Liputan6.com, Jakarta - Lembaga pemeringkat internasional Moody's Investors Service menilai kalau profil kredit atau utang Indonesia tetap di posisi Baa3 positif.
Penetapan peringkat itu didukung defisit fiskal Indonesia semakin sempit, rendahnya utang pemerintah, ekonomi besar serta prospek pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang sehat.
Mengutip laman Moody's, seperti ditulis Selasa (6/2/2018), Moody's menilai Indonesia juga hadapi tantangan kredit meliputi mobilisasi pendapatan rendah dan ketergantungan pada pendanaan eksternal.
Ditambah faktor-faktor yang mengekspos ekonomi dan keuangan pemerintah terhadap fluktuasi dalam kondisi pembiayaan global.
"Prospek positif dengan peringkat sovereign menunjukkan pandangan Moody's terhadap sentimen eksternal berkurang dan efektivitas kebijakan meningkat," ujar Analis Moody's Anushka Shah.
Baca Juga
Advertisement
Dalam laporan Moody's menyebutkan kalau prospek pertumbuhan di Indonesia tetap stabil. PDB akan berkisaran 5,2 persen-5,3 persen secara year on year (YoY) yang didukung konsumsi swasta dan kenaikan pertumbuhan ekspor.
Moody's melihat dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia merampingkan peraturan kompleks secara bertahap. Ini membuat perbaikan persepsi investor dan penjumlahan dalam pembentukan modal tetap. "Walaupun pertumbuhan investasi masih di bawah puncak," ujar dia.
Moody's juga menilai, pemerintah taat terhadap pembatasan defisit fiskal sehingga beban utang tetap rendah. Akan tetapi, basis pendapatan yang sempit membatasi keterjangkauan utang.
"Harga komoditas yang lebih tinggi dan stabilitas lanjutan dalam pertumbuhan serta arus masuk investasi telah menghasilkan peningkatan dalam buffer atau bantalan sentimen eksternal. Namun ketergantungan Indonesia terhadap mata uang asing menghadapkannya pada perumbuhaan kondisi pembiayaan global," jelas dia.
Akan tetapi, bantalan eksternal lebih kuat dari 2008 dan taper tantrum pada 2013. Moody's akan pertimbangkan menaikkan peringkat Baa3 jika Indonesia menunjukkan kemajuan lebih lanjut untuk kurangi kerentanan eksternal secara berkelanjutan.
"Salah satu indikasi positif perkembangan ini adalah pengurangan ketergantungan pemerintah terhadap utang luar negeri," ujar dia.
Sedangkan Moody's Investor Service melihat tidak mungkin menurunkan peringkat. Hal ini mengingat prospek positif dari profil kredit Indonesia. Namun peringkat profil kredit dapat melemah jika ada bukti dan pemerintah tidak dapat perbaiki kinerja penerimaan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Prospek Perbankan Indonesia Positif
Sebelumnya, Moody's Investors Service, lembaga pemeringkat internasional telah mengubah pandangannya terhadap outlook sistem perbankan Indonesia dari stabil menjadi positif. Perubahan ini mencerminkan pandangan mereka terhadap bank di Indonesia seiring perbaikan pada operasi, kualitas aset, dan kapasitas dukungan pemerintah.
"Bank-bank di Indonesia akan mendapatkan keuntungan dari membaik-nya operasi dalam 12-18 bulan mendatang, seiring pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Ini karena dukungan kebijakan makroekonomi dan pasar kuat seiring harga komoditas membaik," ujar Srikanth Vadlamani, Wakil President Moody's seperti dikutip dari keterangan tertulis di laman Moody's, Selasa 13 Juni 2017.
Ia menambahkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diasumsikan sebesar 5,2 persen pada 2017 dan 5,3 persen pada 2018. Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dibandingkan 2016 sebesar 5 persen.
Adapun Moodys menilai terhadap sistem perbankan Indonesia didasarkan lima faktor. Pertama, ada perbaikan operasional. Kedua, kualitas dan aset modal yang membaik. Ketiga, pendanaan dan likuiditas. Keempat, efisiensi. Kelima, perbaikan dukungan.
Perbaikan lingkungan untuk menunjang bisnis perbankan didukung dari kebijakan makroekonomi dan pasar lebih kuat. Sedangkan kualitas aset membaik didorong pemulihan pendapatan perusahaan. Hal ini dapat menghambat rasio kredit macet lebih lanjut. Kemudian diharapkan tren ini disertai dengan turunnya tingkat utang yang diharapkan dapat berdampak pada kapasitas pembayaran utang lebih kuat.
Selain itu, meski memiliki pertumbuhan kredit lebih cepat, kapitalisasi di bank-bank di Indonesia akan tetap stabil. Rasio keuntungan lebih tinggi dapat menahan penurunan kualitas aset.
Moody's juga melihat pendanaan dan likuiditas untuk sistem perbankan lebih stabil. Tekanan dari pertumbuhan kredit yang lebih cepat akan turun tipis karena deposito bank juga tumbuh cepat.
Selain itu, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) harus stabil pada tingkat 90 persen dari akhir Maret 2017 sekitar 89 persen. Namun sejumlah bank mencatat LDR terhadap batas peraturan sekitar 92 persen.
Moody's juga melihat bank-bank di Indonesia memiliki ketergantungan kecil terhadap wholesale funding. Neraca bank juga likuid dengan aset likuid dan pemerintah. Semua bank yang dirating Moody's pun memenuhi syarat minimum likuiditas.
Selain itu, keuntungan pinjaman bank didorong marjin bunga bersih bank di Indonesia sekitar 5,3 persen. Kontribusi keuntungan lainnya berasal dari penurunan biaya kredit yang membebani pendapatan pada 2016.
Moody's menambahkan, dukungan sistem bank yang membaik juga didukung kapasitas pemerintah untuk mendukung kinerja bank dari guncangan eksternal dan perkembangan makro ekonomi dan fiskal. Hal ini mengingat pentingnya sistem perbankan terhadap ekonomi secara keseluruhan.
Baca Juga
Advertisement