Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor, Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut, bersama sejumlah pengurus sambangi kantor Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Mengenakan kaus bertuliskan ‘Cak Imin Cawapres Zaman Now’, mereka menunjukkan dukungannya terhadap Cak Imin untuk menjadi Calon Wakil Presiden (Cawapres) untuk Pemilu 2019.
Kedatangan Gus Yaqut dan pengurus GP Ansor disambut langsung Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar atau Cak Imin, dan Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) DPP PKB, Marwan Jafar.
Advertisement
Dalam pertemuan tersebut, Gus Yaqut kembali menegaskan komitmen GP Ansor mendukung Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar sebagai cawapres pada Pemilu 2019.
"Kami sengaja datang mengenakan kaus ini untuk menunjukkan dukungan penuh GP Ansor bagi Cak Imin maju sebagai calon wakil presiden," ujarnya.
Menurut Yaqut, rakyat Indonesia patut berbangga karena memiliki figur calon wakil Presiden seperti Cak Imin. Pasalnya, Cak Imin memiliki karakter kepemimpinan yang kuat, berpengalaman, berasal dari keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU), dan mampu memberi harapan bagi berbagai kalangan.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga mengantar kader-kader utamanya untuk mendaftar sebagai calon legislatif Pemilu 2019 mendatang. Cak Imin pun mengucapkan terima kasih atas dukungan dari GP Ansor yang bertujuan untuk kemaslahatan bangsa.
"Saya sangat menghargai apa yang telah disampaikan GP Ansor. Terima kasih atas dukungannya dan mari kita berjuang agar bangsa Indonesia lebih baik," ucapnya.
Cak imin mengatakan bahwa kebersamaan dengan GP Ansor bukan tanpa dasar seperti dasar historis. Dari waktu ke waktu, imbuhnya, tantangan yang dihadapi politik pun harus memiliki strategi.
Cak Imin menyatakan, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir banyak kejutan-kejutan yang muncul.
"Kita sedang menghadapi perubahan besar," kata dia.
Cak Imin pun mengajak GP Ansor untuk memperkuat Pemilu 2019 mendatang, salah satunya dengan menyiapkan sumber daya manusia yang baik. Sebab, satu-satunya kelompok dan kekuatan yang paling minim conflict of interest dalam mengelola perjuangan kebangsaan dan kenegaraan adalah keluarga besar NU.
Menurut Cak Imin, conflict of interest itu memiliki tiga background. Pertama, karena dia seorang pengusaha yang senantiasa mencari keuntungan. Dalam konteks ini, lanjutnya, NU tidak memiliki pengusaha besar.
"Enggak mengimpor sesuatu yang sebetulnya rakyat tidak membutuhkannya. Belakangan ini kita mendengar akan mengimpor beras, padahal rakyat mau panen. Pasti ada yang sedang mengail dan mengeruk keuntungan," ujar Cak Imin.
Faktor yang kedua, imbuh Cak Imin, karena jabatan politik yang menghalalkan segala cara. Sebaliknya, keluarga besar NU selalu mengedepankan ahklakul karimah. Ketiga, conflict of interest itu berbasis pada ideologinya.
"Kalau kekuatan politik tidak punya ideologi pasti tentu lahir dengan ideologinya untuk meminimalisir konflik. Kalau sudah begitu maka insya Allah legislatif dan eksekutif yang diisi oleh orang-orang NU hampir bisa dijamin pasti akan amanah dan memiliki komitmen yang tinggi," pungkasnya.
(*)