Cari SDM untuk Startup Ternyata Lebih Sulit Ketimbang Investor

SDM ternyata menjadi salah satu kendala utama bagi startup. Bahkan, isu ini lebih berat ketimbang mencari investor.

oleh Jeko I. R. diperbarui 09 Feb 2018, 09:30 WIB
ilustrasi startup. ilustrasi: garbshare

Liputan6.com, Jakarta - Ada salah satu hal menarik dari laporan Startup  Report 2017 yang disampaikan Daily Social. Menurut mereka, mencari talent alias SDM (Sumber Daya Manusia) ternyata lebih sulit ketimbang mencari investor untuk pendanaan.

Kendala ini bahkan dianggap serius dari beberapa isu lainnya. Disampaikan CEO Daily Social Rama Mamuaya, keterbatasan SDM yang ada di lapangan menjadi permasalahan yang hingga saat ini belum bisa ditanggulangi.

Pasalnya, tak sedikit kandidat pelamar tidak bisa memenuhi kriteria posisi pekerjaan yang ditawarkan dari sebuah startup.

"Kebanyakan (kandidat) masih di bawah kualifikasi, sementara posisi yang dibutuhkan itu banyak," kata Rama kepada Tekno Liputan6.com, Kamis (8/2/2018).

Masalah berikutnya adalah peraturan untuk startup--khususnya startup yang bergerak di bidang fintech. Seperti diketahui, semua startup fintech harus berkoordinasi dengan pihak regulator seperti BI (Bank Indonesia) dan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) untuk mematuhi peaturan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya adalah paradoks soal startup unicorn yang mengantongi investasi dalam jumlah besar. Beberapa di antaranya seperti Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak.

Keempatnya memang berbasis di Jakarta. Namun demikian, fenomena ini justru memicu paradoks lanskap startup unicorn yang patut menerima pendanaan besar harus berbasis di Jakarta atau pulau Jawa.

Padahal, aktivitas ekonomi digital di Indonesia tak cuma bergulir di dua wilayah itu. Faktanya, setengah dari populasi pengguna smartphone di Indonesia juga tersebar di provinsi lain, seperti Sumatera dan Kalimantan.

Dengan demikian, potensi startup  daerah untuk berkembang dan menjadi unicorn tentu bukan mimpi di siang bolong.


Rekam Jejak Startup Indonesia di Sepanjang 2017

CMO GDP Venture Danny Wirianto (kiri) dan CEO Daily Social Rama Mamuaya (kanan) dalam acara Startup Report 2017. Liputan6.com/Jeko Iqbal Reza

Seperti diwartakan sebelumnya, Daily Social merilis laporan pergerakan industri teknologi di Indonesia. Yang cukup menarik, mereka juga mengungkap perkembangan lanksap startup lokal di sepanjang 2017.

Pada tahun lalu, pertumbuhan startup lokal terbilang agresif. Hal ini juga didorong dengan semakin banyaknya kebutuhan akan gaya hidup digital di Indonesia.

Selain itu, jumlah pengguna internet di Indonesia juga meroket drastis sebanyak 50 persen ketimbang 2016. Dengan demikian, pertumbuhan mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia kini mencapai 132,7 juta.

Disampaikan CEO DailySocial Rama Mamuaya, saat ini sudah ada lebih dari 230 startup di Indonesia. Bahkan, empat di antaranya bahkan sudah menyandang gelar "unicorn" dengan nilai investasi sebesar US$ 1,6-2,8 juta.

Dua di antaranya sudah melakukan penawaran publik perdana (IPO, Initial Public Offering) dan 91 sisanya sudah mengumumkan pendanaan putaran terbaru.

Terkait pendanaan, jumlah investasi tercatat mencapai nilai US$ 3 miliar (setara dengan Rp 40,8 triliun). Adapun 14 startup melakukan akuisisi dan merger di sepanjang 2017.

"Setiap tahun kami mencoba mengumpulkan semua informasi terkait ekosistem industri teknologi di Indonesia, dan mengemasnya dalam bentuk laporan singkat yang diharapkan bisa membantu para stakeholder untuk bisa melihat gambar besar pergerakan industri di Indonesia," kata Rama.

Rama juga mengungkap sektor startup apa saja yang dinilai berpotensi naik daun pada 2018. Pertama, katanya, adalah sektor Financial Technology alias fintech. Menyusul sektor media digital dan juga kesehatan. Lalu, bagaimana dengan nasib e-Commerce?

"Kalau sektor e-Commerce akan tetap tumbuh pada tahun ini, tetapi jumlahnya justru semakin sedikit jika dibandingkan sama tahun-tahun sebelumnya," papar pria berkacamata ini.

Namun demikian, Rama menekankan, e-Commerce yang sudah ada di tahun-tahun sebelumnya justru akan berkembang lebih besar pada 2018.

Jika memang ada startup e-Commerce baru yang muncul pada tahun ini, mereka justru akan menyasar pasar niche alias tersegmentasi.


Geliat Startup Fintech, Media, dan Kesehatan di 2018

Ilustrasi fintech. Dok: sbs.ox.ac.uk

Startup fintech sendiri memang cukup bergema pada 2017. Kebanyakan dair mereka bahkan kerap melakukan kegiatan akuisisi dan merger.

Namun, ujar Rama, startup fintech pada tahun ini akan memiliki 'arah' yang lebih jelas karena ada teknologi pendukung yang semakin canggih dengan permintaan konsumen yang tahu akan keuntungan dari layanan fintech yang ditawarkan.

Sementara itu, startup yang bergerak di media online juga akan mendapatkan dampak positif dari momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2018. Dari situ, masyarakat mengakses informasi dan wawasan yang sesuai dengan kebutuhan mereka dari media-media baru ini.

Untuk startup kesehatan, Rama menilai mereka juga akan tumbuh perlahan dengan pengembangan layanan kesehatan berbasis internet dan mobile yang memudahkan pasien untuk berkonsultasi langsung dengan dokter.

(Jek/Isk)

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya