Sejarah Jalan Mampang dan Misteri Sosok Pangeran Wiraguna

Disebutkan, kawasan Mampang merupakan milik Pangeran Wiraguna. Tuan tanah Belanda atau keturunan Raja Majapahit?

oleh Sunariyah diperbarui 01 Feb 2018, 17:28 WIB
Makam Pangeran Wiraguna di Jalan Pejaten Barat, Jakarta Selatan. (Fadjriah Nurdiarsih)

Liputan6.com, Jakarta - Bergulirnya rencana perubahan nama Jalan Mampang Raya dan Buncit Raya menjadi Jalan AH Nasution, menuai polemik. Perkumpulan Masyarakat Betawi yang diinisiasi Betawi Kita tegas menolak rencana itu. Alasannya, perubahan nama itu bisa menghilangkan nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat Betawi.

Lepas dari polemik itu, rencana perubahan nama tersebut membuat sebagian masyarakat menengok kembali asal-muasal dan sejarah nama Mampang dan Buncit Raya.

Jalan Mampang dan Buncit Raya berada di wilayah Jakarta Selatan. Jalan ini merupakan salah satu jalan protokol, juga termasuk jalan terpanjang di Ibu Kota.

Zaman Megawati Soekarnoputri jadi presiden, 2001-2004, sang Ibu Presiden sering melewati Jalan Mampang sepulang dari Istana Kepresidenan menuju rumah pribadinya di Kebagusan, Jakarta Selatan. Iring-iringan kendaraan Mega terlihat kerap melintasi Jalan Mampang, tembus Kebun Binatang Ragunan, dan keluar di Pintu Timur Kebagusan.

Nama Mampang sudah lama tersemat di jalan tersebut. Meski belum ada sumber pasti, namun disebutkan, nama Mampang sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.

Penulis buku Asal Usul Nama Tempat di Jakarta, Rachmat Ruchiat, kepada Liputan6.com menyebutkan, Mampang berasal dari nama kali, Kali Mampang. Kali ini berhulu di Kebun Binatang Ragunan dan bermuara di Kali Krukut, di Kompleks Satria Mandala, Jakarta Selatan.

"Tercatat pada 2 Desember 1695, kawasan dari hulu sampai muara Mampang merupakan milik Hendrik Lucaasz Cardeel alias Pangeran Wiraguna," kata Rachmat, Kamis (1/2/2018).

Ada juga pendapat lain yang menyebut, Mampang merupakan nama pohon yang dulu banyak tumbuh di kawasan itu.

"Lengkapnya Jalu Mampang. Latinnya Monstera Pertusa Auct," ujar peneliti kebudayaan Betawi, Yahya Andi Saputra.

 

 


Sosok Pangeran Wiraguna

Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Jalan Mampang, Jakarta, Senin (1/1). Kondisi lalu lintas di Jakarta saat libur Tahun Baru ini terpantau lengang dibanding hari-hari biasanya yang kerap menjadi simpul kemacetan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Di balik nama Mampang, terselip satu nama, yakni Pangeran Wiraguna.

Dalam buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta karya Rachmat Ruchiat, disebutkan Pangeran Wiraguna merupakan nama seorang tuan tanah Belanda kelahiran Steenwij bernama Hendrik Lucaasz Cardeel.

Cardeel mendapat gelar bangsawan tertinggi itu dari Sultan Banten Abunasar Abdul Qahar atau biasa disebut Sultan Haji.

Disebutkan, Cardeel mendapat gelar itu karena telah berjasa membantu Sultan Haji merenovasi Keraton Surasowan di Banten yang terbakar sebagian. Keraton itu merupakan tempat bertakhtanya Sultan Ageng Tirtayasa, ayah Sultan Haji.

Disebutkan pula, Cardeel berada di Banten setelah melarikan diri dari Batavia karena ingin memeluk agama Islam dan membaktikan diri kepada Sultan Banten.

Sejarah Pangeran Wiraguna ini pun tidak bisa lepas dari nama tempat di Jakarta, yakni Ragunan di Jakarta Selatan.

Pangeran Wiraguna dalam Partijijunianti (2012: 23) dalam buku Pasar Minggu Tempo Dulu diyakini sebagai orang yang membangun sebuah kampung bernama Ragunan. Kampung ini dirancang sebagai permukiman yang mandiri dan berfungsi sebagai penghasil kayu jati yang dijual ke kota pantai Jayakarta.

Cerita soal sosok Pangeran Wiraguna ternyata tak hanya berhenti di situ. Peneliti dan pemerhati Kebudayaan Betawi Fadjriah Nurdiarsih menemukan kisah lain soal sang Pangeran.

 

 


Keturunan Raja Majapahit

Makam Pangeran Wiraguna di Jalan Pejaten Barat, Jakarta Selatan. (Fadjriah Nurdiarsih)

Fadjriah yang akrab disapa Mpok Iyah kepada Liputan6.com, Kamis (1/2/2018), mengaku mendapat versi lain soal sosok Pangeran Wiraguna saat mendatangi makam sang Pangeran di Jalan Raya Pejaten Barat, Jakarta Selatan.

Penduduk sekitar makam, kata Mpok Iyah, menyebut Pangeran Wiraguna dengan sebutan Mbah Kumpi. Konon, panggilan ini karena dulu Pangeran Wiraguna punya pasukan satu kompi. Dalam dunia militer, satu kompi kurang lebih seratus orang.

Masyarakat sekitar makam juga meyakini bahwa Pangeran Wiraguna merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit. Dia disebutkan sebagai anak Brawijaya V, raja terakhir dari Kerajaan Majapahit di abad ke-15.

Dari penuturan warga, kata Mpok Iyah, konon sang pangeran dan pasukannya sebanyak satu kompi membawa misi mengelola kemakmuran di Batavia. Dari situlah istilah Mbah Kumpi muncul. Wiraguna sendiri bukan nama asli, melainkan nama julukan.

Makam Pangeran Wiraguna masih ada hingga saat ini dan dijaga oleh seorang juru kunci. Lokasinya di Jalan Pejaten Barat, RT 5 RW 3, Pejaten Barat, Jakarta Selatan.

Makam tersebut berada di dalam sebuah bangunan permanen yang dibangun oleh seorang warga. Posisi makam berada di bawah sebuah ranjang kayu berseprei hijau dan berkelambu. Bagian permukaan makam tertutup batu.

Banyak warga percaya bahwa Pangeran Wiraguna tidak mati, hanya berpindah tempat tidur. "Dia masih ada hingga sekarang, tapi hanya sebagian orang yang bisa melihatnya," ujar juru kunci makam.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya