Liputan6.com, Bontang - Orangutan kembali mati dengan tragis. Saat ditemukan dalam kondisi sekarat, telapak kaki kirinya tak ada. Penglihatannya hilang. Ratusan peluru dari senapan angin juga ditemukan bersarang di tubuhnya.
Orangutan itu ditemukan di Desa Teluk Pandan, Kutai Timur, Kalimatan Timur. Tim medis akhirnya tak berhasil menyelamatkan nyawanya setelah berjuang dalam waktu kritis.
"Saat itu orangutan tersebut sedang menjalani nekropsi di RS PKT Bontang," kata Pengurus Centre Orangutan Protection (COP), Ramadhani, di Bontang, Rabu, dini hari (7/2/2018).
Orangutan nahas itu berkelamin jantan. Usianya sekitar 5 hingga 7 tahun. Ia ditemukan pertama kali oleh warga sekitar di embung dalam Taman Nasional Kutai (TNK) Kutai Timur, Sabtu, 3 Februari 2018.
Baca Juga
Advertisement
"Warga yang menemukan lalu melapor ke Balai TNK (Taman Nasional Kutai) dan langsung dilakukan pengecekan," kata Ramadhani.
Setelah itu, petugas dari Center for Orangutan Protection berusaha mengevakuasi jasad orangutan. Baru pada Senin, 5 Februari 2018, orangutan tersebut bisa dievakuasi dan tiba di kantor Balai TNK pada pukul 24.00 Wita.
"Tim langsung melakukan cek kondisi orangutan pada saat itu juga dan didapati bahwa kondisi orangutan tersebut sangat lemah. Guna keperluan pemeriksaan, tim COP melakukan pembiusan, namun kondisi orangutan tersebut terus menurun," tutur Dhani.
Pada Selasa dini hari, 6 Februari 2018, tepatnya pukul 01.55 Wita, orangutan tersebut mati karena kondisi fisik yang terus menurun pascapembiusan.
"Dari hasil rontgen, di bagian kepala saja ada 74 peluru bersarang. Sejauh ini, ada sekitar 130 peluru bersarang di tubuh orangutan tersebut," kata Dhani.
Peluru Terbanyak
Dhani menerangkan, tidak semua peluru yang bersarang di tubuh orangutan nahas dikeluarkan oleh tim autopsi. Hanya 48 butir saja yang dikeluarkan dalam proses autopsi yang berlangsung selama empat jam dan dilakukan Polres Bontang dan Kutai Timur, serta KLHK itu.
Menurut Dhani, jumlah 48 butir peluru itu masih jauh lebih sedikit dari hasil foto rontgen yang mendeteksi setidaknya ada lebih kurang 130 butir peluru yang bersarang di tubuh orangutan itu.
"Peluru itu hampir merata di sekujur tubuh orangutan, tapi terbanyak di bagian kepala terdeteksi ada 74 butir peluru. Sisanya ada di bagian tangan, kaki, dan dada," ungkap Dhani, dilansir Antara.
Ia menambahkan, banyaknya tembakan yang diterima pada bagian kepala, termasuk di sekitar mata, mengakibatkan kedua mata orangutan itu mengalami kebutaan.
Tim autopsi juga menemukan banyak bekas luka di sekujur tubuh primata itu. Ada juga luka terbuka masih baru sebanyak 19 titik yang diduga dari benda tajam.
"Jadi, dugaan sementara penyebab kematian orangutan itu karena adanya infeksi luka lama ataupun yang baru terjadi," kata Dhani.
Dhani mengungkapkan, sekitar 130 butir peluru yang bersarang di tubuh primata itu adalah yang terbanyak dalam sejarah konflik antara orangutan dan manusia yang pernah terjadi di Indonesia.
Menurut data COP, pada Mei 2016 pernah terjadi kasus serupa dengan lokasi yang tidak terlalu jauh dari area penemuan terbaru ini. Namun, kasus itu tidak terungkap hingga sekarang.
"Kami akan berkoordinasi dengan aparat kepolisian dan KLHK untuk sama-sama mengungkap kasus kematian orangutan ini. Pengalaman dua pekan lalu pembunuhan orangutan di Kalahien, Kalimantan Tengah, bisa terungkap oleh Polda Kalteng, sehingga kami yakin aparat penegak hukum dapat menyelesaikan kasus di Kaltim," jelasnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement