Konten Porno Deepfakes Tuai Kontroversi

Konten pornografi deepfakes memunculkan kontroversi karena berpotensi dipakai untuk balas dendam dan merusak nama baik orang lain.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 08 Feb 2018, 19:57 WIB
Kecanduan nonton film bertema seks membuat otak kamu rusak di lima bagian ini. Masih berani?

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang tidak bertanggung jawab saat memakai teknologi demi 'kepentingan kotor' mereka. Kali ini ada sejumlah orang mengedit pemain film dewasa dengan wajah orang lain lewat teknologi deepfakes.

Forbes melaporkan proses menciptakan konten deepfakes memang cukup menyita waktu, namun ternyata tidak susah apabila si pelaku memiliki alat dan daya yang dibutuhkan.

Awalnya, penggunaan teknik tersebut hanya dipakai untuk mengganti wajah selebritas seperti Nicholas Cage di video cuplikan-cuplikan film, tapi lama-kelamaan mereka yang memiliki pikiran kotor mulai mengeksploitasi teknik tersebut pada konten pornografi.

Salah satu bahaya dari Deepfakes adalah apabila wajah orang lain tiba-tiba "dipakai" tanpa izin untuk "dipasang" di tubuh bintang pornografi.

Tindakan tersebut berpotensi merugikan martabat orang lain. Jelas kasus ini harus diawasi dari awal sebelum berkembang lebih besar ke arah yang lebih negatif.

Setelah kasus ini mencuat, situs Pornhub langsung gesit bergerak untuk mencekal deepfakes. Pornhub menganggap deepfakes adalah tindakan non-consensual (tanpa izin).

Twitter dan Gfycat juga turut mencekal konten deepfakes dari platform mereka. Setelah kontroversi tersebar luas, situs Reddit juga akhirnya mencekal konten deepfakes pada situsnya pada 7 Februari 2018. Salah satu laman di situs Reddit memang sempat lama dijadikan tempat berkumpul para pecinta deepfakes.

Sungguh disayangkan saat teknologi yang memakai kekuatan Artifical Intelligence (AI) malah dijadikan alat untuk merugikan orang lain demi memuaskan nafsu pornografi.


Melawan Revenge Porn

Sering Nonton Film Porno Bisa Bikin Sulit Ereksi?

Kasus pornografi lain yang mengkhawatirkan adalah fenomena yang disebut revenge porn (balas dendam porno).

Kasus revenge porn terjadi ketika seseorang menyebarkan konten-konten seperti foto atau video pribadi bertema seksual milik orang lain sebagai pembalasan dendam. Pelaku dari revenge porn acap kali adalah mantan pasangan.

Di negara-negara Eropa, sudah ada hukuman yang menghalau revenge porn, bahkan di Jerman sudah ada peraturan yang mewajibkan seseorang menghapus foto-foto mantan pasangan mereka apabila si mantan memintanya.

Kanada pun memiliki hukum melawan revenge porn. Sementara Amerika Serikat, sudah ada 38 negara bagian yang melegalkan penyebaran konten bertema seks milik orang lain tanpa izin. Untuk di Asia, Jepang dan Filipina sudah memiliki undang-undang (UU) terkait revenge porn.

Untuk di Indonesia sendiri UU untuk revenge porn masih belum jelas. Memang sudah ada UU yang melarang penyebaran konten pornografi, tapi sayangnya korban juga berpotensi terjerat hukum.

Akibatnya korban dari tindakan revenge porn akan mengalami kesulitan untuk melaporkan kasusnya karena berpotensi malah ikut terjerat.


Google Turut Melawan Konten Berbahaya

Head of Android Google Sundar Pichai mengatakan jika ia berada di bisnis menciptakan malware, ia kemungkinan akan menargetkan Android juga.

Konten pornografi ternyata juga dapat ditemukan dalam gim yang dengan mudah dapat diakses anak-anak di bawah umur.

Google belum lama ini menghapus 60 aplikasi gim dari Play Store. Penghapusan ini dilakukan setelah perusahaan keamanan Check Point menemukan adanya bug jahat menampilkan iklan pornografi di aplikasi gim yang sebagian besar ditujukan bagi anak-anak.

Untuk mencegah hal ini Google menyediakan fitur otomatis bernama Google Play Protect yang berfungsi akan mengecek keamanan aplikasi yang ada di dalam Google Store.

Aplikasi yang sudah mendapat predikat aman dari Google Play Protect akan mendapatkan centang hijau yang muncul muncul saat aplikasi sedang di-download.

Selain itu, Google Play Protect juga melakukan pemindaian berkala terhadap aplikasi-aplikasi berbahaya yang terpasang, kemudian menghapusnya.

Tercatat 50 miliar aplikasi dipindai oleh Google Play Protect tiap harinya untuk melindungi pengguna dari konten berbahaya.

(Tom/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya