3 Ungkapan Fredrich Yunadi yang Selalu Terngiang

Sejak awal Setya Novanto atau Setnov menjadi tersangka korupsi e-KTP, nama Fredrich Yunadi sudah menjadi sorotan publik.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 08 Feb 2018, 15:25 WIB
Mantan kuasa hukum terdakwa dugaan korupsi pengadaan e-KTP Setya Novanto, Fredrich Yunadi menunjukkan foto kliennya saat berada di rumah sakit usai menjalani sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (8/2). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pengacara Fredrich Yunadi duduk di kursi terdakwa ruang sidang pengadilan Tipikor, Jakarta Pusat, Kamis (8/2/2018). Bekas pengacara Setya Novanto itu terjerat kasus menghalangi penyidikan KPK saat menangani kliennya.

Sejak awal Setya Novanto atau Setnov menjadi tersangka korupsi e-KTP, nama Fredrich sudah menjadi sorotan publik. Dalam membela Novanto, Fredrich seringkali melontarkan kata-kata lucu dan konyol.

Pengacara yang mengklaim dirinya penyuka kemewahan itu tidak pernah ambil pusing bila buntut dari ucapannya kerap menjadi guyonan, baik di media sosial atau di tengah masyarakat.

Bahkan, ketika dirinya ditangkap KPK, Fredrich Yunadi sempat melempar pernyataan bahwa lembaga antirasuah itu mengingau dan mimpi di siang bolong.

"Itu kan mimpi di siang bolong ya buktinya, sana tanya aja sama Pak Agung Laksono, Pak Idrus (Marham), beliau waktu kecelakaan kan mereka semua hadir ya mereka," tutur Fredrich di kantornya, Kamis (11/1/2018) malam.

Berikut pernyataan-pernyataan Fredrich yang mendadak viral di media sosial dan menjadi buah bibir di masyarakat.

 


Benjol Segede Bakpao

Beredar foto Ketua DPR RI Setya Novanto sedang dirawat di rumah sakit, Kamis (16/11/2017) (Istimewa)

"Benjol segede bakpao," pernyataan itu dilontarkan Fredrich memberi gambaran kondisi kepala Novanto di RS Medika Permata Hijau, Jakarta, Kamis (16/11/2017).

Pernyataan itu langsung mengundang reaksi netizen. Banyak meme diciptakan para warganet di media sosial. Apalagi setelah foto Novanto di rumah sakit beredar, yang memperlihatkan kondisinya tanpa bakpao di kepalanya.

Saat itu, kata Fredrich, Novanto dalam keadaan pingsan dan sekujur tubuhnya mengalami luka. Kliennya itu juga dalam penanganan khusus dokter serta perawat Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta Barat.

"Tensinya tinggi, tadi waktu diperiksa dokter 190," ujar Fredrich.

 


Game Over

Tersangka korupsi e-KTP, Setya Novanto tiba di Gedung KPK dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menggunakan kursi roda pada, Minggu, (19/11). KPK resmi menahan tersangka Setya Novanto di Rutan KPK. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Fredrich tidak berhenti membela Novanto. Fredrich pun kembali membuat kontroversi dengan menyebut Novanto hampir tewas jika dokter rumah sakit terlambat menanganinya.

Ungkapan Fredrich kali ini pun mengundang reaksi masyarakat luas. Dia menyebutkan bahwa Novanto hampir game over akibat kecelakaan di kawasan perumahan Permata Hijau, Jakarta Selatan, Kamis malam itu.

Apalagi,kata Fredrich, saat pihaknya memberikan riwayat kesehatan Novanto saat dirawat di RS Premier Jatinegara, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu kepada dokter RS Medika.

"Dia kan ada riwayat hipertensi, jantung, dan vertigo. Ini kita sampaikan ke dokter. dokternya bilang, 'wah bahaya, ini bisa game over kalau tidak segera ditangani'," ujar Fredrich menirukan ucapan dokter.

 


Mimpi di Siang Bolong

Mantan kuasa hukum terdakwa dugaan korupsi pengadaan e-KTP Setya Novanto, Fredrich Yunadi naik mobil tahanan usai menjalani sidang di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (8/2). Sidang mendengar dakwaan Jaksa Penuntut Umum. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Namun sayang ungkapan 'benjol segede bakpao' dan 'Game Over' tidak menghalangi penyidik KPK untuk menyeret sang mantan Ketua Umum Golkar itu ke persidangan.

Fredrich pun ikut ditetapkan tersangka pada 10 Januari 2018. Dia disangka menghalang-halangi proses penyidikan yang tengah dilakukan KPK terhadap Novanto. Lagi-lagi Fredrich tidak terima. Malah dia menuturkan KPK tengah mengigau.

'Mimpi di siang bolong'. Saat itu ungkapan tersebut untuk membantah dugaan penyidik KPK yang menyebut dirinya telah memesan satu lantai rumah sakit untuk Novanto sebelum kliennya itu terlibat kecelakaan.

"Itu kan mimpi di siang bolong ya buktinya, sana tanya aja sama Pak Agung Laksono, Pak Idrus (Marham), beliau waktu kecelakaan kan mereka semua hadir ya mereka," tutur Fredrich di kantornya, Kamis (11/1/2018) malam.

Menurut dia, di lantai tempat Novanto dirawat di Rumah Sakit Medika Permata Hijau juga ada pasien lain. Kamar-kamar terisi oleh empat orang.

"Jadi di lantai itu ada delapan kamar, yang terisi empat. Pak SN kamar kelima, jadi bohong itu semua," ungkap Fredrich.

Selain itu, Fredrich mengaku miliki bukti yang lebih autentik, yaitu bukti rekaman. Ia juga mengatakan KPK mengambil rekaman miliknya yang merupakan dokumentasi sebuah stasiun televisi swasta.

Fredrich mengaku banyak wartawan televisi yang saat itu turut meliput pemesanan kamar rumah sakit. Sebelumnya, surat rekomendasi rawat inap diteken oleh dokter Bimanesh yang menangani Novanto.

Fredrich mengklaim sempat mengantre untuk melakukan pesanan kamar rawat inap. Menurutnya, hal itu dilakukan sekitar pukul 20.30.

"Jadi silakan saja kalau booking satu lantai booking berapa hari sebelumnya itu mimpi di siang bolong kok," imbuh Fredrich.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya