Normalisasi Ciliwung Terganjal Lahan, Lokasi Ini Rawan Banjir

Kementerian PUPR dan Pemprov DKI Jakarta mengebut normalisasi Sungai Ciliwung untuk menanggulangi banjir Jakarta. Progresnya baru 60 persen.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 05 Feb 2018, 18:45 WIB
Alat berat digunakan untuk mengeruk lumpur dan sampah yang mengendap di anak Sungai Ciliwung, Jakarta, Jumat (26/1). Pengerukan dilakukan untuk mencegah pendangkalan sungai. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berupaya menanggulangi banjir Jakarta dengan normalisasi Sungai Ciliwung. Meski begitu, normalisasi tersebut baru berjalan 60 persen.

Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PUPR, Imam Santoso mengatakan, belum rampungnya normalisasi tersebut karena terkendala pembebasan lahan. Pembebasan lahan akan dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta.

"Kita melakukan normalisasi sungai Ciliwung, meskipun kemudian tidak seluruhnya karena pembebasan lahan belum siap. Kita tidak bisa. Dulu kita punya kesepakatan dengan Pemda DKI Jakarta, kita akan melakukan pembangunan infrastruktur di Ciliwung dan tanahnya dilakukan Pemda," kata Imam saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Senin (5/2/2018).

Dia melanjutkan, normalisasi Sungai Ciliwung adalah memperlebar serta membuat tanggul di Sungai Ciliwung. Dia bilang, normalisasi akan dilakukan sepanjang 19,5 kilometer (km). 

Saat ini, sambungnya, normalisasi baru 60 persen dari total panjang tersebut. Sisanya, sebanyak 40 persen belum dibebaskan dan tersebar di beberapa titik, antara lain, Kalibata, Cililitan, Pengadegan, Cawang, Bidaracina, dan Bukit Duri.

"Kemudian karena Sungai Ciliwung belum seluruhnya dibebaskan, belum seluruhnya dibuat tanggul-tanggul. Kemungkinan tanda petik, kalau air naik akan terjadi di titik yang tanggulnya belum ditinggikan," Imam menjelaskan. 

Imam menambahkan, Kementerian PUPR siap membangun infrastruktur tersebut. Asalkan, lanjut dia, Pemprov DKI Jakarta telah melakukan pembebasan lahan.

Di samping itu, Imam mengatakan, untuk mengantisipasi banjir di Jakarta, telah dilakukan penambahan pintu air di Manggarai. Kapasitasnya meningkat dari 350 meter kubik per detik menjadi 507 meter kubik per detik.

"Kemudian di bawahnya, di hilirnya ada pintu air Karet itu, kapasitas 550 meter kubik per detik, sekarang 700 meter kubik per detik. Itu langkah penanggulangan banjir Jakarta selain normalisasi Sungai Ciliwung," tukas dia.

 


Banjir Jakarta

Banjir Jakarta akibat air kiriman dari Bogor, Jawa Barat. (Liputan6.com/Ady Anugrahadi)

Banjir Jakarta merendam rumah di Kebun Pala II, RT 13/ RW 004, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara. Ketinggian air di wilayah ini mencapai 170 sentimeter.

Ketua RT setempat, Sanusi, mengatakan banjir Jakarta mulai merendam sejak Minggu, 4 Februari sore. Ketinggiannya terus naik hingga hari ini. "Kemarin sore awalnya cuma 60 sentimeter. Kemarin malem naik lagi, sekarang sudah 170 sentimeter," ucap Sanusi kepada Liputan6.com, Jakarta, Senin (5/2/2018).

Dia memprediksi air akan terus naik. Pasalnya, curah hujan masih tinggi. Ditambah lagi, ada kabar kiriman air dari Bogor. "Kemungkinan nambah lagi," ujar Sanusi.

Dia menyebutkan, ada sekitar 150 Kepala Keluarga (KK) yang terkena dampak banjir Jakarta di wilayah ini. Mereka belum berniat untuk mengungsi. "Di sini rata-rata rumahnya dua lantai. Jadi, mereka di atas saja sembari nunggu surut," kata Sanusi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya