Liputan6.com, Jakarta Utusan Presiden Untuk Dialog dan Kerjasama Antara Agama Din Syamsudin mengatakan, kerukunan bangsa relatif baik, tapi tidak boleh menutup mata ada potensi konflik bernuansa keagamaan.
Advertisement
Namun, Din memastikan potensi konflik itu sebenarnya bukan disebabkan faktor agama melainkan faktor sosial, ekonomi dan politik.
"Hanya benuansa agama, karena faktor picu yang dorong adalah faktor nonagama sosial ekonomi politik. Agama menjadi justifikasi hingga konflik itu bernuansa keagamaan," kata Din Syamsuddin di Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa 2018, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Kamis 8 Februari 2018.
Kata Din, untuk mencegah konflik nuansa agama itu, diperlukan dialog antaragama.
"Dialog antara agama bukan untuk menyamakan perbedaan itu. Seperti pandangan Islam bagimu agamu bagiku agamaku. Dilaog untuk mencegah potensi konflik, namun dialog harus bertumpu ketulusan dan keterbukaan untuk menyelesaikan masalah," ucap Din Syamsuddin.
7 Topik Pembahasan
Adapun tujuh topik masalah yang dibahas pada dialog tersebut adalah, pertama, soal pandangan umat beragama tentang NKRI berdasar Pancasila. Kedua, pandangan sikap umat beragama tentang Indonesia Bhineka Tunggal Ika. Ketiga, pandangan dan sikap unat tentang pemerintahan yang sah hasil pemilu. Keempat prinsip-prinsip kerukunan antar umat beragama. Kelima masalah penyiaran agama dan pendirian rumah ibadat.
"Keenam solusi masalah intraagama dan ketujuh adalah rekomendasi tentang faktor non agama yang menggangu kerukunan antar umat beragama," ujar Din Syamsuddin.
Advertisement