Jakarta - Manchester United memiliki sejarah kelam ketika pesawat yang membawa skuat mereka mengalami kecelakaan di Bandar Udara Munchen, 6 Februari 1958.
Baca Juga
- Rooney: Sanchez Jadi Senjata Sempurna Manchester United
- Cara Manchester United Kenang 60 Tahun Tragedi Munchen
- 5 Pemain Ini Kariernya Meredup Bersama MU
Advertisement
Kala itu, skuat The Red Devils dalam perjalanan pulang menuju Inggris setelah bertanding melawan Red Star Belgrade pada ajang Piala Champions. Pesawat yang mereka tumpangi berhenti di Bandar Udara Munchen guna mengisi bahan bakar.
Ketika mengisi bahan bakar, mesin bagian kiri pesawat mengalami kerusakan. Dua pilot, James Thain dan Kenneth Rayment berani mengambil risiko dan meneruskan penerbangan.
Keputusan dua pilot tersebut berakibat fatal. Sempat dua kali mengalami kegagalan lepas landas, pesawat mengalami kecelakaan. Akibatnya, 20 dari 44 penumpang meninggal dunia di tempat, sementara tiga lainnya menyusul di Rumah Sakit Rechts der Isar, Munchen. Delapan di antara korban tewas adalah penggawa Manchester United.
Manchester United bukan satu-satunya tim yang menderita karena kecelakaan yang terkenal dengan sebutan 'Tragedi Munchen' itu. Timnas Inggris yang menjadi favorit pada Piala Dunia 1958 juga harus menanggung akibatnya.
The Red Devils butuh waktu lima musim untuk kembali meraih gelar juara saat merebut Piala FA 1962-1963. Satu dekade berselang, Manchester United menjadi juara Piala Champions untuk kali pertama pada musim 1967-1968.
Bola.com merangkum empat kesebelasan lain yang pernah mengalami kecelakaan pesawat. Berikut ini adalah daftarnya:
Torino
Torino merajai Serie A pada periode 1940-an. Kala itu, mereka menjadi juara lima kali beruntun dan mendapatkan julukan Il Grande Torino.
Akan tetapi, era kejayaan Torino berakhir dengan cara tragis. Seluruh penggawa Granata meninggal dalam perjalanan pulang setelah menghadapi Benfica pada laga persahabatan, 4 Mei 1949.
Sebanyak 31 penumpang, termasuk pemain dan tim pelatih Torino tidak ada yang selamat. Kala itu, pesawat yang mereka tumpangi menabrak bagian belakang Gereja Basilica of Superga, Turin.
Kecelakaan itu langsung menjadi tragedi bagi sepak bola Italia. Seluruh kesebelasan di pentas Serie A langsung memainkan para pemain muda sebagai penghormatan terhadap Torino.
Selain itu, kecelakaan yang populer dengan nama Tragedi Superga tersebut membuat timnas Italia mundur dari Piala Dunia 1950.
Advertisement
Alianza Lima
Klub asal Peru, Alianza Lima, juga menjadi kesebelasan yang menderita akibat kecelakaan pesawat. Ironisnya, saat itu Alianza Lima tengah memuncaki klasemen sementara Liga Peru dan kompetisi tinggal menyisakan beberapa laga.
Petaka terjadi setelah Alianza Lima menang 2-0 atas Deportivo Pucallpa. Ketika ingin kembali, pesawat yang ditumpangi para penggawa Alianza Lima mengalami kecelakaan.
Saat itu, pesawat tersebut jatuh di tengah Samudera Pasifik pada 8 Desember 1987. 43 penumpang termasuk di antaranya 16 pemain Alianza Lima meninggal karena kecelakaan tersebut.
Alhasil, Alianza Lima mengakhiri sisa musim dengan memainkan para pemain muda. Klub itu gagal memertahankan posisinya dan gelar juara direbut sang rival, Universitario de Deportes.
Timnas Zambia
Menjelang Piala Dunia 1994, timnas Zambia memiliki generasi emas. Anggapan berasal dari para pemain yang mampu mengalahkan Italia dengan skor 4-0 pada ajang Olimpiade, lima tahun sebelumnya.
Petaka terjadi ketika timnas Zambia berangkat dengan pesawat menuju Dakar untuk melawan Senegal pada kualifikasi Piala Dunia 1994, 27 April 1993. Namun, pesawat yang mengangkut timnas Zambia tidak pernah tiba.
Pesawat jatuh di Samudera Atlantik setelah mengisi bahan bakar di Ibu Kota Gabon, Librevvile. Sebanyak 18 pemain serta lima pelatih menjadi korban tragedi tersebut.
Setelah kecelakaan itu, timnas Zambia kesulitan melahirkan tragedi terbaik.
Advertisement
Chapecoense
Chapecoense tengah menuju gelar internasional pertama mereka, Copa Sudamericana 2016. Ketika itu, mereka menuju markas Atletico Nacional dengan menggunakan pesawat melakoni leg pertama partai final.
Pesawat yang mereka tumpangi tidak pernah sampai ke tujuan karena jatuh di perbukitan Kolombia, 28 November 2016.
Atletico Nacional, yang menjadi lawan mereka, menolak gelar juara Cipa Sudamericana 2016. Mereka justru meminta CONMEBOL memberikan trofi juara kepada Chapecoense.
Setelah kecelakaan tersebut, dukungan mengalir untuk Chapecoense dari seluruh dunia. Klub-klub Eropa seperti Barcelona dan Torino memberikan penghargaan bagi klub asal Brasil tersebut.
Sumber: Berbagai sumber
Saksikan cuplikan pertandingan dari Liga Inggris, La Liga, Liga Champions, dan Liga Europa, dengan kualitas HD di sini