Wonosari - Pemerintah Desa Bedoyo, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat selama beberapa bulan terakhir muncul empat lubang di desa tersebut.
Sekretaris Desa Bedoyo, Supanto mengatakan diameter tanah ambles tersebut berkisar paling kecil dua meter dan yang paling besar mencapai 10 meter.
Advertisement
Amblesnya tanah tersebut menurut pihak pemerintah desa dikarenakan di bawah tanah tersebut terdapat rongga yang merupakan jalur air atau sering disebut warga dengan "luweng".
"Tanah yang berada di atas luweng tersebut diduga tidak kuat lagi menampung debit air tersebut hingga airnya tergerus lantas ambles," katanya di Gunung Kidul, Selasa, 6 Februari 2018, dilansir Antara.
Dia mengakui di desa tersebut juga sering terjadi tanah ambles. Meski begitu, hingga kini pemerintah desa belum melaporkan kejadian tersebut ke BPBD Gunungkidul karena dianggap belum menjadi prioritas utama karena masih berada di lahan persawahan.
"Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, pemerintah desa meminta kepada warga untuk tidak melakukan banyak aktivitas di pinggir lubang karena dapat membahayakan keselamatan," katanya.
Semakin Lebar
Ia mengatakan berdasarkan data dan laporan yang masuk, tanah ambles terjadi di Dusun Pringluwang dua titik, Surubendo satu titik dan di Bulak Songjembul satu titik.
"Total ada empat titik yang mengalami amblesan di desa kami," ucap Supanto.
Salah satu warga Desa Bedoyo, Suyatmi mengatakan hanya bisa pasrah dengan amblesnya lahan sawahnya. Lahan pertanian miliknya tiba-tiba saja ambles dan membentuk sebuah lingkaran besar. Lingkaran tersebut berdiameter mencapai 10 meter dengan kedalaman mencapai 5 meter.
Suyatmi mengaku, kejadian amblesnya tanah tersebut terjadi pada malam hari saat hujan deras. Diameter tanah ambles tersebut semakin lama semakin membesar seiring hujan yang terjadi di Gunungkidul dan hingga kini mencapai dua kali lipat dari ukuran semula.
"Semakin lebar, saya takut juga saat di sini di sekitar lubang," katanya.
Advertisement
Tak Hanya di Desa Bedoyo
Sebuah ladang milik tiga petani, Harjo Wiyono (65), Giyono (45) dan Ngadiman (50), warga Dusun Ngondel Kulon, Krambilsawit, Kecamatan Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Senin, 29 Januari 2018, mendadak ambles akibat guyuran hujan akhir-akhir ini.
Ladang yang selama ini ditanami tanaman pangan ambles hingga kedalaman 6 meter dengan panjang sekitar 20 meter dan lebar 7 meter.
"Sebelum ambles, tanah itu mengalami retak-retak setelah hujan deras sebagai dampak Badai Siklon Tropis Cempaka, Desember 2017 lalu dan kini benar-benar ambles serta terjadi pergerakan tanah," kata Babinkamtibmas Polsek Saptosari Aiptu Suranto di lokasi kejadian.
Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, petugas memasang garis polisi di lokasi karena sekitar tanah ambles merupakan ladang pertanian yang saat ini tengah musim panen jagung.
Warga yang melintas maupun beraktivitas di sekitar lokasi juga diimbau untuk waspada karena hujan deras yang masih berlangsung kemungkina bisa menyebabkan ambles susulan.
Suranto berpendapat, tanah ambles itu disebabkan keberadaan sungai bawah tanah. Indikasi itu dikuatkan, aliran banjir di lokasi tanah ambles itu tidak bisa tertampung dan langsung mengalir ke bawah tanah melalui lubang yang masuk ke dalam tanah.
"Kemungkinan di bawah tanah ambles ini terdapat sungai bawah tanah, sehingga aliran banjir tidak bisa tertampung," katanya.
Saksikan video pilihan berikut ini: