BPS: Inflasi Januari 2018 Tercatat 0,62 Persen

BPS mencatatkan inflasi Januari 2018 lebih rendah ketimbang Januari 2017 sebesar 0,98 persen.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 01 Feb 2018, 11:16 WIB
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Januari 2018 sebesar 0,62 persen. Adapun untuk inflasi tahun kalender 2018 sebesar 0,62 persen. Sedangkan inflasi dari tahun ke tahun sebesar 3,25 persen.

"Inflasi Januari 2018 ini lebih rendah dibandingkan Januari 2017 yang sebesar 0,98 persen. Akan tetapi lebih tinggi dibandingkan Januari 2016 ada inflasi 0,51 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta, Kamis (1/2/2018).

BPS melaporkan dari 82 kota yang masuk dalam perhitungan, 79 kota alami inflasi, sedangkan tiga kota alami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Bandar Lampung sebesar 1,42 persen. Sedangkan terendah di Tangerang sebesar 0,04 persen.

Untuk deflasi tertinggi tercatat di Jayapura sebesar 1,12 persen. Sedangkan deflasi terendah terjadi di Meulaboh sebesar 0,14 persen.

Sebelumnya, kenaikan harga jual bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi mengerek laju inflasi pada Januari 2018. Inflasi bulan pertama tahun ini diperkirakan bergerak pada rentang 0,6 persen sampai 0,8 persen.

"Inflasi di Januari 2018 diperkirakan sebesar 0,89 persen MoM atau 3,52 persen YoY dari 3,61 persen YoY pada bulan sebelumnya (Desember 2017)," kata Ekonom dari PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede dalam pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Kamis 1 Februari 2018.

Asal tahu, prediksi inflasi pada Januari ini sebesar 0,89 persen lebih tinggi dibanding realisasi 0,71 persen pada Desember 2017. Sedangkan dibanding capaian inflasi Januari 2017 yang sebesar 0,97 persen, proyeksi inflasi di bulan pertama 2018 lebih rendah.

Josua lebih jauh menjelaskan, pendorong inflasi di Januari, antara lain inflasi gejolak pangan (volatile food) dan barang-barang yang diatur pemerintah (administered prices). Sementara inflasi inti cenderung terjaga dengan perkirakan 2,98 persen YoY.

"Inflasi volatile food diperkirakan meningkat seiring kenaikan harga komoditas pangan akibat penurunan stok pangan dalam negeri," dia menerangkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Penyumbang Inflasi Januari

Ilustrasi Inflasi (iStockphoto)

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara meramalkan inflasi pada Januari ini berada di kisaran 0,65 persen-0,75 persen.

"Penyumbang paling besar ada di volatile food, khususnya harga beras di pasar tradisional yang naik 3,4 persen (MoM) dan cabai merah naik 7,74 persen (MoM)," Bhima mengatakan.

Sementara dorongan dari inflasi harga barang-barang yang diatur pemerintah, dia menambahkan, sebagian disebabkan ada kenaikan harga BBM nonsubsidi, baik Pertamax maupun Pertalite.

"Andil inflasi dari volatile food di Januari ini prediksinya 0,4 persen atau lebih tinggi dari periode yang sama 2017 sebesar 0,13 persen," paparnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya