Bos Kadin Datangi Kantor Menko Luhut, Bahas Apa?

Ketua Kadin Rosan Roeslani bertemu dengan Menko Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan membahas sejumlah hal. Salah satunya privatisasi bandara

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 02 Feb 2018, 19:00 WIB
Ketua Umum Kadin Rosan Roeslani memberi sambutan saat penandatangangan MOU di Jakarta (14/8). Nota kesepahaman ini juga sebagai jalan keluar untuk mengatasi kelesuan pembiayaan khususnya di bidang otomotif. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengunjungi Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jumat (2/2/2017).

Pada pertemuan ini, ada sejumlah topik pembicaraan yang dilakukan antara Rosan dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.

Pembicaraan itu antara lain terkait rencana pelaksanaan Jakarta Food Security Summit yang digelar pada 8-9 Maret mendatang.

"Saya hanya laporan saja, bahwa kita rencananya akan mengadakan acara Jakarta Food Security Summit tanggal 8-9 Maret dan kita kan undang Presiden, Wakil Presiden. Dan juga lebih 1.000 peserta dalam dan luar negeri dalam rangka meningkatkan pemerataan para petani, nelayan, dan juga peternak," kata Rosan di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Jakarta.

Rosan juga mengatakan, pihaknya membahas masalah privatisasi bandara. Dia bilang, privatisasi bandara positif lantaran anggaran pemerintah bisa digunakan untuk membangun infrastruktur di daerah lain yang secara bisnis belum menguntungkan.

"Walaupun tadi bicara yang lain mengenai privatisasi bandara, tadi diberitakan juga itu sesuai dengan masukan Kadin juga pada tahun lalu. Presiden sudah menugaskan privatisasi BUMN karena dana APBN itu akan lebih diutamakan untuk pembangungan di daerah-daerah secara bisnis belum dimungkinkan," jelas dia.

Kadin belum membicarakan secara detail privatisasi bandara tersebut. Termasuk terkait bandara apa saja yang akan diprivatisasi.

"Ini belum diomongkan, tapi diharapkan sih akan dilihat. Karena privatisasi ujungnya akan kembali ke pemerintah juga kok. Privatisasi bukan selamanya itu ya 30 tahun, ujungnya balik lagi ke pemerintah lagi, ke negara lagi," jelas dia.

Di samping itu, Rosan mengaku dalam pembicaraan tersebut membahas perdagangan bebas guna memacu daya saing barang produksi nasional.

"Dan kebijakan-kebijakan juga mengenai free trade agreement akan lebih didorong. Lebih terkait supaya barang kita lebih kompetitif itu diberikan masukan seperti itu," ujar dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 


Kadin Prediksi Ekonomi RI Bisa Tumbuh 5,3 Persen

Pemandangan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/2). Berdasarkan perkiraan Bank Indonesia (BI) angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta pada tahun 2016 tercatat tumbuh 5,85% secara tahunan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi nasional di 2018 akan berada di kisaran 5,2 persen-5,3 persen.

Angka ini sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar 5,4 persen.

Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, selama kurun waktu satu tahun terakhir, perkembangan ekonomi Indonesia menunjukkan tren yang positif dan stabil. Ekonomi di 2015 memang hanya mampu tumbuh 4,88 persen, tetapi mengalami kenaikan menjadi 5,02 persen di 2016.

"Di 2017, diperkirakan akan lebih tinggi sedikit, yaitu berkisar 5,1 persen-5,17 persen," ujar dia di Jakarta, Senin 4 Desember 2017.

Menurut dia, membaiknya pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh meningkatkan kinerja ekspor dan investasi, serta konsumsi‎ yang relatif terjaga. "Permintaan domestik yang tumbuh sekitar 5 persen menjadi motor pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata dia.

Sedangkan untuk tahun depan, [pertumbuhan ekonomi ]( 3183153 "")Indonesia akan tumbuh lebih baik lagi yaitu di kisaran 5,2 persen-5,3 persen. Rosan menyatakan, selain konsumsi, peningkatan investasi dan ekspor masih akan menjadi pendorong pertumbuhan di 2018. "Mungkin sekitar 5,2 persen-5,3 persen," lanjut dia.

Sementara itu, lanjut dia, paket ekonomi yang ditujukan untuk melakukan reformasi struktural mulai menunjukkan hasilnya, diantaranya berupa meningkatnya daya kompetisi ekonomi, Ease of Doing Business (EoDB) dan peringkat investasi Indonesia.

"Hal tersebut diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di 2018. Akhirnya, pembangunan infrastruktur secara besar-besaran di Indonesia yang terus berlangsung juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi," tandas dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya