Liputan6.com, Tulungagung - Siswa SDN 4 Kedoyo, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Jawa Timur, terpaksa harus saling berbagi ruang kelas untuk belajar. Itu disebabkan satu dari total empat ruang kelas yang dimiliki sekolah itu rusak parah sejak hampir empat bulan silam.
SDN 4 Kedoyo merupakan salah satu sekolah kecil di Tulungagung. Selain terbatas ruang kelas, jumlah siswa seluruhnya hanya 44 siswa. Kelas I hanya ada 7 siswa, kelas II memiliki 5 siswa, kelas III ada 9 siswa, kelas IV cuma 6 siswa, kelas V ada 8 siswa dan kelas VI ada 9 siswa.
Seorang guru SDN 4 Kedoyo, Partiani mengatakan, ruang kelas yang biasanya digunakan kelas I itu rusak sejak Oktober 2017 saat bagian atap plafon yang ambrol. Beruntung para siswa sedang istirahat saat kejadian itu.
Baca Juga
Advertisement
"Kondisi ruangan semakin memprihatinkan karena kerusakan bertambah. Januari kemarin, kayu yang menempel di dinding jatuh," kata Partiani di Tulungagung, Rabu (7/2/2018).
Pihak sekolah dibantu wali murid sempat memasang bambu untuk menyangga bagian atap itu. Karena kondisinya yang semakin membahayakan para siswa, sekolah memutuskan membongkar total bagian atap. Ruangan itu pun tak berfungsi untuk pendidikan anak – anak tersebut.
Agar tetap bisa belajar, para siswa pun harus saling berbagai tiga ruangan. Penggabungan ruang belajar itu antara kelas I dan II, kelas III dan IV serta kelas V dan VI.
Ruangan disekat papan kayu sebagai pemisah saat masing – masing kelas belajar. Di sekolah ini ada enam guru berstatus Pegawai Negeri Sipil dan empat guru tidak tetap (GTT).
"Kondisi itu tentu memengaruhi proses belajar mengajar, konsentrasi siswa jadi ikut terganggu,"” ucap Partiani.
Siswa Bisa Menumpang Belajar di Rumah Warga
Bachtiar, seorang guru SDN Kedoyo 4 Tulungagung menambahkan, kerusakan itu sudah dilaporkan ke Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan. Para guru berharap perbaikan gedung bisa secepatnya.
"Kalau usia bangunan kami tidak tahu, karena baru beberapa bulan mengajar di sekolah ini," ucap Bachtiar.
Para guru sudah berkomunikasi dengan warga sekitar sekolah untuk mencari solusi sementara. Siswa bisa belajar di rumah warga atau di masjid agar proses belajar mengajar tak terganggu. Selain itu mengantisipasi keselamatan siswa jika tetap belajar di gedung dengan kondisi berbahaya.
"Kalau dua kelas belajar bersama di satu ruangan dengan sekat papan ya pasti terganggu. Saat mengajar pasti suara terdengar di kelas sebelahnya," kata Bachtiar.
Advertisement