Liputan6.com, Jakarta - PT Angkasa Pura II (Persero) menargetkan melayani penumpang sekitar 119 juta penumpang atau naik 12,9 persen pada 2018 dibandingkan periode 2017. Dengan pertumbuhan penumpang diharapkan mendongkrak pendapatan menjadi Rp 9,4 triliun pada 2018.
"Tumbuhnya traffic tersebut ditopang tahun ini kami mulai operasikan dua bandara baru, yaitu Banyuwangi dan Bandara Internasional Jawa Barat," kata Presiden Direktur PT Angkasa Pura II (Persero) Muhammad Awaluddin dalam keterangan tertulis, Kamis (8/2/2018).
Target tersebut merupakan salah satu langkah transformasi perseroan dalam menuju Angkasa Pura II Giant Dream 2020 yaitu mencapai Global Standard Airport, Invading The Multi Business Portofolio, Alliance Strategically Through Synergy, Net Income Double Digit Growth, dan Two Times Bigger in Top Line Revenue.
Baca Juga
Advertisement
Untuk mengakselerasi pertumbuhan tersebut, PT Angkasa Pura II (Persero) telah memformulasikan strategi yaitu Inorganic Business Growth Strategy.
Dari hal itu, akan dilakukan pengembangan portofolio melalui anak perusahaan PT Angkasa Pura Solusi (APS), PT Angkasa Pura Propertindo (APP) dan PT Angkasa Pura Kargo (APK) dengan melakukan akuisisi, kerja sama dan partnership di beberapa portofolio anak usaha.
Selain itu juga melakukan aliansi strategis untuk pengelolaan bandara-bandara dengan pola Kerja sama Operasi (KSO) dan kerja sama pemanfaatan di Bandara FL Tobing Sibolga, Bandara Maimun Saleh Sabang, Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, Bandara Internasional H.A.S Hanandjoeddin Belitung, Bandara Internasional Radin Inten II di Lampung, dan Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya.
Pada 2018 ketiga anak usaha AP II ditargetkan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,7 triliun atau tumbuh 18 persen dari target pendapatan konsolidasi AP II. Untuk PT Angkasa Pura Solusi (APS) pertama sekali akan menjadi 1 Trillion Company.
Rencana investasi yang dilakukan perseroan pada 2018 untuk menunjang program tersebut mencapai Rp 18,8 triliun. Alokasinya, masing-masing untuk peningkatan sisi udara yakni sebesar Rp 7,7 triliun, untuk peningkatan sisi darat (terminal) yakni sebesar Rp 5,4 triliun miliar, dan untuk fasilitas penunjang yakni Rp 5,6 triliun.
Pada 2018, perseroan juga akan menyelesaikan beberapa proyek strategis dalam program Soekarno-Hatta Expansion Project antara lain Pembangunan Runway ketiga, East Cross Taxiway (ECT), Revitalisasi Terminal 1 dan Terminal 2, Penambahan lintasan Automated People Mover System (APMS).
"Selain Bandara Soekarno-Hatta ada juga pengembangan panjang runway dan runway overlay serta persiapan Banyuwangi sebagai bandara internasional, pengembangan panjang runway dan runway overlay Bandara Pontianak, dan lain-lain," tutur Awaludin. (Yas)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
AP 2 Kelola 7 Bandara Baru pada 2018
Setelah selesai dengan pemberian hak Pengelolaan Bandara Banyuwangi kini Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan akan memberikan hak pengelolaan di tujuh Bandara Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Ditjen Perhubungan Udara kepada Angkasa Pura II (AP II).
Keputusan ini berdasarkan atas hasil rapat koordinasi Menteri Perhubungan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada 15 Januari 2018 terkait dengan Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) Aset Bandara UPBU NON BLU dan Kerja Sama Operasi (KSO) Aset UPBU BLU.
Proposal 7 rencana kerja sama (KSO dan KSP) yang diajukan oleh PT AP II harus dituntaskan dalam waktu dua bulan dari sekarang.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, tujuan kerja sama ini agar bandara yang dikerjasamakan bisa berkembang dengan baik dan pelayanan kepada penumpang juga turut meningkat.
Selain itu, dana pengembangan bandara yang selama ini berasal dari APBN dapat disalurkan ke sektor yang lebih membutuhkan seperti bandara-bandara terdalam – terluar - terpencil, angkutan perintis, dan sebagainya.
“Dengan demikian, kita mendapat beberapa manfaat. Di antaranya dapat menghemat pengeluaran dari sumber APBN. Selain itu pelimpahan operasional kepada operator bandara dalam hal ini PT Angkasa Pura II dapat memberikan dampak yang baik bagi pelayanan kepada pengguna jasa bandara seperti penumpang, maskapai, tenant di terminal, dan sebagainya,“ ujar Budi Karya dalam keterangannya, Rabu 17 Januari 2018.
Adapun tujuh Bandara UPBU yang akan dikerjasamakan terdiri dari tiga Bandara dengan pola Kerjasama Pemanfaatan (KSP) dan empat Bandara dengan pola Kerjasama Operasi (KSO).
Tiga Bandara KSP yakni : Bandar Udara Maimun Saleh - Sabang, Bandar Udara F.L Tobing - Sibolga, dan Bandar Udara Tjilik Riwut – Palangkaraya. Sedangkan empat Bandara KSO adalah : Bandar Udara Fatmawati – Bengkulu, Bandar Udara Radin Inten II –Lampung, Bandar Udara HAS Hanandjoeddin – Belitung, dan Bandar Udara Sentani – Jayapura.
Sementara itu Dirjen Perhubungan Udara Agus Santoso menambahkan bahwa Ditjen Perhubungan Udara sudah mempersiapkan bandara-bandara yang akan dikerjasamakan baik dari sisi udara maupun dari sisi darat sesuai dengan aturan penerbangan yang berlaku.
“Kami telah menugaskan Direktorat Bandar Udara dan Direktorat Keamanan Penerbangan untuk mempersiapkan dan mendukung agar bandara tersebut siap untuk dikerjasamakan dan dapat memberi manfaat yang lebih baik kepada semua pihak secara berkelanjutan,” tambah Agus Santoso.
Advertisement