Investor Cari Instrumen Penyelamat, Harga Emas Naik Tipis

Harga emas Berjangka AS Naik 0,1 persen ke level US$ 1.320,50 per ounce.

oleh Arthur Gideon diperbarui 10 Feb 2018, 07:33 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas mampu bertahan pada perdagangan Jumat meskipun terjadi goncangan yang cukup keras pada pasar saham. Namun memang, penguatan nilai tukar dolar AS dan kekhawatiran akan kenaikan suku bunga membebani gerak logam mulia ini.

Mengutip Reuters, Sabtu (10/2/2018), harga emas di pasar spot tidak berubah atau tetap di angka US$ 1.319 per ounce. Harga emas sempat menyentuh level terendah sejak 4 Januari di 1.306,81 per ounce.

Sedangkan harga emas Berjangka AS Naik 0,1 persen ke level US$ 1.320,50 per ounce.

Pasar saham dunia mengalami gejolak pada perdagangan Jumat. Wall Street dan Bursa Asia mengalami tekanan yang cukup dalam. Pelemahan tersebut karena kekhawatiran kenaikan imbal hasil obligasi.

"Harga emas naik karena logam mulia ini mendapat dukungan akibat investor memburu instrumen safe haven," jelas analis Argonaut Securities, Helen Lau.

Bank of England mengatakan pada Kamis bahwa kemungkinan untuk menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diperkirakan pada tiga bulan yang lalu. Alasannya, ekonomi Inggris yang bergerak lambat mendapat dorongan dari pemulihan global.

 


Perdagangan Sebelumnya

Pekerja menggunakan mesin untuk memberikan nomor seri pada emas batangan di pabrik logam mulia Krastsvetmet, Rusia, 24 Oktober 2016. Krastsvetmet merupakan salah satu produsen terbesar di dunia dalam industri logam mulia (Reuters/Ilya Naymushin)

Harga emas masih tertekan pada perdagangan Kamis karena kekhawatiran pasar atas kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS), dan tingkat suku bunga global.

Harga emas yang bergerak mendatar ini dipengaruhi imbal hasil obligasi AS menyusul kenaikan inflasi yang mendekati level tertinggi selama empat tahun.

Selain itu, setelah Bank Sentral Inggris mengisyaratkan kenaikan agresif tingkat suku bunga sehingga mendorong bank sentral di seluruh dunia ikut menyesuaikan suku bunga.

"Kenaikan imbal hasil obligasi riil telah menekan (harga) emas," kata Analis Carsten Menke, Julius Baer.

Penguatan dolar AS juga masih membebani harga emas. Padahal, harga emas pernah mencatatkan reli ke harga tertinggi dalam satu sampai dua tahun ke posisi US$ 1.366,07 per ounce di akhir Desember dan awal Januari ini.

Penguatan kurs dolar AS mendorong mata uang tersebut menjadi mahal bagi pengguna. Suku bunga yang lebih tinggi pun akan mengurangi daya tarik emas, sehingga harganya turun.

Tekanan terhadap harga emas semakin dalam setelah pernyataan The Fed bahwa kenaikan tingkat suku bunga AS tidak bisa dihindari seiring penguatan ekonomi AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya