhur yang diimami oleh Imam Besar Afghanistan dan yang satu salat jamak Ashar yang dipimpin Jokowi.
"Kalau dijamak biasanya untuk Ashar, karena memang pada waktu itu sudah tidak mungkin untuk menunggu salat Ashar sehingga dijamak lah oleh Beliau," kata Pramono.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Advertisement