Nasib Bangkai Paus Sperma yang Terdampar di Bombana

Ada tiga opsi mengevakuasi bangkai paus itu, tetapi dua opsi sulit dilakukan karena bangkai paus jauh dari pantai.

oleh Ahmad Akbar Fua diperbarui 04 Feb 2018, 15:02 WIB
Pembakaran bangkai paus yang terbakar di Pantai Tompobatu Kabupaten Bombana, Sabtu (3/2/2018). (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Liputan6.com, Bombana - Paus sperma yang ditemukan nelayan lokal terdampar di Pantai Tompobatu, Kabupaten Bombana, Kamis, 1 Februari 2018, sempat dilihat mengeluarkan air mata oleh warga sekitar. Paus itu pun hanya menjadi bahan tontonan tanpa ada usaha berarti untuk mengevakuasi mamalia raksasa itu.

Dua hari setelah menjadi bangkai, paus yang kulitnya sudah melepuh itu dibakar pada Sabtu, 3 Februari 2018. Dinas Kelautan Perikanan (DKP) Kabupaten Bombana bersama Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSDPL) Makassar, Kanwil Sulawesi Tenggara langsung turun tangan.

Paus dibakar menggunakan beberapa potong kayu dan bensin. Sebelum disulut api, kayu kering itu ditumpuk di sekeliling tubuh paus yang sudah membusuk itu.

Meskipun sudah dilalap api, tubuh paus tidak langsung hangus. Pihak BPSDPL mengatakan, butuh beberapa kali pembakaran untuk memisahkan daging dari tulang paus.

"Paus itu kita bakar karena memang bisa mengganggu warga atau ekosistem sekitar perairan," ujar Kepala Kanwil BPSDPL, Jufri.

Pilihan untuk mengevakuasi paus ini, kata dia, sebenarnya ada tiga cara, yakni dibakar, dikubur, atau ditenggelamkan. Namun, karena dua cara lainnya agak sulit maka pihaknya memilih membakar paus itu.

"Kita sudah coba mau kasih masuk eksavator tapi sulit, karena jauh dari pantai," Jufri menambahkan.


Kerangka Paus Disimpan di Museum

Bangkai paus yang dibakar menjadi ajang swafoto. (Liputan6.com/Ahmad Akbar Fua)

Tulang belulang paus yang sudah dibakar tersebut tidak akan langsung dimusnahkan. Tulang paus ini akan disimpan di museum.

Namun, sejauh ini, baik Pemerintah Kabupaten Bombana atau Museum Sulawesi Tenggara, belum memberikan respon mengenai pemanfaatan tulang paus itu. Padahal, untuk mengawetkan tulang ini butuh biaya tak sedikit.

"Kalau museum mau ambil, ya lebih baik lagi atau Pemkab Bombana, sehingga bisa mengedukasi masyarakat nantinya," ujar Jufri.

Sementara itu, Kapolsek Rumbia Iptu Nur Sultan, mengatakan pembakaran akan dilakukan selama beberapa kali. Sebab, kondisi air laut mengalami pasang surut.

"Kita sudah lihat pembakarannya. Mudah-mudahan ada yang mau manfaatkan tulangnya, sayang kalau dibakar atau dibuang begitu," ujar Iptu Nur Sultan.


Puluhan Kasus Paus Terdampar

Sebelum mati, paus sperma yang terdampar di Bombana sempat menangis. Foto: (Ahmad Akbar Fua/Liputan6.com)

Pihak World Wide Fund For Nature (WWF) Indonesia melalui koordinator konservasi spesies kelautan, Dwi Suprapti mengatakan sudah memantau laporan terdamparnya paus di Bombana. Dwi Suprapti mengatakan, di Indonesia ada 24 kasus paus sperma terdampar selama kurun waktu 2010 hingga 2017.

Paus Sperma (Physeter macrocephalus), menurut data WWF dan Whale Standing Indonesia (WSI), umumnya terdampar tunggal atau single standing. Dua kasus di antaranya terdampar massal.

"Kasus Bombana, menambah jumlah kasus menjadi 25," kata Dwi Suprapti.

Dwi Suprapti menjelaskan jumlah keseluruhan individu paus yang terdampar di Indonesia adalah 43 ekor. Dari jumlah ini, 75 persen kasus terdampar dalam kondisi mati termasuk kejadian di Bombana.

Terdamparnya paus sperma di wilayah Bombana merupakan kejadian kedua yang terdata di wilayah Perairan Sulawesi Tenggara. Data dari WWF, 11 tahun lalu tepatnya November 2006, 1 ekor paus sperma di wilayah Wakatobi terdampar dalam kondisi mati.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya