Liputan6.com, San Fransisco - Hari ini, 170 tahun yang lalu, sebuah kapal dari China yang membawa sejumlah bangsa Tiongkok tiba di pantai barat Amerika Serikat, tepatnya di San Fransisco, Negara Bagian California.
Ada satu tujuan yang tertanam kuat di dalam pikiran para calon imigran asal China itu; emas dan usaha untuk merengkuh harapan akan adanya penghidupan yang lebih baik di Negeri Paman Sam.
Seperti ini Tiongkok pada tahun 1848-an: banjir dan kekeringan yang silih berganti membuat rakyat sengsara. Belum lagi pajak tinggi yang diberlakukan pasca-Perang Opium membuat para petani dan penduduk desa harus rela melepaskan tanah mereka.
Di tengah keputus-asaan, kapal-kapal dagang yang datang mengabarkan harapan. Tentang Gam Saan -- gunung emas di negeri jauh.
Baca Juga
Advertisement
Mulai Januari 1848, demam emas melanda California, Amerika Serikat. Saat James W Marshall menemukan bongkahan emas di American River saat membangun tempat penggergajian kayu untuk John Sutter, ahli pertanian.
Perburuan logam mulia pun dimulai. Kabarnya menyebar, mengundang orang datang dari segala penjuru Bumi.
Maka, pada 2 Februari 1848, kapal pertama dari Tiongkok tiba di San Francisco, mengawali apa yang populer disebut sebagai fenomena California Gold Rush dalam sejarah Amerika Serikat modern. Demikian seperti Today in History Liputan6.com kutip dari situs PBS.
Di tanah yang baru, para penambang Tiongkok hidup berkelompok, dan mengerjakan pekerjaan apapun yang tak sudi dikerjakan orang Amerika.
Awalnya orang AS melihat para pendatang baru -- yang bertopi lebar, rambut panjang yang dikuncir taucang, dan makan menggunakan sumpit -- sebagai hal yang menarik. Kadang mereka iseng mengunjungi kamp imigran hanya untuk melihat-lihat.
Lalu, pada 1852, gagal panen melanda selatan China. Gelombang besar-besaran warga Tiongkok membanjiri California, jumlahnya mencapai 20.026 orang.
Seorang penambang mengeluh, "Orang China terlalu banyak di negeri ini." Gubernur kala itu, John Bigler menyuarakan gagasan untuk membendung imigran dari Tiongkok. Pernyataan itu memicu sentimen.
Gagasan itu direspons seorang pria Tiongkok. "Dampak dari apa yang Anda sampaikan menimbulkan prasangka warga terhadap orang-orangku (orang China). Ada yang menanti saatnya memburu dan merampok hasil kerja keras kami."
Saat penambang mengirim emas mereka ke kampung halaman, orangtuanya menganggap mereka sukses di tempat yang baru. Perempuan yang menikahi penambang yang sukses dijuluki 'istri gunung emas'.
Saat membangun rumah baru, niscaya mereka menjadi subyek gosip dan iri hati. Cerita tentang kerja keras hingga banting tulang dan diskriminasi yang dihadapi warga China di AS nyaris tak mampu menyeberangi Samudera Pasifik. Tak diketahui keluarga di tanah air.
Pada 1870, ada 63.000 warga Tiongkok di AS, 77 persen di antaranya ada di California. Kontribusi penambang China mencapai US$ 5 juta untuk kas negara melalui Pajak Penambang Asing, hampir seperempat dari pendapatan negara bagian.
Hingga akhirnya pada 1882, Kongres mengesahkan undang-undang ekslusi bangsa China atau Chinese Exclusion Act -- satu-satunya aturan di AS yang secara khusus melarang suatu kelompok berimigrasi ke Negeri Paman Sam.
Saksikan juga video pilihan berikut ini:
Peristiwa Lain
Ratu Victoria adalah penguasa Inggris yang sangat berkuasa, hingga sebuah era menyandang namanya. Di bawah kepemimpinannya, ekspansi besar-besaran dilakukan Imperium Britania Raya, sementara itu Revolusi Industri sedang mencapai puncaknya.
Sri Ratu wafat pada 22 Januari 1901, dalam umur 81 tahun karena sakit. Ia menghembuskan nafas terakhir di Osborne House, kediamannya di Isle of Wight
Kepergiannya ditangisi rakyat Inggris. Pada saat pemakamannya 11 hari kemudian, pada 2 Februari 1901, para bangsawan Eropa ramai hadir -- menjadi ajang kumpul terbesar kaum ningrat di Benua Biru.
Upacara pemakaman dilaksanakan sesuai wasiat Ratu Victoria, yang telah disusun sejak 1897.
Pada tanggal yang sama tahun 2009, Gunung Asama di dekat Tokyo meletus dan menyebabkan hujan abu tipis di sebagian kota itu.
Sementara pada 2 Februari 1914 tercatat sebagai momen penayangan pertama film Charlie Chaplin, Making a Living di bioskop.
Advertisement