Liputan6.com, Jakarta - Hujan yang terus mengguyur Jakarta membuat sebagian wilayah banjir. Akibat banjir yang merendam Jakarta ini, diperkirakan akan banyak kendaraan yang mengalami kerusakan.
Direktur Utama PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance) Julian Noor memperkirakan, kondisi itu akan mendorong kenaikan jumlah klaim kendaraan, meski saat ini Adira belum menerima hal tersebut.
"Memang sampai saat ini belum mendapatkan report klaim karena umumnya orang klaim pasti ada jeda waktu, klaim kemudian reporting ada jeda waktu," kata dia kepada Liputan6.com seperti ditulis di Jakarta, Jumat (9/2/2018).
Baca Juga
Advertisement
Meski begitu, Julian meyakini, jumlah klaim kendaraan tak sebesar dibanding dengan banjir musiman Jakarta yang terjadi 4-5 tahun lalu.
"Tapi kalau ditanya ada estimasi peningkatan, menurut saya akan ada peningkatan. Kalaupun saya memperkirakan klaim banjir belum terlalu naik signifikan," ungkapnya.
Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh sistem peringatan yang baik. Sehingga, masyarakat bisa melakukan antisipasi sejak dini. Kemudian, banjir tidak terjadi secara mendadak.
"Sampai saat ini saya mengamati belum ada daerah yang dadakan banjir, daerah yang sekarang banjir daerah yang diprediksi banjir. Misalnya, Jatinegara," ungkapnya.
Sejalan dengan itu, dia mengimbau supaya masyarakat mengecek lagi polis asuransi yang dimiliki. Pasalnya, tidak semua polis kendaraan mengover banjir.
"Bagi pemilik kendaraan mengalami kebanjiran terendam atau segala macam. Yang mesti dilakukan ada satu cek kembali polisnya, apakah menjamin banjir bisa ditanyakan perusahaan asuransinya. Atau ditanyakan kepada agen yang dulu menjual misalnya untuk konfirmasi. Kalau misalnya menjamin yang dilakukan mesti melaporkan kejadian dia," tukas dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ibu Kota RI Mendesak untuk Pindah
Sebelumnya, Jabatan Fungsional Widyaiswara Kementerian PUPR, Rido Matari Ichwan menilai pemindahan ibu kota Jakarta ke luar Pulau Jawa sangat mendesak. Sebab, pemerintah harus mengurangi beban kepadatan di Pulau Jawa.
"Ya demikian (mendesak) karena di Jakarta, air minum sudah susah kan, banjir. Jawa mesti dikurangi bebannya dari kepadatan sekarang ini," tutur Rido.
Satu dekade lalu, dia mengatakan, pernah ada ide untuk pindah ibu kota ke Sumatera. Namun dengan perkembangan infrastruktur dan teknologi, jika ibu kota pindah ke Kalimantan, bahkan Sulawesi pun bukan lagi masalah besar.
"Kalau rapat, diskusi, bisa pakai teknologi. Kalau fisik harus datang, bisa pakai moda pesawat, tapi kalau barang dikirim bisa pakai angkutan laut. Jadi kalau pusat pemerintah pindah ke luar Pulau Jawa ada pentingnya juga untuk mengurangi beban ke luar Jawa," jelas Rido.
Kalimantan cocok untuk menggantikan ibu kota Jakarta. Menurut Rido, titik rawan gempa di Kalimantan, termasuk di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah relatif sedikit.
"(Titik) rawan gempa sedikit, air banyak, bahkan ada air dari rawa. Kalau banjir, relatif bisa diatasi karena (banjir) terjadi di kawasan kota yang drainase-nya kurang baik, seperti Palangka Raya. Kalau Banjarmasin dan Samarinda tidak banjir," ia menjelaskan.
Advertisement