Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai, gugurnya bursa global disebabkan oleh persepsi investor terkait kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed). Gugurnya bursa global sendiri diikuti dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Direktur Utama BEI Tito Sulistio meyakini, hal tersebut merupakan persepsi sesaat. Terlebih, perekonomian nasional positif sejalan dengan kinerja emiten.
"Saya ingin katakan bahwa jika hasil perusahaan 2017 itu bagus, ekonomi bagus, semuanya hanya persepsi sesaat," kata dia di Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Sebab itu, dia meminta emiten untuk segera merilis laporan keuangannya. Langkah sebagai upaya untuk meredam penurunan IHSG. Seperti diketahui, IHSG tercatat melemah 1,69 persen dan 111,13 poin ke level 6.478,54. Indeks LQ45 pun melemah sebesar 1,49 persen ke level 1.090,48 pada perdagangan saham Selasa pekan ini.
Baca Juga
Advertisement
"Tolong dong emiten-emiten yang result-nya bagus percepat keluarkan laporan keuangannya, tunjukan ke masyarakat bahwa hasil bahwa Anda bagus," ujar dia.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV 2017 tercatat 5,19 persen. Secara penuh, pertumbuhan ekonomi nasional di 2017 ialah 5,07 persen.
"Jadi tolong keluarkan secepatnya buktikan hasilnya bagus maka investor akan percaya," ujar dia.
Berdasarkan data BEI menunjukkan, kalau kinerja keuangan perusahaan tercatat di pasar saham Indonesia atau emiten cukup baik. Ini ditunjukkan dari pendapatan perusahaan yang tercatat di pasar saham Indonesia tumbuh 22,61 persen menjadi Rp 265,12 triliun pada 2017 dari periode 2016 sebesar Rp 216,23 triliun.
Sementara itu, laba bersih tumbuh 14,75 persen dari Rp 40,83 triliun pada 2016 menjadi Rp 46,85 triliun pada 2017. Emiten masuk LQ45 membukukan pertumbuhan pendapatan 24,27 persen dari Rp 195,51 triliun pada 2016 menjadi Rp 242,96 triliun pada 2017. Sedangkan laba bersih tumbuh 14,43 persen dari Rp 37,75 triliun pada 2016 menjadi Rp 43,19 triliun pada 2017.
IHSG Melemah 111 Poin
Sebelumnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terkoreksi pada penutupan perdagangan saham Selasa (6/2/2018). Tekanan ini diikuti dengan pelemahan di seluruh saham sektor industri.
IHSG tercatat melemah 1,69 persen dan 111,13 poin ke level 6.478,54. Indeks LQ45 pun melemah sebesar 1,49 persen ke level 1.090,48.
Seluruh sektor saham memerah. Paling besar pelemahan terjadi pada saham industri dasar sebesar 3,16 persen dan industri pertanian yang sahamnya terperosok 2,86 persen. Saham industri pertambangan pun senasib dengan catatan pelemahan 2,48 persen. Sebanyak 330 saham melemah, 91 saham jalan di tempat, dan sebanyak 58 saham menguat.
Adapun total transaksi saham yang diperdagangkan sebanyak 468.163 kali dengan volume transaksi saham 23,5 miliar. Nilai transaksi perdagangan hari ini mencapai Rp 15,3 triliun. Transaksi harian saham besar ini lantaran ada transaksi saham PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM) cukup besar di pasar negosiasi. Transaksi saham TRAM mencapai Rp 3,5 triliun. Harga saham TRAM ditransaksikan di level harga Rp 600 per saham.
Investor asing mencatatkan penjualan sebesar Rp 1,71 triliun di seluruh pasar. Sementara kurs rupiah berada di level 13.537 per dolar Amerika Serikat (AS).
Saham-saham yang menunjukkan pelemahan tertinggi, antara lain FINN sebesar 21,79 persen. Disusul saham IBFN dengan penurunan 18,03 persen, dan saham CSIS yang merosot sebesar 15,62 persen.
Di tengah pelemahan IHSG, ada saham-sajam yang justru menguat. Saham TRUS menguat sebesar 34,56 persen, AGRS sebesar 24,65 persen, dan saham GDYR naik 16,85 persen.
Bursa Asia terpantau melemah. Indeks Hong Kong Hang Seng terjadi pelemahan 5,12 persen. Indeks Saham Korea Selatan Kospi pun memerah dengan penurunan 1,54 persen, indeks saham Jepang Nikkei menurun 4,73 persen, indeks Shanghai melemah 3,35 persen. Indeks saham Taiwan tergelincir 4,95 persen. Diikuti indeks saham Singapura melemah 2,2 persen.
Advertisement