Liputan6.com, Jakarta - Harga emas turun pada perdagangan hari Jumat karena penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) usai data tenaga kerja AS menunjukkan kenaikan upah yang kuat sehingga mendorong imbal hasil Obligasi berjangka waktu 10 tahun.
Mengutip Reuters, Sabtu (3/2/2018), harga emas di pasar spot turun 1 persen menjadi US$ 1.335,26 per ounce pada pukul 01.34 siang waktu New York.
Baca Juga
Advertisement
Sementara harga emas berjangka AS untuk pengiriman April turun US$ 10,60 atau 0,8 persen, ke angka US$ 1.337,30 per ounce.
Berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS, ada penambahan non Farm payrolls sebesar 200 ribu pekerjaan pada Januari kemarin. Angka tersebut mengalahkan ekspektasi pasar yang ada di angka 180 ribu pekerjaan.
Sedangkan untuk angka ppendapatan per jam mengalami naik 2,9 persen dan merupakan kenaikan terbesar sejak Juni 2019.
"Data-data tersebut memicu tekanan terhadap harga emas dalam jangka pendek," jelas analis logam mulai Standard Chartered Bank, Suki Cooper.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
The Fed
Imbal hasil surat utang AS dengan jangka waktu 1 tahun mengalami kenaikan menjadi lebih dari 2,8 persen dan mencapai level tertinggi dalam 4 tahun setelah keluarnya data tenaga kerja tersebut.
"Angka ketenagakerjaan yang cepat naik tersebut bisa memaksa the Fed untuk lebih cepat mendongkrak suku bunga acuan sebelum Maret ," jelas Bob Haberkorn, analis senior RJO Futures.
Suku bunga yang lebih tinggi membuat investasi emas kurang menarik bagi investor karena logam mulia tersebut tidak menberikan keuntungn dari bunga seperti layaknya obligasi.
Harga emas pada pekan ini turun kurang lebih 1,1 persen setelah naik dalam enam dari tujuh minggu terakhir dan mencapai level tertinggi dalam 17 bulan pekan lalu di US$ 1.366,07 per ounce.
Advertisement