Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan mengintegrasikan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR). Dengan integrasi ini nantinya pengendara cukup sekali melakukan pembayaran karena akan diberlakukan sistem satu tarif.
Direktur Operasional II PT Jasa Marga, Subekti Syukur mengatakan, selama ini masing-masing ruas dalam tol JORR dikelola oleh badan usaha jalan tol (BUJT) yang berbeda, sehingga pengendara harus melakukan beberapa kali transaksi pembayaran di dalam tol tersebut.
Advertisement
Selain Jasa Marga, adapula bagian ruas JORR yang dikelola PT Hutama Karya (HK), PT Jakarta Lingkar Barat Satu (JLB) dan PT Marga Lingkar Jakarta (MLJ).
"Khusus untuk JORR, harusnya kan ada satu sistem pentarifan. Cuma kan itu terdiri dari beberapa BUJT, ada HK, Jasa Marga yang ada beberapa ruas," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Minggu (11/2/2018).
Dia menjelaskan, saat ini BUJT pengelola jaringan tol tersebut tengah melakukan perhitungan tarif untuk mendapatkan besaran satu tarif yang proporsional. Ini karena berkaitan dengan pendapatan masing-masing BUJT dan kemampuan dari pengguna tol ini.
"Kalau ini dijadikan satu, harus menghitung porsi bagian pendapatannya itu. Ini sedang dalam proses," kata dia.
Namun demikian, lanjut Subekti, dirinya menilai besaran tarif yang proporsional setelah tol ini terintegrasi yaitu di atas Rp 10 ribu. Dengan demikian diharapkan tidak mengurangi pendapatan dari masing-masing BUJT.
"Ini (diserahkan ke) pemerintah. Di atas Rp 10 ribu lah inginnya. Karena dari pendapatan sekarang jangan berkurang, karena dibagi," tandas dia.
Tonton Video Pilihan Ini:
Tol JORR Terintegrasi, Kemacetan Diklaim Bisa Berkurang 25 Persen
PT Jasa Marga (Persero) berharap integrasi tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) bisa terealisasi pada kuartal I-2018. Dengan demikian, diharapkan bisa menekan tingkat kepadatan kendaraan di tol tersebut, khususnya di gerbang-gerbang pembayaran antarruas di dalam JORR.
Direktur Operasional II Jasa Marga, Subekti Syukur mengatakan, selama ini JORR memiliki sejumlah ruas tol yang dikelola oleh badan usaha jalan tol (BUJT) yang berbeda. Padahal agar tidak ada hambatan di gerbang tol masing-masing ruas yang menyebabkan kemacetan, JORR harus dibuat terintegrasi.
"Harusnya seperti tol dalam kota, JORR lingkar luar ujungnya sampai Ciawi, Cikupa, Cikopo harusnya sistem satu pentarifan. Kayak seperti radial Jagorawi, radial Tangerang kan sudah," ujar dia di Jakarta, Jumat (9/2/2018).
Dengan adanya integrasi tersebut, lanjut dia, maka akan ada skema satu tarif dan dihilangkannya gerbang tol Kayu Besar dan Meruya. Hal ini diharapkan bisa menghilangkan antrean kendaraan di kedua gerbang tol tersebut.
"Jadi (penyesuaian tarif) akan bersamaan dengan intergrasi JORR tarif barunya, dengan dihilangkannya barrier Kayu Besar dan Meruya," kata dia.
Menurut Subekti, berdasarkan pengalaman integrasi pada tol Tangerang dan Jagorawi, kepadatan kendaraan di kedua tol tersebut menurun hingga 25 persen. Hal ini juga diharapkan bisa terjadi pasca intergrasi JORR.
"Pasti turun antara 15 persen-25 persen, untuk jarak-jarak dekat. Berdasarkan historikal untuk Tangerang dan Jagorawi, jarak-jarak dekat biasanya turun 15 persen-25 persen. Nah kita harapkan yang turun ini pindah ke angkutan umum supaya tol-nya tetap lancar," tandas dia.
Advertisement