Liputan6.com, Jakarta - Proyek pengerjaan pembangunan jalur kereta api Manggarai-Jatinegara atau double-double track (DDT) memakan korban jiwa. Crane dalam pembangunan tersebut jatuh dan mengakibatkan empat orang meninggal.
Kapolres Jakarta Timur Kombes Yoyon Tony Surya mengatakan, empat orang tewas akibat peristiwa di Jalan Permata RT 014/06 Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur ini, Minggu 4 Februari 2018 sekitar pukul 05.00 WIB.
Advertisement
"Dua meninggal di lokasi," kata Tony dihubungi Liputan6.com. Dua lagi meninggal dalam perjalanan menunju rumah sakit. Para korban dibawa ke RS Premier Jatinegara dan RS Hermina Jatinegara.
Polisi pun meluncur ke lokasi ke lokasi crane jatuh itu. Mereka melakukan olah TKP untuk menyelidiki penyebab kejadian tersebut.
Dari informasi sementara, Kapolsek Jatinegara Kompol Supadi menuturkan, Minggu pagi 4 Februari 2018 tersebut, ke 5 pekerja sedang menaikkan bantalan rel dengan menggunakan alat berat crane. Kemudian ketika bantalan rel sudah berada di atas, namun dudukannya tidak pas.
Sehingga bantalan rel jatuh menimpa korban dan mengakibatkan keempat korban meninggal dunia.
Saat kejadian, seorang warga menyatakan sempat mendengar suara dentuman keras usai melakukan ibadah salat subuh. Insiden pun sempat membuat panik warga. Usai kejadian, petugas kepolisian dibantu dengan sejumlah pekerja mengevakuasi dua jenazah pekerja korban yang tewas.
Seorang pekerja yang masih berada di ruang pengatur crane juga dievakuasi. Pria yang diduga operator crane itu dievakuasi dengan wajah yang masih shock.
PT KAI mengatakan, kecelakaan crane jatuh tidak menganggu dan menghambat perjalanan commuter line dari dan ke Manggarai maupun Jatinegara.
"Launcher Girder DDT tergelincir, antara Manggarai sampai Jatinegara, di km 1 + 300 (Matraman)," Humas KAI Edi Kuswoyo menjelaskan penyebabnya kepada Liputan6.com, Minggu (4/2/2018).
Berikut nama korban meninggal:
1. Jaenudin (44), Dusun Pakis II RT 02/07 Kelurahan Tanjung Pakis Kabupaten Karawang.
2. Dami Prasetyo (25), Kwarakan Wetan RT03/01 Purworejo.
3. Jana Sutisna (44), Kp Cikadu RT03/13 Kelurahan Ciburui, Kecamatan Bandung Barat.
4. Joni Fitrianto (19) asal Purworejo, Jawa Tengah.
Salah satu korban crane jatuh yaitu Jana Sutisna meninggal di RS Premier, Jakarta Timur. Dokter Danny, yang melakukan penanganan terhadap Jana mengatakan, korban dibawa ke IGD RS Premier pada pukul 05.52 WIB. Saat tiba, ia dalam kondisi tidak sadar.
"Tadi sudah kita bantu berikan obat-obatan, dipompa jantung, paru, cuma memang pasien memang enggak ada respons, memang datang kondisi kesadaran menurun," paparnya.
Dibawa ke RS Polri
Empat korban yang meninggal tersebut kemudian dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Menurut Kepala Instalasi Forensik Rumah Sakit Polri Kombes Pol Edy Purnomo, jenazah keempat korban tiba pada pukul 11.00 WIB.
"Keempatnya sedang dilakukan pemeriksaan, menentukan identitas pasiennya, korbannya, jenazahnya, selanjutnya akan dikembalikan pada keluarga setelah keluarga dapat dihubungi oleh tim penyidik dan langsung dibawa kembali ke kediaman masing-masing," jelas Eddy.
Eddy mengaku tidak sulit mengidentifikasi keempat korban meninggal dunia. Mereka masih bisa dikenali dari wajahnya.
Ia mengaku memiliki semua data korban yang merupakan pekerja proyek kereta api double track di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur. Sehingga, para korban crane yang jatuh ini akan langsung dipulangkan apabila sudah ada keluarga yang datang menjemput.
Menurut Eddy, dua orang korban crane jatuh yang meninggal di tempat sudah diketahui penyebabnya.
"Luka untuk Dami terkena di kepala, sedang untuk Jaenudin luka-luka di badan, di anggota perut itu yang besar menyebabkan kematian," ucapnya.
Polsek Jatinegara memanggil beberapa saksi terkait crane jatuh di proyek double track tersebut. Pemeriksaan dilakukan untuk mendalami peristiwa yang menewaskan empat orang pekerja itu.
"Buat ditanya-tanya saja, ada 3 orang (yang sedang diperiksa)," ujar salah seorang petugas di Polsek Jatinegara, Reza, Minggu (4/2/2018).
Pantauan Liputan6.com, ada sekitar tujuh orang yang berada di Polsek Jatinegara. Mereka mengaku sebagai pekerja proyek.
Salah satu pekerja terlihat masih mengenakan helm dan seragam lengkap pekerja proyek. Pekerja yang tak mau menyebut namanya itu enggan menceritakan detail kronologi peristiwa.
Dia pun lebih memilih untuk diam dan hanya menjawab ala kadarnya.
"Mau angkat aja tiba-tiba (crane) ambruk sendiri, kaget saya juga. Saya di atas pas lagi mau ngangkat," ucap si pekerja dengan nada pelan.
Advertisement
Hutama Karya Minta Maaf
PT Hutama Karya (Persero) menyampaikan belasungkawa terkait insiden jatuhnya crane di Jatinegara, Jakarta Timur. Peristiwa itu terjadi di proyek double-double track yang digarap konsorsium Hutama Karya, PT Modern Surya Jaya dan PT Mitra Engineering Grup.
"Kami menyampaikan belasungkawa dan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban atas kejadian ini," kata Direktur Operasi Hutama Karya (HK) Suroto di lokasi insiden, Minggu (4/2/2018).
Ia menjamin keluarga korban akan mendapat kompensasi dan santunan sesuai aturan. Suroto menjelaskan crane tergelincir pukul 05.00 WIB pada hari ini, Minggu 4 Februari 2018.
"Kami memastikan bahwa ke empat korban yang meninggal dunia mendapatkan hak-haknya berupa asuransi dari BPJS dan santunan dari konsorsium proyek," ungkap Suroto.
Suroto menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepolisian. Ia berupaya agar crane yang masih berada di lokasi tidak membahayakan masyarakat.
"Untuk menjaga proyek ini agar aman Untuk masyarakat sekitarnya, memastikan semua peralatan stabil, dan keamanan bagi lingkungan sekitarnya," kata dia.
Suroto juga mengimbau masyarakat tidak mendekati lokasi tersebut hingga sementara waktu.
"Kami juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mendekati proyek, supaya menjaga keamanan bagi mereka semuanya, di lingkungan proyek. Supaya pengamanan dan kestabilannya menjadi lancar," kata Suroto.
Dia mengatakan, pihaknya telah bekerja sama dengan pihak Komite Keselamatan Konstruksi (K3), KNKT, dan Disnaker untuk melakukan investigasi penyebab crane jatuh yang menewaskan empat pekerja.
Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya (Persero) Adjib Al Hakim menambahkan, sejak kejadian hingga saat ini, pihaknya terus bekerja-sama dengan pihak kepolisian yaitu dengan membuat pengamanan radius 300 meter di seputar lokasi kejadian crane jatuh.
"Serta memastikan semua peralatan dalam kondisi stabil, dalam rangka memastikan keamanan bagi masyarakat sekitar lokasi pasca-kejadian," kata Hakim.
Sementara itu, Iwan Zarkasi dari K3 mengungkapkan, pihaknya masih melakukan observasi secara menyeluruh terkait kecelakaan kerja dalam proyek double-double track (DDT) atau crane jatuh di Jatinegara, Jakarta Timur.
Observasi itu meneliti konstruksi pada umumnya maupun dari peralatan yang digunakan. Menurutnya, hal tersebut perlu dilakukan sebelum memberikan kesimpulan atas apa yang sebenarnya terjadi.
"Sehingga segala sesuatunya bisa lebih save, lebih teliti, lebih mengetahui apa yang terjadi," ungkap Iwan saat ditemui lokasi kejadian, Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (4/2/2018).
Dia menyebutkan, mereka akan bertindak berdasarkan hasil dari observasi itu. Jika ditemukan penyebab dan kekurangan yang menjadi duduk persoalannya, maka akan dilakukan perbaikan secara signifikan.
Pembangunan sendiri saat ini untuk sementara dihentikan. Dia mengatakan, jika semua hasil observasi crane jatuh menyatakan aman barulah pekerjaan kembali dilanjutkan.
"Setelah kita meyakini bahwa alat, pekerja, dan sebagainya menggunakan SOP yang sudah baku, yang sudah diuji dan sebagainya, baru proyek bisa dilaksanakan lagi," ucap Iwan.
Bantah Buru-Buru
Direktur Keselamatan Perkeretaapian Kemenhub Edi Nursalam mengatakan, Institusinya telah menurunkan KNKT ke tempat kejadian.
Edi menyampaikan, hingga saat ini penyebab dan segala bentuk terkait kecelakaan kerja ini masih dalam tahap investigasi.
"KNKT sudah masuk lokasi, kami bekerja sama dengan polisi. Ini masih di investigasi, kami akan minta izin dulu sama mereka," ucap Edi setelah meninjau TKP, di daerah Jatinegara, Jakarta Timur, Minggu (4/2/2018).
Berdasarkan penglihatannya, terdapat posisi alat di TKP yang miring. Karenanya, hingga posisi alat-alat tersebut benar-benar tepat kembali, ia menyebutkan, tidak akan ada pekerjaan kedepannya. Hal tersebut sebagai upaya untuk menghindari kembali jatuhnya korban jiwa.
"Kita lihat posisi alat ini kan miring, nanti akan kita luruskan dulu, jangan ada korban-korban lagi," Edi.
Kendati begitu, ia menyanggah peristiwa ini terjadi akibat dari pengerjaan yang terburu-buru dan tidak mengindahkan SOP dalam bekerja.
"Enggak, enggak ada, SOPnya tetap dijalani. Enggak ada istilah karena mau buru buru enggak jalani SOP," kata dia.
Meskipun begitu, ia mengindikasikan peristiwa ini terjadi akibat adanya posisi alat di lokasi yang tidak tepat.
Sementara itu, Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Khrisna Syarif menyayangkan insiden crane jatuh di Jatinegara. Baik itu karena kesalahan manusia ataupun yang lain.
"Kami ke depan berharap semangat K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) ini untuk dijalankan di setiap pemberi kerja dan setiap individu pekerja khususnya di proyek konstruksi supaya sadar tentang adanya jaminan sosial," papar dia di RS Polri.
Dia juga memastikan keempat korban meninggal dunia ini sudah terdaftar dalam keanggotaan BPJS.
"Empat korban sudah terdaftar dan terdaftar di cabang kami di Kelapa Gading dan mereka peserta yang tertib iuran," ujar dia.
Advertisement
Tuntutan Keluarga Korban
Pihak keluarga dari Joni Fitrianto mendatangi Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta. Joni merupakan salah satu korban tewas akibat kecelakaan kerja, yaitu jatuhnya crane proyek double-double track (DDT) jalur kereta di Jatinegara, Jakarta Timur.
Ada sekitar tujuh orang dari pihak keluarga Joni yang menyambangi rumah sakit ini. Mereka berharap, ada santunan dari pemerintah karena kejadian tersebut.
"Harapan minta santunan ke pemerintah karena dia (Joni) tulang punggung keluarga," ujar Supanto di RS Polri, Minggu (4/2/2018).
Dia menuturkan, Joni sudah bekerja di proyek double-double track jalur kereta ini selama dua tahun.
"Sudah bekerja di proyek double-double track selama 2 tahun, merasa enjoy aja selama bekerja. Tugasnya bagian pemasangan-pemasangan aja," kata pria berusia 35 tahun ini.
Supanto mengatakan, Joni berasal dari Desa Kedung Batur, Purworejo, Jawa Tengah. Orangtuanya petani. Joni lulus dari SMA dua tahun lalu.
"Dia (Joni) anak kedua dari empat bersaudara. Dia merantau di Jakarta, tinggal di mes,” terangnya.
Menurut Supanto, dia mendapatkan kabar mengenai kecelakaan kerja yang menimpa Jono dari teman-temannya melalui media sosial.
"Dapat kabar dari temen-temen di Facebook, ada kejadian crane jatuh di sini. Namanya ini, kita kaget, langsung jalan ke sini," tutur dia.
Sementara itu, keluarga dari Jana Sutisna juga mendatangi RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur.
"Saya kakak ipar (Jana). Dia kerja sudah empat bulan (di proyek)," ujar Indra di lokasi, Minggu. Indra mengaku pihak keluarga sudah menyiapkan makam untuk Jana di Padalarang.
Ia mengaku terkejut dengan meninggal sang adik ipar ini. "Kagetlah, campur aduk. Namanya kayak adek ya, seperti adek sendiri. Namanya satu keluarga," tutup Indra.
Indra mengenal sosok Jana sebagai orang yang ceria dan gesit. Kabar meninggalnya sang adik ipar diperoleh dari istri yang berada di Bandung, Jawa Barat.
Menurut Indra, dia sudah lama tidak berkomunikasi dengan Jana. Ia pun berharap, hak-hak Jana dapat dipenuhi.
"Santunan belum tahu. Inginnya seperti itu, dipenuhi hak-haknya sebagai karyawan," tuturnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini: