Liputan6.com, Semarang Ketika Pemerintah Kota Semarang sibuk menata dan merawat bangunan-bangunan kuno bersejarah, ternyata saat ini ada sebuah gedung kuno yang nyaris roboh. Adalah Gedung PELNI yang berada di Jalan Empu Tantular. Seperti terlupa, karena memang berada di luar kompleks kota lama dan dikelola PT Pelni.
Gedung ini pernah digunakan oleh Koninklijke Paketvaart Maatschappjjij (KPM) pada awal abad 20. Meski kelihatan masih berdiri gagah, ternyata keropos di bagian belakang.
Bangunan bersejarah yang ditempati dan dikelola PT Pelni ini, adalah sebuah saksi kedigdayaan dunia pelayaran kota Semarang dalam peradaban dunia. Seperti dilansir oleh Lopen, sebuah komunitas pecinta sejarah Kota Semarang, KPM melayani lebih dari 70 jalur pelayaran.
"Dengan 70 jalur pelayaran tersebut KPM menghubungkan lebih dari 400 pelabuhan di seluruh dunia," demikian ditulis Lopen.
Baca Juga
Advertisement
Pelayanan hingga 70 jalur pelayaran itu berimbas menjelang Perang Dunia II. Saat itu KPM mengelola armada 146 kapal. Awalnya hanya melayani pelayaran di wilayah administrasi Hindia Belanda saja.
"Namun semenjak dekade 30-an telah membuka pelayanan ke pelabuhan-pelabuhan seperti Singapura, Hong Kong, Shanghai, Manila, Saigon, Brisbane, Sidney, Melbourne, Adelaide, Durban, East London, Port Elizabeth, Mossel Bay, Cape Town, Zanzibar, Mombasa, Pulau Reunion, Pulau Mauritius dan lainnya."
Gedung ini sesungguhnya berdiri di tepi sungai atau kali Semarang. Pada masa dibangunnya gedung itu, sungai tersebut cukup dalam dan lebar sehingga dapat dilayari kapal-kapal dengan ukuran yang cukup besar. Kapal juga bisa merapat dan bongkar muat di depan kantor secara langsung.
1945 Indonesia Merdeka. Ada gerakan nasionalisasi aset-aset asing yang berada di Indonesia. KPM tak bisa lolos dari jerat ini. KPM berubah menjadi PT Pelni. Bangunan bersejarah ini ikut dinasionalisasi dan dikelola PT Pelni.
Bangunan Tanpa Semen
Dalam berbagai literatur sejarah kota Semarang, gedung Pelni ini merupakan bangunan bergaya Art Deco Indies yang dibangun pertama kali di Semarang. Dirancang oleh F.J.L Ghijsels dari biro AIA pada tahun 1917. Pembangunan butuh waktu satu tahun dan baru selesai pada tahun 1918.
Citra kokoh dari luar itu, ternyata tak menggambarkan citraan yang sesungguhnya. Sekilas memang terlihat sangat terawat, terutama tampak depan. Namun salah sati tiang di bagian kamar mandi sudah hancur. Untuk menjaga agar tak merembet, kini ditahan dengan tiang baja.
Ketua Badan Pengelola Kawasan Kota Lama (BPK2L) Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebutkan bahwa BP2KL menginginkan segera dilakukan restorasi. Untuk sementara yang bisa dilakukan adalah tindakan darurat dengan penguatan yang sifatnya sementara sambil menunggu pelaksanaan restorasi.
"Saat ini BPK2L sudah membantu penguatan bangunan dengan memasang baja penyangga di titik paling vital. Total kerusakan ada 15%," kata Ita yang juga Wakil Wali Kota Semarang kepada Liputan6.com.
Dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah diperoleh informasi bahwa kerusakan itu disebabkan oleh proses penggaraman. Menurut Ari Banindro, Bagian Pemugaran BPCB Jawa Tengah, konstruksi bangunan hanya menggunakan kapur.
"Tak ada semen dalam bangunan, maka pengeroposan tidak bisa dihindari," kata Ari.
Ari menjelaskan proses pemugaran segera dilangsungkan, dan akan memerlukan waktu hingga dua bulan. Kerepotan utama sehingga butuh waktu dua bulan adalah karena gedung pelni adalah bangunan tua yang berusia hampir seabad.
Advertisement