Liputan6.com, New York - Berjuang atas nama cinta. Mungkin kalimat demikian yang tepat untuk menggambarkan beberapa kisah pernikahan anggota kerajaan yang penuh kontroversi.
Janji suci mereka dalam acara pernikahan sempat ditentang dengan berbagai alasan. Mulai dari latar belakang berbeda dan melanggar aturan kerajaan.
Advertisement
Meski demikian, berbagai konsekuensi siap mereka jalani. Cibiran, gunjingan bahkan disepak dari kerajaan harus mereka terima.
Kisah-kisah pernikahan kontroversial demikian rupanya tak hanya terjadi di Negeri Dongeng. Beberapa anggota kerajaan terlibat dalam permasalahan seperti ini.
Seperti dikutip dari laman People.com, Selasa (6/2/2018), berikut 5 pernikahan pangeran dan putri kerajaan yang kontroversial:
1. Pangeran Charles dan Camilla Parker Bowles
Rencana pernikahan putra mahkota Inggris Pangeran Charles dengan kekasih lamanya Camilla Parker Bowles, dikeluarkan Kantor Clarence House di London pada Oktober 2005.
Kabar tersebut lantas mengundang reaksi pro dan kontra. Kecaman juuga datang dari Gereja Inggris (Gereja Anglikan) selaku institusi keagamaan resmi negeri itu. Mereka tak merestui pernikahan orang yang telah bercerai.
Kemarahan publik atas pernikahan ini juga memperkuat sinyal bahwa Charles telah mengkhianati cinta Putri Diana. Ia menikahi perempuan yang menimbulkan luka batin bagi Lady Di.
Camilla dipastikan tak dianugerahi gelar Ratu Inggris. Wanita berusia 57 tahun ini hanya akan bergelar Princess Consort yang sangat tak setara dengan ratu.
Publik menganggap keluarga Buckingham seharusnya menjadi teladan bukan membiarkan pernikahan pasangan yang berlatar belakang keretakan rumah tangga.
Advertisement
2. Raja Edward VIII dan Wallis Simpson
Salah satu skandal pernikahan terjadi pada Desember 1936. Kala itu Raja Edward VIII belum genap setahun dimahkotai sebagai Raja Inggris, ia memutuskan untuk turun takhta. Demi seorang perempuan.
"Saya, Edward VIII, Raja Inggris...dengan ini menyatakan keputusan saya yang tak bisa dibatalkan, untuk meninggalkan takhta untuk diri saya sendiri dan juga untuk anak keturunan saya," tulis dia dalam sebuah surat.
Ia menandatangani surat penyerahan takhtanya, Kamis pagi 10 Desember 1936, di depan saudara-saudaranya dan para pengacara.
Hari berikutnya, Parlemen Inggris dan House of Lords (Dewan Bangsawan) mengeluarkan 'Demise of the Crown' -- persetujuan akhir kekuasaan seorang raja, ratu, atau kaisar akibat meninggal dunia atau menyerahkan kekuasaan alias turun takhta.
Ia bertemu dengan Wallis Simpson pada Januari 1931, awalnya sama sekali tak tetarik, namun setelah beberapa pertemuan, benih-benih cinta tumbuh di hati sang pangeran. Perempuan asal AS itu bahkan sempat jadi kekasih gelapnya -- meski masih berstatus sebagai istri orang.
Mereka akhirnya menikah pada 3 Juni 1937. Menjadi Duke dan Duchess of Windsor, terus bersama sampai Edward meninggal dunia pada 1972. Keduanya dimakamkan berdampingan di pemakaman kerajaan di Frogmore, Windsor.
Sementara itu, pada 12 Desember 1936, Inggris punya raja baru. Adik Edward, Duke of York, dipilih jadi pengganti. Menjadi Raja George VI -- ayah dari Ratu Elizabeth II.
3. Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima
Maxima lahir pada 17 Mei 1971, Ia adalah istri dari Raja Willem-Alexander dari Belanda. Sebelum menikah, Maxima bekerja di perusahaan keuangan internasional di Argentina, New York, dan Brussel.
