Liputan6.com, Semarang - Banjir membuat semua sibuk. Juga Supardi, seorang anggota TNI berpangkat Sersan Mayor. Sehari-hari, ia tinggal di RT 3 RW, Mangkang, Kota Semarang.
Sejak Jumat sore, 9 Februari 2018, ia begitu sibuk. Langit Semarang yang terus gelap dan akhirnya menjadi hujan, menyebabkan banjir di kampungnya. Ia sangat sibuk, bukan melulu membereskan barang-barangnya sendiri, tetapi lebih sibuk membantu warga lain yang bernasib sama, kebanjiran.
"Rumah tergenang. Banjir sejak sore. Ngeri, ini lebih gede dari biasanya," kata Serma Supardi kepada Liputan6.com, Sabtu (10/2/2018).
Baca Juga
Advertisement
Hujan sepanjang Jumat itu mengakibatkan genangan terdangkal 50 sentimeter. Ratusan rumah tergenang. Warga tak bisa langsung bersih-bersih. Mereka sibuk berjaga jika ada banjir susulan.
Selain merendam ratusan rumah, jalan raya pantura juga tak bisa dilewati. Banjir itu juga menghanyutkan tumpukan sampah yang kemudian tersangkut di jembatan rel kereta api. Jalur kereta akhirnya hanya difungsikan satu lajur saja.
Agus, penumpang KA Kaligung dari Tegal ke Semarang itu bercerita bahwa ia berangkat dari Stasiun Tegal pukul 17.00 WIB. Bila sesuai jadwal, harusnya sampai Poncol pukul 20.00 WIB. Namun ketika dihubungi Liputan6.com, ia baru sampai Kalibodri.
"Sebenarnya lancar tapi karena banjir, jadi berhenti di Kalibodri sejak pukul 19.30 WIB. Pasti telat sampai Semarang," katanya.
Kereta Api Takut Lewat
Manager Humas PT KAI Daop IV, Suprapto menyebutkan bahwa banjir itu menggenang di tiga titik. Genangan itu yang menyebabkan rel double track tak berfungsi sepenuhnya dan hanya difungsikan satu track saja.
"Titik genangan ada di Jerakah - Mangkang, tepatnya di kilometer 11+2/8. Sebenarnya genangan di titik ini aman dilalui. Genangan kedua di daerah Kaliwungu - Kalibodri, di km 20 + 700 s/d 21 + 200. Titik ini yang menghawatirkan," kata Suprapto.
Titik itu dinilai mengkhawatirkan karena sampah menumpuk di jembatan rel. Jadi, hanya bisa dilalui satu jalur. Sedangkan, titik genangan ketiga ada di Kaliwungu - Mangkang, di km 15 + 1/2. Titik ini masuk kategori aman.
"Antrian kereta butuh waktu. Jalur yang seharusnya dilewati kereta dengan kecepatan 70 kilometer per jam hanya bisa dilalui dengan kecepatan 20 km/jam," kata Suprapto.
Selain di daerah barat atau di kawasan Mangkang, banjir di Kota Semarang juga terjadi di wilayah Timur. Air dari sungai Banjir Bakal Timur meluap lagi. Nyaris setiap hujan, air sungai ini meluap.
"Cukup deras juga yang melimpas dari Banjir Kanal. Air masuk ke pemukiman di Kelurahan Sawah Besar, Kecamatan Gayamsari," kata Wakil Komandan Koramil Gayamsari, Kapten Sujono.
Advertisement
Rumah Roboh
Tak hanya di Semarang, di Kabupaten Grobogan, arus anak Aungai Lusi juga meluap. Air tiba-tiba masuk perkampungan dengan deras dan sebuah rumah roboh.
Rumah yang roboh itu dihuni seorang manula berusia 80 tahun. Mbah Suliyem. Warga dusun Krajan, Desa Putatsari, Kecamatan Grobogan itu akhirnya dievakuasi ke rumah saudaranya.
"Air dari anak Sungai Lusi, kencang bisa menyeret orang," kata Pujiyanto.
Di kendal, dampak dari pembangunan mengenang jalan tol Desa Magelung RW 08 dan RW 09 dukuh Gelung RT 03 dan 04 RW 08. Di kawasan ini, genangan air mencapai kedalaman 1 meter.
Air mengakibatkan rumah Kriyati hanyut. Selain itu, air juga mengakibatkan 13 unit rumah rusak parah. Hewan ternak dan banyak barang hanyut.
Saksikan video pilihan berikut ini: