Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara menggelar parade militer dan rudal balistik di Pyongyang pada Kamis, 8 Februari 2018, atau sehari jelang pembukaan Olimpiade Musim Dingin PyeongChang Korea Selatan yang dimulai keesokan harinya.
Kabar itu bersumber dari seorang figur diplomatik yang dipublikasikan oleh sejumlah media Korea Selatan.
Media internasional, termasuk biro di Pyongyang, tidak diundang untuk meliput parade tersebut -- yang sempat disebut akan melibatkan ratusan roket dan misil. Demikian seperti dikutip dari CNN (8/2/2018).
Tampaknya, hanya media pemerintah Korea Utara yang akan meliput perhelatan tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Mengutip seorang sumber diplomatik yang memahami isu Korea Utara, kantor Berita Korea Selatan Yonhap melaporkan bahwa sekitar 50.000 orang berkumpul di alun-alun Kim Il-sung untuk menyaksikan perhelatan tersebut.
Yonhap juga menulis bahwa sekitar 13.000 personel Korean People's Army alias militer Korea Utara berpartisipasi dalam parade tersebut.
Parade tersebut dimulai pada pukul 10.00 pagi waktu Pyongyang, bertepatan dengan seremoni penyambutan kedatangan ratusan kontingen dan delegasi Korea Utara di Korea Selatan jelang PyeongChang 2018.
Seperti dikutip dari CNN, bagi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, parade tersebut merupakan kesempatan untuk menyalakan semangat patriotik dan untuk mengingatkan dunia atas kemajuan pesat negaranya dalam program pengembangan nuklir.
Sedangkan bagi Korea Selatan, parade tersebut menyimbolkan pukulan keras yang dilontarkan oleh The Rogue State, setelah usaha Presiden Moon Jae-in yang telah bersikeras untuk menyatukan Utara dan Selatan di bawah bendera yang sama di PyeongChang 2018.
"Orang-orang Korea Utara cenderung bertindak seperti itu, bahkan selama periode tenang. Hal itu dilakukan untuk menunjukkan kemerdekaan mereka dan untuk meyakinkan kita bahwa persenjataan nuklir mereka tidak dapat dilepaskan dari kebijakan negara mereka," kata Adam Mount, seorang analis senior di Federation of American Scientists.
"Ini pertanda jelas pembangkangan, dan mereka berniat untuk melakukannya," lanjut Mount mengomentari soal parade militer Korea Utara.
Telah Diprediksi
Gelaran parade itu telah diprediksi sejak beberapa hari sebelumnya, bersumber dari informasi yang diutarakan oleh dua sumber diplomatik.
Gelaran yang juga akan menampilkan ratusan misil dan roket itu ditujukan untuk "menakut-nakuti Amerika (Serikat)", kata salah satu narasumber, seperti dikutip dari CNN, 31 Januari 2018.
Para narasumber juga mengatakan bahwa ICBM yang akan ditampilkan merupakan jenis Hwasong-15 -- yang sempat diujicobakan pada November 2017 silam.
Lebih lanjut, kedua narasumber itu juga mengatakan bahwa Korea Utara mungkin akan kembali melakukan tes rudal "beberapa waktu mendatang", untuk mengirim pesan kuat kepada pasukan AS yang ditempatkan di kawasan dekat Korea Utara -- seperti di Korea Selatan dan Jepang.
Hingga berita ini turun, belum ada keterangan resmi dari pemerintah negara-negara yang terlibat -- seperti Amerika Serikat, Korea Utara, Korea Selatan, atau Jepang -- terkait kabar itu.
Advertisement
Sudah Tradisi
Korea Utara telah menggelar parade militer sejak masa kepemimpinan Kim Il-sung, sehingga parade yang kini digelar adalah sebuah perhelatan yang telah jadi tradisi
Akan tetapi, tak hanya Korea Utara yang memiliki tradisi parade militer. Negara lain pun, termasuk yang tidak menganut sistem pemerintahan autokrat, ikut melaksanakannya -- seperti Prancis, China, Rusia, dan Indonesia.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump, kala berkunjung ke Prancis tahun lalu, termasuk salah satu kepala negara yang menikmati parade militer semacam itu.
Pengamat militer memandang perhelatan semacam itu demi mengobarkan rasa patriotisme personel militer dan publik yang menontonnya.
Akan tetapi, perhelatan pada Kamis itu akan menjadi yang pertama kalinya Korea Utara mengadakan parade militer dalam beberapa waktu.
Dari tahun 1970 sampai 2014, Korea Utara telah merayakan Hari Angkatan Darat pada tanggal 25 April, hari Korea People's Revolutionary Army -- pasukan gerilya yang memerangi pendudukan Jepang yang didirikan pada tahun 1932.
Analis menduga Kim Jong-un menghidupkan kembali perayaan sejak Februari 2015, dalam usaha untuk "menempatkan capnya sendiri pada berbagai hal".
Hari libur negara yang paling penting, bagaimanapun adalah The Day of the Sun, ulang tahun kelahiran Kim Il-sung pada tanggal 15 April. Saat itulah pawai militer tahun lalu diadakan.