Liputan6.com, Jakarta Sebelum menerima pengobatan medis, anak yang mengalami gizi buruk di Kabupaten Asmat, Papua, ternyata diobati sesuai kebiasaan setempat. Bagian tubuh yang sakit disayat agar penyakitnya sembuh.
Baca Juga
Advertisement
Kondisi itu terlihat saat tim dokter Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), yang tergabung dan perawat dari RS Cipto Mangunkusumo juga RSAB Harapan Kita dalam Flying Health Care (FHC) Kementerian Kesehatan RI, menyusuri dua distrik di Asmat.
Seorang anak bernama Yohanes terlihat mengalami gizi kurang, yang ditandai dengan mata cekung, tulang tengkorak atas menonjol, dan perut membesar. Lalu terlihat beberapa bekas sayatan tipis di bagian kaki yang bengkak.
Ketika ditanya bekas sayatan oleh Franky, tim FHC Kementerian Kesehatan, ibu Yohanes hanya terdiam. Setelah digali lebih rinci, sesuai rilis yang diterima Health Liputan6.com, Jumat (9/2/2018), ternyata sayatan itu dilakukan dengan sengaja.
Menyayat bagian tubuh yang sakit bertujuan agar darah keluar terus. Rakyat setempat percaya, setelah darah keluar, bagian tubuh itu akan sembuh sendiri. Kebiasaan itu lebih mengarah kepada sugesti yang kerap mewarnai kehidupan warga Asmat.
Segera ke puskesmas
Adanya kebiasaan menyayat bagian tubuh yang sakit menjadi perhatian dari tim kesehatan yang datang ke Asmat, termasuk tim kesehatan dari TNI dan Polri dan FHC Kementerian Kesehatan. Tim kesehatan dari Kesdam II TNI AD, Andi Jaya mengingatkan warga agar tidak lagi meneruskan kebiasaan menyayat bagian tubuh yang sakit supaya sembuh.
"Merasa pusing, bengkak, sakit lainnya segera ke puskesmas. Jangan dibiarkan lama-lama sampai lemas," ujar Andi.
Tim kesehatan juga sepakat mengedukasi warga Asmat yang berada di Kampung Ayam dengan teknik Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), yang dapat diperoleh dari alam. Apalagi saat mereka berada di tengah hutan.
"Kalau ada yang patah tulang tangan dan kaki bisa. Gunakan pelepah pisang untuk menopang (bagian tubuh yang patah) sebelum dibawa ke puskesmas," jelas Franky.
Advertisement