Jokowi: UI Penyumbang Menteri Terbanyak di Kabinet Kerja

UI merupakan sumber energi bagi Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan.

oleh Septian Deny diperbarui 02 Feb 2018, 09:40 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Dies Natalis Ke-68 Universitas Indonesia (UI) di Balairung, UI Depok, Jumat (2/2/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Dies Natalis Ke-68 Universitas Indonesia (UI) di Balairung, UI Depok, Jawa Barat. Selain itu, Jokowi juga meresmikan Forum Kebangsaan UI.

Dalam sambutannya, Jokowi menyatakan UI merupakan kampus terbanyak yang menyumbang menteri di dalam Kabinet Kerja. Setidaknya, ada enam menteri yang merupakan lulusan kampus tersebut.

"Saya berterima kasih kepada Universitas Indonesia, sebab UI penyumbang terbanyak menteri di Kabinet Kerja. Sampai ini ada enam almuni UI yang membantu saya di Kabinet Kerja," ujar dia di Balairung UI, Depok, Jawa Barat, Jumat (2/2/2018).

Menteri-menteri tersebut antara lain Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.

Selain itu juga Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil, Menteri Kesehatan Nila Moelok, Menteri Koordinasi Pembangunan Manusia, dan Kebudayaan Puan Maharani.

"Kepala Staf Kepresidenan, Pak Moeldoko juga mengambil doktornya di UI. Selain itu Pak Johan Budi juga alumni UI," kata Jokowi.

Menurut dia, hal ini membuktikan jika UI merupakan sumber energi bagi Indonesia untuk mencapai tujuan pembangunan.

"Ini menunjukkan UI gudangnya orang-orang pintar, sumbernya para pejuang pembangunan dan sumber energi untuk mencapai Indonesia maju," tandas dia.‎‎‎

Turut hadir mendampingi Jokowi antara lain Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Gubernur Bank Indonesia (BI).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Jokowi Tak Puas Kinerja Ekspor

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Menteri Perekoniman, Darmin Nastion dan Mendag Enggartiasto Lukita saat rapat kerja Kementerian Perdagangan (Kemendag) 2018 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/1). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Jokowi meminta Kementerian Perdagangan (Kemendag) lebih aktif membuka pasar baru untuk ekspor produk Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan ekspor Indonesia dari negara-negara lain di kawasan ASEAN.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk, membeberkan ketidakpuasan Presiden mengenai realisasi kinerja ekspor Indonesia, meskipun ada kenaikan nilai pada tahun lalu. Alasannya karena masih kalah dibanding negara-negara tetangga di kawasan ASEAN.

"Kalau dilihat ekspor kita di 2017 masih naik 16,8 persen. Tapi yang bikin Bapak Presiden tidak begitu happy, ekspor kita ternyata lebih rendah dibanding negara-negara tetangga," ujar Kecuk di kantornya, Jakarta, Kamis (1/2/2018).

Dia menambahkan, Jokowi meminta kepada para menteri, terutama Mendag, untuk meningkatkan kinerja nilai maupun volume ekspor Indonesia. Salah satunya dengan menambah pasar atau negara tujuan ekspor, selain Amerika, Tiongkok, dan Jepang.

"Kalau dilihat strukturnya memang ada masalah yang perlu dibenahi. Contohnya kalau bicara ekspor, 35 persen ekspor kita ditujukan ke Amerika, Tiongkok, dan Jepang. Artinya, kalau ada sesuatu di negara-negara itu, pengaruhnya besar ke kita," dia menjelaskan.

Oleh karena itu, menurut Kecuk, Jokowi meminta menterinya melakukan diversifikasi pasar atau negara tujuan ekspor. Data BPS menunjukkan sudah ada pergerakan kenaikan ekspor Indonesia ke Mesir dan Turki sekitar 13 persen sampai 14 persen, walaupun porsinya masih kecil.

"Jadi diversifikasi pasar menjadi sebuah keharusan ke depan. Supaya ketergantungan kita pada negara-negara tertentu tidak terlalu besar, karena akan bahaya," tegasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya