Menkeu: ITPC dan Diaspora Harus Maksimal Genjot Ekspor

Selain ITPC, yang juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor Indonesia adalah warga negara Indonesia yang tinggal di negara lain.

oleh Septian Deny diperbarui 01 Feb 2018, 18:45 WIB
Tumpukan peti barang ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/7). Ekspor dan impor masing-masing anjlok 18,82 persen dan ‎27,26 persen pada momen puasa dan Lebaran pada bulan keenam ini dibanding Mei 2017. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan untuk mendorong ekspor, perusahaan dalam negeri yang berorientasi ekspor tidak bisa berdiri sendiri. Perlu adanya peran aktif dari perwakilan Indonesia di luar negeri seperti Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) dan para diaspora.
 
Sri Mulyani menyatakan, selama ini banyak pengusaha Indonesia yang harus memasarkan komoditas atau produknya sendiri ke negara lain. Padahal di negara tujuannya ada ITPC yang bertugas untuk mempromosikan produk-produk Indonesia.
 
 
"Di Indonesia banyak komoditas stand alone kemudian jual ke tujuan ekspor sendiri. Dan di sini Presiden sampaikan ITPC penting. Kalau kita punya perwakilan di semua negara, mustinya dia juga menjadi perwakilan untuk dapat menjadi market intelijen," ujar dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Kamis (1/2/2018).
 
Selain ITPC, yang juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan ekspor Indonesia adalah warga negara Indonesia yang tinggal di negara lain atau dispora. Namun lagi-lagi selama ini peran diaspora Indonesia tidak dimanfaatkan secara maksimal.
 
‎"Peranan diaspora belum di-capitalize. Banyak negara bisa menembus pasar negara lain karena   dia punya dispora di sana," kata dia.
 
Dia mencontohkan, di negara-negara Afrika, sebuah produk telekomunikasi banyak di pasarkan orang-orang keturunan India. Ini menjadi tanda jika India berhasil memanfaatkan para diasporanya untuk memasarkan produk di sektor tersebut.
 
"Di Afrika, di sektor telekomunikasi kebanyakan keturunan India. Ini strategi market, kemampuan kita dengan market intelijen dan diapora akan menjadi penting. Kalau itu tidak kita jadikan jadi bagian dari supply chain. Kita stand alone," tandas dia.
 
 

 

 
 

Jokowi Minta ITPC dan Atase Perdagangan Tak Produktif Ditutup

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginstruksikan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk mengevaluasi keberadaan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) dan Atase Perdagangan Indonesia di luar negeri. Sebab, jika tidak produktif dan berkontribusi terhadap peningkatan ekspor, ITPC dan Atase tersebut lebih baik ditutup.

Hal tersebut disampaikan Jokowi saat membuka Rapat Kerja (Raker) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Tahun 2018 di Istana Negara, pagi ini.

Dalam Raker tersebut, Jokowi mempertanyakan fungsi dan tugas dari ITPC dan Atase Perdagangan Indonesia di luar negeri selama ini.

Harusnya, keberadaan kedua perwakilan Indonesia di bidang perdagangan tersebut bisa menjadi ujung tombak untuk membuka pasar ekspor yang lebih besar.

"Kita bekerja tapi sebetulnya kalau dibandingkan dan yang hasilnya harus kita harus ngomong apa adanya, IPTC dan Atase Perdagangan kita untuk apa, mestinya di situ ada market intelegen, di situ bisa melihat peluang-peluang di negara yang Bapak, Ibu dan Saudara-Saudara bertugas itu apa. Dirjen juga harus bisa melihat seperti peluangnya apa, kendala-kendala di dalam negeri ini apa yang perlu dibenahi," ujar Jokowidi Istana Negara, Rabu (31/1/2018).

Jika tidak mampu berkontribusi terhadap peningkatan ekspor Indonesia secara signifikan, Jokowi menginstruksikan agar ITPC dan Atase tersebut ditutup. Sebab, tidak sedikit uang negara yang dihabiskan untuk membiayai ITPC dan Atase di luar negeri.

"Bertahun-tahun kita miliki ITPC, apa yang dilakukan? Apa mau kita terus-teruskan. Kalau saya tidak, saya lihat tidak ada manfaat, ya saya tutup. Negara keluar biaya untuk itu, jangan lupa. Negara keluar duit yang tidak kecil, banyak. Apa yang sudah dilakukan, apa yang sudah dikerjakan. Kalah dengan negara-negara tadi saya sebut. Enggak mau saya kerja-kerja seperti ini," jelas dia.

Oleh sebab itu, Jokowi meminta Menteri Perdagangan untuk segera mengevaluasi keberadaan ITPC dan Atase Perdagangan ini. Jangan hanya sekadar menggelar rapat namun tidak memberikan hasil yan signifikan terhadap peningkatan ekspor nasional.

"Oleh sebab itu setelah pembukaan pada pagi hari ini Pak Menteri tolong secara detail dievaluasi, dikoreksi, apa yang salah, apa yang harus dilakukan. Jangan kita Raker-Raker, kita harus memunculkan suatu yang baru. Supaya kita bersaing dengan negara-negara lain," tandas dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya