10 Tahun Lebih Menghilang, TKI Asal Cirebon Ternyata Malas Pulang

TKI asal Cirebon dicari keluarganya lebih dari sepuluh tahun karena tidak berkabar. Ia ditemukan saat hendak mengganti paspor.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Feb 2018, 17:02 WIB
Ilustrasi TKI.

Liputan6.com, Jakarta - Setelah lebih dari sepuluh tahun menghilang dan tidak ada komunikasi dengan keluarga, Suneni Murti Warsudi, seorang tenaga kerja Indonesia (TKI), akhirnya dipulangkan dari Jeddah, Arab Saudi, Selasa, 6 Januari 2018.

Perempuan kelahiran Cirebon, Jawa Barat, itu berangkat ke Arab Saudi pada 2006 dan bekerja sebagai asisten rumah tangga pada sebuah keluarga di Kota Jizan yang berjarak sekitar 680 kilometer dari Jeddah. Saat berangkat, usianya masih 18 tahun. Namun di paspor, usianya dibuat lebih tua dari yang sebenarnya.

Dia sempat berkirim kabar kepada keluarga di Tanah Air, tapi setelah itu hilang kontak. Dari pengakuan Suneni, nomor yang sebelumnya bisa dihubungi sudah tidak aktif lagi. Sejak itu, tidak ada komunikasi lagi antara dia dan keluarganya yang beralamat di Desa Sarabau, Kecamatan Plered, Cirebon.

Suneni berhasil ditemukan saat dia ditemani sang pengguna jasa mengajukan penggantian paspor yang habis masa berlakunya sejak 2009. Sejak datang ke Arab Saudi, perempuan yang mengaku hanya tamatan sekolah dasar ini tidak pernah mengganti paspor.

Saat diwawancarai petugas imigrasi mengapa ia tidak mengganti paspor dalam jangka waktu yang begitu lama, Suneni menjawab terbata-bata pertanyaan petugas. Tingkahnya membuat petugas curiga dan akhirnya mengantar Suneni ke bagian Teknis Tenaga Kerja untuk dimintai keterangan lebih lanjut.

Petugas bagian tenaga kerja mengecek di database pengaduan. Ternyata, Suneni termasuk daftar TKI yang dicari keluarganya sejak 2011 melalui surat dari Perusahaan Pengerah Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), Al-Hijaz Indojaya, yang memberangkatkannya ke Arab Saudi.

 

 


Masih Betah

Ilustrasi pria di Arab Saudi. (Reuters)

Majikan Suneni lalu diminta menghadap ke staf Teknis Tenaga Kerja KJRI Jeddah, Mochamad Yusuf, dan diajak berbicara. Dari hasil penelusuran, diperoleh fakta bahwa selain majikan tidak menawarkan pembantunya itu untuk pulang atau cuti ke kampung halamannya. Lagipula, Suneni mengaku tidak ingin pulang karena masih betah.

"Saya masih butuh kerja," ucapnya.

Melalui pendekatan dan penyelesaian secara kekeluargaan, majikan menyerahkan sisa upah Suneni senilai 50.700 riyal (Rp 177.450.000) yang masih ada di majikan karena tidak diminta.

"Saya enggak minta (ke majikan), nanti dia kasih kalau (saya) mau kirim," tuturnya.

Suneni menuturkan sejak pertama bekerja hingga berhenti bekerja dari sponsornya itu, ia menerima upah bulanan sebesar 600 riyal (Rp 2.100.000). Bekerja pada keluarga dengan tujuh anak, Suneni sehari-hari mencuci, menyetrika pakaian, dan membersihkan rumah.

"Majikan baik. Kalau ada madrasah (sekolah) saya bekerja mulai jam enam, tidur kadang lima jam. Kerja lagi sampai pukul 10 malam," katanya.

Mochamad Yusuf mengatakan maraknya pengaduan TKI kehilangan kontak dengan keluarga tak selalu karena ditahan para pengguna jasa, tapi karena mengaku betah tinggal bersama mereka.

"Saking lamanya TKI kita berada di rumah pengguna (jasa) atau majikan, pihak majikan akan berupaya untuk membuat dia itu betah. Menganggap dia itu sebagai keluarga, walaupun gajinya tidak dibayarkan. Pada saat TKI itu sudah tercuci otaknya, bahkan dia merasa mejadi keluarganya, TKI itu tidak akan meminta haknya," ujarnya.

 


Perbarui Paspor

Ilustrasi Foto Paspor (iStockphoto)

Menanggapi fenomena ini, Konsul Jenderal (Konjen) RI Jeddah, Mohamad Hery Saripudin, mengimbau seluruh TKI di Arab Saudi agar mengingatkan para majikan mereka supaya mengganti paspor sebelum masa berlakunya habis.

"Memperbarui dokumen paspor menjadi salah satu jalan bagi kami untuk mengetahui keberadaan PMI (TKI) dan membantu permasalahannya, sehingga KJRI lebih mudah memberikan perlindungan," ujar Konjen.

Konjen menyesalkan maraknya TKI yang menolak pulang karena alasan betah bersama majikan walaupun telah puluhan tahun berpisah dengan keluarga.

"Niat mulia pemerintah untuk memberikan perlindungan terkadang tidak sejalan dengan keinginan sebagian PMI (TKI). Tidak mau pulang ke keluarga, meskipun telah lama dicari-cari," kata Konjen.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya