5 Sinyal Bahaya di Tubuh Kita yang Kerap Diabaikan

Lima tanda sederhana berikut sebaiknya jangan diabaikan, karena berisiko ganggu kesehatan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 05 Feb 2018, 21:06 WIB
Ilustraasi foto Liputan6

Liputan6.com, Boston - Banyak orang cenderung panik ketika mendapati tanda-tanda yang tidak biasa di tubuhnya. Namun setelah mencari tahu di internet, dan kebetulan disebut tidak berbahaya bagi kesehatan, maka hati pun menjadi lega.

Namun perlu diwaspadai, bahwa hal-hal yang terkadang dianggap 'remeh', dapat menjadi masalah besar jika tidak segera ditangani. Apalagi jika tanda-tanda tidak biasa itu terjadi berkali-kali.

Dilansir dari laman Bustle.com pada Senin (5/2/2018), sebuah laporan studi ilmiah di bidang kesehatan publik pada Sekolah Kedokteran Harvard pernah menulis bahwa hampir 72 persen responden di Amerika Serikat cenderung mengabaikan  gejala anomali kecil pada tubuhnya.

"Ketika tubuh mengalami tanda yang tidak biasa, dan kemudian hilang beberapa waktu kemudian, maka banyak orang akan berpikir abai ketika tanda tersebut kembali muncul," jelas Laurie Towers, Direktur Physical Advantage, sebuah perusahaan jasa konsultasi kebugaran.

Entah itu ruam di kulit, sakit perut ringan, atau kelelahan sementara, sebaiknya segera memeriksakan diri pada dokter jika hal tersebut terjadi berkali-kali.

Namun, jangan buru-buru berpikir buruk jika tanda-tanda anomali tersebut muncul berulang kali. Bisa jadi hal itu memang anomali biasa, dan dapat disembuhkan. Kalaupun mengarah pada gejala yang lebih serius, setidaknya Anda telah melakukan pemeriksaan dan pencegahan dini terhadapnya.

Berikut adalah tujuh tanda anomali pada tubuh yang bisa jadi berbahaya bagi kesehatan, dan patut diperiksakan ke dokter.

 

 


Kelelahan dan Kulit Membiru

ilustrasi tanda kelelahan

1. Kelelahan

Kelelahan kronis dapat menjadi sinyal penyakit tiroid, sebuah ketidakseimbangan nutrisi, atau akibat asupan makanan yang tidak cocok.

Jika Anda terbiasa mengatasi kelelahan dengan menikmati secangkir kopi atau teh, maka kini mencobalah untuk tidur sesaat di suasana yang rileks, seperti dalam kondisi temaram misalnya.

Namun, apabila hal itu tidak berhasil, maka sebaiknya segera periksakan ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

 

2. Buku Jari Membiru

Jika muncul ruam di buku jari dan kemudian membiru setelahnya, itu bukan tanda bengkak, melainkan tanda gejala dermatomyositis. Ini merupakan sebuah gejala peradangan yang terjadi pada jaringan tisu, sehingga membuat kinerja kolagen pada kulit terganggu.

Gejala ini tidak berbahaya, namun jika berulang kali terjadi, dan tidak juga diobati, bisa berisiko sebabkan kerapuhan dini pada sendi-sendi jari.


Pegal dan 'Mules'

Ilustrasi sakit perut. (via. Ask Doctor)

3. Pegal Pasca-Latihan Kebugaran

Istilah 'no pain, no gain' kerap dijadikan alasan untuk menutupi rasa lelah pasca-latihan kebugaran. Untuk awal-awal latihan, hal itu bisa dimaklumi. Namun, jika hal itu terus berlanjut, bisa jadi ada masalah pada otot, tulang, atau sendi tubuh.

Sebaiknya, segera periksakan hal ini ke dokter spesialis rematologi, yakni dokter yang berkonsentrasi pada diagnosis dan terapi penyakit rematik. Bisa jadi masalahnya ada pada pola latihan yang salah, atau latihan yang kurang cocok dengan fisiologi tubuh.

4. Perut Melilit

Perut melilit atau 'mules' sering dianggap sebagai tanda anomali yang tidak berbahaya. Biasanya obat pencahar dijadikan alat utama untuk meredakannya.

Namun, jika hal itu terjadi berkali-kali, bisa jadi ada masalah serius pada usus. Ini bisa menjadi tanda terjadinya konstipasi idiopatik kronis (CIC) atau sindrom iritasi usus, yang jika tidak segera diatasi, akan berisiko sebabkan penyakit usus buntu.


Sakit kepala tidak berkesudahan

Hati-hati sakit kepala saat berhubungan seks bisa terjadi gejala stroke

5. Sakit kepala tidak berkesudahan

Sakit kepala dapat muncul sesaat, atau dalam jangka waktu lama. Munculnya pun bisa secara tiba-tiba, atau perlahan-lahan.

Ditilik dari penyebabnya, sakit kepala terbagi menjadi dua jenis, yaitu sakit kepala primer dan sakit kepala sekunder.

Sakit kepala primer disebabkan oleh gangguan pada struktur kepala yang sensitive terhadap rasa sakit. Sedangkan sakit kepala sekunder disebabkan oleh aktifnya saraf rasa sakit di kepala, yang disebabkan oleh berbagai penyakit.

Jika mengalami sakit kepala yang sangat menganggu, maka sebagiknya segera periksakan ke dokter spesialis saraf. Biasanya oleh dokter, akan dilakukan pemeriksaan melalui tes darah, tes urine, pemindaian kepala, dan rekam otak.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya