8-2-1905: Imperialis Rusia dan Jepang Berebut Manchuria

Perang Rusia-Jepang tercatat sebagai salah satu perang terbesar yang pernah terjadi di kawasan Asia Pasifik.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Feb 2018, 06:00 WIB
Sejarah perang Rusia dan Jepang di Mansyuria via AFP

Liputan6.com, Mansyuria - Perang Rusia-Jepang (1904-1905) bermula ketika Kekaisaran Jepang mendesak Rusia untuk meninggalkan kebijakan ekspansi ke Timur Jauh, sehingga menjadikannya kekuatan Asia pertama yang berani melawan kekuatan Eropa.

Today in History mencatat, awal mula perang terkait diipicu oleh upaya kedua kedua negara untuk mendominasi kawasan semenanjung Korea dan Manchuria.

Dilansir dari laman Britannica.com pada Rabu (7/2/2018), sebelumnya pada tahun 1898, Rusia menekan China untuk memberikan wewenang lebih pada pengelolaan administrasi khusus di kota pelabuhan Port Arthur (sekarang bernama Lushun), yang terletak di ujung Semenanjung Liaodong, di selatan kawasan Manchuria.

Namun, upaya Rusia itu bersinggungan dengan keinginan serupa oleh Kekaisaran Jepang untuk merebut wilayah Manchuria. Negeri Matahari Terbit itu merasa percaya diri menghadapi Rusia karena berhasil mengalahkan China pada perang yang terjadi pada 1894-1895 silam.

Selanjutnya, pada 1896, Rusia menjalin koalisi dengan China untuk melawan Jepang. Pertempuran sengit akhirnya dimenangkan oleh pasukan koalisi.

Hai itu membuka jalan bagian Rusia untuk melanjutkan pembangunan jaringan rel Trans Siberia yang melewati kawasan Manchuria, dan berujung di kota Vladivostok, pelabuhan alami Rusia di perairan Selat Bering.

Pembangunan jaringan rel ini sangat penting bagi Rusia, karena dapat menjadi instrumen untuk kian menancapkan pengaruhnya di kawasan Manchuria.

 

 

 


Rusia 'Kecolongan' Momen oleh Jepang

Bendera Rusia (Reuters)

Meski telah berhasil memperpanjang jalur rel Trans Siberia (1891-1904) hingga Vladivostok, namun armada transportasi dan sumber daya manusia masih terbatas untuk melakukan penempatan kekuatan militer Rusia di Mansyuria.

Sebaliknya di waktu bersamaan, Jepang telah meningkatkan kapasitas kekuatan militernya, yang jelas sangat mengancam posisi strategis Rusia di Timur Jauh.

Pada tanggal 8 Februari 1904, militer Jepang melakukan serangan mendadak terhadap skuadron Angkatan Laut di Port Arthur. Sebulan setelahnya, Jepang mendaratkan sebuah pasukan militer di Semenanjung Korea, dan dalam waktu cepat berhasil menguasai seluruh wilayah terkait.

Kemenangan Jepang terus berlanjut, yakni berhasil menguasai Semenanjung Liaodong, dan menyerang pertahanan Rusia di Port Arthur hingga ke ujung perbatasan China.

Gempuran pasukan militer Jepang membuat Rusia kewalahan dan memilih bertahan di Mukden (sekarang kota Shenyang).

Pertempuran keduanya di daratan Manchuria berakhir di penghujung Februari 1905, di mana Rusia terpaksa mengalah sementara waktu karena kehilangan lebih dari 89.000 pasukannya yang gugur di medan perang.

 


Jepang Merasa di Atas Angin

Bendera Jepang (via onlinestores.com)

Jepang merasa di atas angin karena berhasil mempermalukan Rusia di kawasan Manchuria. Namun, Jepang tidak menyadari bahwa Rusia, di Vladivostok dan Port Arthur, tengah menyusun serangan balik terhadap Jepang via laut.

Ketika Jepang sedang berangsung-angsur menempatkan kekuatan artilerinya di Manchuria, Angkatan Laut Rusia menghadang secara tiba-tiba di Selat Tsushima.

Serangan yang terjadi pada tanggal 27-29 Mei 1905 itu membuat Jepang kewalahan, hingga berujung pada tenggelamnya kapal utama militer Jepang, Togo Heihachiro, oleh hantaman peluru dan rudal dari kapal Baltic milik Rusia.

Meski Jepang mengalami kerugian finansial yang cukup besar, namun Rusia gagal mengklaim kemenangan pada pertempuran di Selat Tsushima itu.

Alasannya adalah karena kisruh politik dalam negeri Rusia terus merongrong pemerintahan, sehingga fokus terhadap raihan kemenangan di perang Selat Tsushima kurang diperhatikan.

Karena sama-sama menerima masalah pelik pasca-perang, Rusia dan Jepang pun memilih menyetujui mediasi perdamaian yang digagas oleh Presiden Amerika Serikat kala itu, Theodore Roosevelt.

Mediasi perdamaian itu menghasilkan keputusan bahwa kawasan inti Mansyuria berstatus zona netral hingga proses jajak pendapat yang dilaksanakan setahun sesudahnya.

Akhir Perang Rusia-Jepang menghasilkan tiga peristiwa penting. Pertama, Jepang memulai ekspansi imperiumnya di Asia Pasifik. Kedua, terjadi revolusi politik dan budaya besar-besaran di Rusia. Ketiga, Presiden Theodore Roosevelt berhasil menerima Nobel Perdamaian atas jasanya mendamaikan Jepang dan Rusia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya