Liputan6.com, New York - Para ilmuwan mengeluarkan sebuah teori baru soal kepunahan dinosaurus. Menurut mereka, jutaan tahun lalu ada sebuah batu luar angkasa berukuran raksasa menghantam Bumi.
Benda asing ini memusnahkan hewan purbakala dari klan Dinosauria dan memicu serangkaian letusan dahsyat gunung berapi di darat dan bawah laut.
Advertisement
Sekitar 66 juta tahun lalu, sebuah asteroid seluas 9,5 km menabrak Bumi, menciptakan kawah Chicxulub di Yucatan dan memicu kematian masif. Akibatnya, Bumi dihujani partikel-partikel super panas dari asteroid tersebut.
Kebakaran luas menjalar di sebagian besar belahan dunia dan meningkatkan suhu permukaan.
Kala itu, Bumi ditutupi oleh awan panas dari partikel-partikel tersebut, menghalangi sinar matahari sehingga tak ada cahaya mentari yang masuk. Langit gelap, Bumi pun berubah jadi dingin -- setidaknya 25 derajat Celsius selama beberapa tahun berturut-turut, kata para ilmuwan.
Tabrakan antara Bumi dan asteroid menciptakan gempa mengerikan. Ilmuwan menyimpulkan, kekuatan guncangan mencapai 100 kali lebih kuat, bila dibandingkan dengan gempa terbesar yang pernah terjadi pada zaman modern.
Bencana ini ternyata telah membunuh tiga perempat kehidupan di Bumi, terutama makhluk hidup dan tanaman di daratan. Namun, menurut studi baru tersebut, masih ada lebih banyak guncangan yang lebih mematikan.
Gunung Berapi Bawah Laut Meletus Serentak
Fakta baru menunjukkan, gempa yang melanda Bumi zaman dulu telah memicu letusan gunung berapi besar-besaran, memuntahkan gas dan partikel-partikel panas ke udara dan air.
Sebuah studi yang dimuat di jurnal Science Advances menjabarkan detik-detik pascatabrakan asteroid itu.
Menurut laporan, erupsi yang jarang terjadi dan sangat kuat telah melanda dasar lautan, mungkin di wilayah Pasifik dan Hindia. Penulis penelitian memprediksi bahwa gunung-gunung memuntahkan bebatuan dari bawah laut. Saking banyaknya, sampai-sampai menutupi seluruh Amerika Serikat.
"Kami menduga ada lebih banyak kejadian dari yang bisa dipelajari sebelumnya," kata ahli geofisika dari University of Minnesota, Joseph Byrnes, sebagaimana dilansir News.com.au, Rabu, 7 Februari 2018.
"Kami sedang mengurutkan rentetan peristiwa dari penemuan baru tersebut," lanjutnya.
Daerah vulkanik bawah laut ini atau biasa disebut Mid Oceanic Ridge (punggung tengah samudra) sering meletus, bahkan sampai sekarang. Skala letusannya pun jauh lebih besar.
Mid Oceanic Ridge adalah rantai gugusan gunung berapi bawah laut di mana kerak Bumi terbentuk karena lelehan magma dan aktivitas gunung berapi lainnya.
Letusan gunung berapi bawah laut bisa dianalogikan dengan sebuah kaleng Cola yang dikocok dengan kencang, lalu dibuka tutupnya.
"Berantakan dan berbusa," kata ahli geologi dari University of California, Paul Renne.
Ia menjelaskan, letusan gunung berapi bawah laut mengubah rasa air laut lebih asam dan menambah jumlah kepunahan, tapi masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk membuktikannya.
Sebuah studi pada tahun 2015 mengemukakan, tabrakan tersebut menyebabkan gunung berapi di India erupsi. Peristiwa ini dikenal sebagai Deccan trap atau perangkap Deccan, lebih kuat dan lebih mematikan.
Akan tetapi, jika benar demikian, maka seharusnya ada bukti aktivitas vulkanik yang meningkat di tempat lain di seluruh dunia, termasuk di bawah laut.
Tapi menurut Renne, perangkap Deccan tak berkaitan dengan peristiwa tabrakan asteroid, karena asteroid membentur Bumi hanya sekali setiap 100 juta tahun, sedangkan letusan gunung berapi India terjadi setiap 30 juta tahun sekali.
Advertisement