Liputan6.com, Kupang - Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) mengimbau masyarakat menghentikan perburuan rusa di kawasan Taman Nasional Komodo (TNK). Sebab, binatang buruan tersebut merupakan mangsa reptil purba bernama Latin Varanus komodoensis.
"Saat ini populasi Komodo di luar Pulau Komodo semakin menipis karena makanan mereka, yaitu rusa diburu oleh masyarakat sekitar," ucap Kepala BBKSDA NTT, Tamen Sitorus, di Kupang, Selasa, 6 Februari 2018.
Baca Juga
Advertisement
Ia menjelaskan, akibat semakin menipisnya makanan, populasi komodo di dua kawasan yang menjadi pusat hidup reptil raksasa itu juga kian berkurang.
Tamen menambahkan, ada dua kawasan yang menjadi lokasi berkembang biaknya komodo selain di Taman Nasional Komodo yang berada di Pulau Komodo.
"Kita punya dua cagar alam lain yang hidup komodonya, yakni di Cagar Alam Wae Wuul di Manggarai Barat serta di Riung, Kabupaten Ngada," ujarnya.
Tersisa 50 Ekor di Wae Wuul dan Riung
Hingga saat ini di dua lokasi cagar alam komodo itu, menurut Tamen, populasi komodo tersisa 50 ekor. Pasalnya, banyak yang sudah tak mampu bertahan hidup karena kekurangan makanan.
Jumlah tersebut berbeda dengan jumlah yang ada di dalam Taman Nasional Komodo (TNK) yang berkembang biak dengan sangat baik dan diperkirakan mencapai sekitar 400 ekor komodo.
Dua kawasan itu, imbuh dia, saat ini menjadi daerah site monitoring bagi BBKSDA untuk mencatat dan mengetahui perkembangan dari komodo di daerah itu.
"Personel kami juga disiapkan untuk menjaga daerah yang ada komodonya dari pemburu-pemburu rusa agar tidak berburu di kawasan itu," ujarnya.
Advertisement
Hewan Ini Juga Jadi Penghuni Pulau Komodo
Karena namanya, orang mengenal Pulau Komodo hanya dihuni oleh hewan langka Komodo yang memiliki nama ilmiah Varanus komodoensis. Namun, keberadaan satwa purba itu tidak sendiri, ada spesies lain menemaninya hidup di pulau yang terletak sebelah timur Pulau Sumbawa itu.
Spesies itu adalah kakaktua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea). Berdasarkan hasil pemantauan tahun 2017 yang dilakukan Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), saat ini terdapat 773 individu kakaktua kecil jambul kuning.
Ada faktor yang menjadikan populasi kakaktua kecil jambul kuning ini betah berada di Pulau Komodo, yakni faktor morfologi wilayah Pulau Komodo.
Banyaknya teluk besar di pulau itu diduga mendukung keberadaan kakaktua kecil jambul kuning ini. Kondisi tersebut berbeda jika dibandingkan dengan kondisi di Pulau Rinca yang masih masuk dalam kawasan Taman Nasional Komodo.
Di Pulau Rinca hanya ada dua lokasi ditemukannya populasi kakaktua kecil jambul kuning. Jumlahnya sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan jumlah di Pulau Komodo.
BTNK mengaku telah melakukan berbagai upaya dalam rangka mempertahankan fungsi kawasan baik untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi. Tidak hanya pelestarian terhadap komodo, tetapi juga populasi satwa lain di pulau itu.
Ada 2.762 Ekor Komodo
Sementara untuk komodo, Kepala Taman Nasional Komodo Sudiyono menyebutkan, berdasarkan hasil pemantauan tahun 2017, saat ini diperkirakan terdapat 2.762 komodo di Taman Nasional Komodo, yang tersebar di lima pulau besar, yakni Pulau Komodo, Rinca, Padar, Gilimotang, dan Nusa Kode.
"Di Pulau Komodo sebanyak 1.226, Pulau Rinca sebanyak 1.410, Pulau Padar sebanyak 2, Pulau Gili Motan sebanyak 54 dan Pulau Nusa Kode sebanyak 70," jelas Sudiyono kepada Liputan6.com, Selasa, (23/1/2018).
Menurut Sudiyono, populasi komodo terbanyak terdapat di dua pulau besar, yaitu Pulau Komodo dan Rinca. Sementara, di pulau kecil, yakni Gili Motang dan Nusa Kode, populasi komodo kurang dari 100 individu.
Hal ini terutama disebabkan perbedaan luas habitat. Pulau kecil memiliki keterbatasan pakan, sehingga memengaruhi jumlah populasi komodo.
Pada tahun 2016, populasi komodo diperkirakan sebanyak 3.012 individu. Jika dibandingkan dengan tahun 2016, jumlah populasi komodo tahun 2017 tidak jauh berbeda dan masih berada dalam rentang nilai yang stabil.
"Populasi komodo di pulau kecil terus mengalami fluktuasi yang mengharuskan kami terus melakukan berbagai upaya konservasi," katanya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement