Liputan6.com, California - NASA belum lama ini merilis sejumlah cuplikan permukaan Planet Mars. Dalam video yang direkam robot Curiosity, tampak panorama Planet Merah terbentang luas dalam semburat kebiru-biruan, bukan berwarna merah sepenuhnya.
Dengan demikian, penampakan menakjubkan ini jelas menjadi jawaban bagi yang penasaran akan warna asli dari Planet Mars.
Baca Juga
Advertisement
Memang, jika dilihat dari luar angkasa, planet memancarkan warna merah terang. Pada kenyataannya, suasana langsung dari dalam planet justru memperlihatkan atmosfer dengan corak biru. Meski warna tanah planet tersebut berwarna merah.
Menurut keterangan yang dilansir Mirror, Selasa (6/2/2018), Curiosity mengabadikan momen ini di wilayah-wilayah Vera Rubin Ridge.
Video juga mengabadikan beberapa kawah besar yang berusia 3,5 juta tahun lamanya. Wilayah tersebut terletak lebih dari 1.000 kaki atau 300 meter di atas permukaan Kawah Gale yang bentangnya bisa mencapai 154 kilometer.
Dari video itu juga tampak wilayah yang pertama kali disambangi Curiosity saat mendarat di Mars.
Wahana robotik ini diketahui menginjakkan kaki di Mars pada 6 Maret 2012, kemudian ia melanjutkan penjelajahannya ke kawasan sekitar, seperti pendakian ke Kawah Gale.
Sekilas Tentang Curiosity
Selama hampir enam tahun, Curiosity sudah mengarungi Mars dalam jarak sejauh 16 kilometer. Pada kenyataannya, NASA menilai jarak tersebut masih sangat pendek.
Badan Antariksa Amerika Serikat ini memang sudah memprogram Curiosity untuk melintas dalam waktu yang singkat. Robot rover sebelum Curiosity yang menjelajahi Mars, yakni Opportunity, bahkan cuma mengarungi 42 kilometer dalam waktu 12 tahun saja.
Untuk sekarang, Curiosity tengah mendaki gunung Sharp untuk meneliti iklim Mars lewat deretan lapisan batu. Robot ini juga bertugas untuk mengumpulkan zat kimia pendukung kehidupan di Planet Merah.
Advertisement
Pencapaian NASA
Selama beberapa tahun terakhir, NASA memang sudah fokus dengan penelitian Planet Mars. Salah satu penemuan besarnya adalah kandungan air yang ditemukan sejak September 2015.
Saat itu, MRO mengidentifikasi bukti mineral terhidrasi yang disebut perklorat, yang telah membentuk garis-garis di lereng di permukaan Mars.
"Hal yang paling menarik tentang pengumuman ini adalah kehidupan di Mars memang memungkinkan," kata salah seorang perwakilan NASA, John Grunsfeld pada konferensi pers, seperti dikutip dari CNBC.
Beberapa perklorat dapat menjaga air dari pembekuan, bahkan pada suhu sedingin -94 derajat Fahrenheit. Perklorat itu membentuk garis-garis di lereng Mars selama musim hangat planet ketika suhu naik di atas -10 derajat Fahrenheit. Garis-garis itu disebut Recurring Slope Lineae (RSL), yang kemudian menghilang selama musim dingin.
"Sesuatu menghidrasi garam-garam ini, dan tampaknya berubah menjadi garis-garis tersebut, yang datang dan pergi sesuai dengan musim," ungkap Lujendra Ojha, salah seorang peneliti pada proyek tersebut dalam sebuah pernyataan.
Ini berarti, lanjut Ojha, air di Mars adalah asin, bukan murni. Hal ini masuk akal karena garam menurunkan titik beku air.
Bahkan jika RSL sedikit di bawah tanah, di mana suhunya lebih dingin dari suhu permukaan, garam akan menjaga air dalam bentuk cair dan memungkinkan untuk mengalir menuruni lereng Mars.
(Jek/Isk)