Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menjelang akhir pekan ini masih akan dipengaruhi bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street dan rilis kinerja emiten.
Analis PT Asjaya Indosurya Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, kondisi pergerakan IHSG ditopang oleh fundamental ekonomi yang cukup kuat. Ini juga didorong oleh kinerja emiten tahunan yang membaik sehingga pola gerak IHSG masih terus menguat.
"IHSG berpeluang naik dengan kisaran 6.478-6.671," ujar William dalam ulasannya, Jumat (9/2/2018).
Sementara itu, pengamat pasar modal Satrio Utomo menuturkan, pergerakan IHSG masih dipengaruhi wall street dan laporan keuangan emiten. IHSG akan bergerak di kisaran 6.515-6.500.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan Analis PT Binaartha Sekuritas Nafan Aji menuturkan, IHSG akan berada di level support 6.508-6.526 dan resistance 6.567-6.656 pada Jumat pekan ini.
Untuk pilihan saham, William memilih saham PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Jasa Marga Tbk (JSMR), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) untuk dicermati pelaku pasar. Sedangkan Nafan memilih saham PT Sawit Sumbermas Tbk (SSMS) dan PT Siloam International Hospital Tbk (SILO).
IHSG ditutup menguat tipis 9,76 poin atau 0,15 persen ke posisi 6.544,63 pada perdagangan saham kemarin. Sektor saham properti naik signifikan. Sejumlah saham properti dan konstruksi mendorong penguatan IHSG.
Sentimen positif berasal dari cadangan devisa Januari 2018 yang naik menjadi US$ 131,98 miliar. Ditambah Japan Credit Rating Agency menaikkan peringkat utang menjadi BBB dari BBB- seiring pembangunan infrastruktur dan kebijakan pajak.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Wall Street Melemah pada Perdagangan Kemarin
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bergejolak hingga akhirnya ditutup melemah. Sektor saham energi dan teknologi mendorong wall street ke zona merah.
Pada penutupan perdagangan saham Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones turun 19,7 poin atau 0,08 persen ke posisi 24.893,07. Indeks saham S&P 500 susut 13,51 poin atau 0,50 persen ke posisi 2.681,63. Diikuti indeks saham Nasdag koreksi 63,90 poin atau 0,9 persen ke posisi 7.051,98.
Indeks saham S&P 500 kembali melemah usai alami volatilitas besar termasuk penurunan terbesar pada perdagangan saham Senin 5 Februari 2018. Diikuti juga indeks saham Dow Jones.
"Pelaku pasar akan melakukan aksi jual, dan sejumlah investor ada yang ambil keuntungan dari penurunan indeks saham. Sekarang semua orang gelisah dan akan melihat volatilitas," ujar Alan Lancz, Presiden Direktur Perusahaan Konsultasi Investasi Alan B.Lancz and Associates, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 8 Februari 2018.
Penurunan wall street didorong sektor saham teknologi yang susut 0,1 persen sehingga seret Nasdaq ke zona merah. Demikian juga sektor saham energi melemah sekitar 1,1 persen lantaran harga minyak tertekan. Sedangkan sektor saham industri dan keuangan mendukung pasar.
Wall street tertekan didorong kekhawatiran kenaikan imbal hasil obligasi atau surat utang dan inflasi lebih tinggi. Ini diperkuat laporan data tenaga kerja pada Jumat pekan lalu sehingga picu kekhawatiran the Federal Reserve atau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih cepat dari perkiraan.
Advertisement