Maxima juga mengajar bahasa Inggris untuk anak-anak dan matematika untuk siswa SMA. Maxima bertemu dengan Raja Willem Alexander di sebuah pesta di Sevilla Spanyol.
Saat pertemuan pertama tersebut, Maxima tidak tahu bahwa calon suaminya adalah seorang raja karena ia hanya mengenalkan namanya sebagai Alexander.
Mereka menikah pada 2 Februari 2002 dan dikaruniai tiga anak. Maxima dikenal memiliki kepedulian yang tinggi kepada imigran yang masuk ke Belanda.
Pengumuman yang tersebar ke seluruh Negeri Kincir Angin itu mengakhiri polemik berkepanjangan di kalangan publik setempat karena menyangkut latar belakang keluarga calon mempelai wanita. Maxima adalah putri Jorge Horacio Zorreguieta, mantan Menteri Pertanian Argentina di era pemerintahan Presiden Jorge Videla.
Periode pemerintahan Videla, antara 1976 sampai 1983 dikenang rakyat Argentina sebagai masa kekuasaan diktator.
Latar belakang politik inilah yang menjadi ganjalan bagi sebagian publik Belanda, sehingga isu kedekatan pangeran berusia 33 tahun dengan Maxima sempat menjadi perdebatan sengit dan luas di kalangan masyarakat setempat.
Pertama kali, masyarakat Belanda mengetahui kedekatan Pangeran Alexander dengan Maxima pada September 1999. Sejak saat itu lah keduanya menyatakan secara terbuka rencana untuk membentuk mahligai rumah tangga.
Kini, masyarakat di sana akhirnya menerima dengan senang hati pasangan baru kerajaan itu. Hal tersebut ditunjukkan dengan sambutan spontan kepada kedua mempelai seusai pengumuman pertunangan.
Advertisement
4. Ratu Beatrix dan Pangeran Claus
Ratu Beatrix memilik untuk menikahi seorang pria dengan masa lalu yang begitu kontroversial, yaitu Pangeran Claus.
Di awal kariernya, Pangeran Claus pernah menjadi anggota korps pemuda Hitler dan tumbuh di Jerman. Ia bahkan pernah jadi ujung tombak Perang Dunia II dengan jadi anggota tempur bagi Jerman yang kala itu dikuasai Nazi.
Ketika keduanya hendak mengumumkan pertunangan tahun 1965, banyak orang yang menentang. Sebab, ingatan Perang Dunia II masih segar di benak banyak orang.
Protes meletus, banyak warga di Amsterdam yang mengisi petisi dan menentang pernikahan itu.
Sedikitnya ada sekitar 65 ribu tanda tangan. Namun, pernikahan tetap berlangsung sebab parlemen menyetujuinya.
5. Putri Sayako dan Yoshiki Kuroda
Ketika meninggalkan Istana Kekaisaran untuk terakhir kalinya, Putri Nori hanya membawa sebuah meja, lemari, dan gaji sebulan untuk bekal perubahan hidupnya menjadi rakyat jelata.
Setelah keluar dari gerbang istana, ia bukan lagi Putri Nori, tapi sekadar Nyonya Sayako Kuroda. Ya, Sayako menanggalkan gelar dan hak-hak istimewanya demi menikahi kekasih hatinya sejak masih kecil, Yoshiki Kuroda.
Sejak saat itu, ia harus belajar mengemudi, naik kendaraan umum, dan belanja mingguan seperti rakyat biasa. Ada beberapa laporan yang menyebutkan Sayako sekarang telah menjadi ahli ornitologi dan menjalani hidup biasa-biasa saja.
Ada juga beberapa pihak yang menyebutkan bahwa wanita itu lega telah meninggalkan Istana Kekaisaran. Sang Putrsi mengaku merasa"amat tidak nyaman" bertumbuh dewasa dan mempelajari kehidupannya di masa depan keluarga kekaisaran.
Ibunya menderita guncangan batin pada awal 1990-an karena tekanan kehidupan dalam istana, termasuk kelelahan dan tekanan yang tak tertahankan, sehingga bahkan kehilangan kemampuan berbicara.
Advertisement