Liputan6.com, Jayapura - Kartu perdana Indosat jadi rebutan warga di Kabupaten Merauke, Papua. Warga pun rela merogoh kocek hingga Rp 300 ribu, hanya untuk mendapatkan satu kartu perdana. Padahal harga normal kartu perdana itu dijual paling mahal Rp 25 ribu.
Kedatangan kartu perdana Indosat sudah ditunggu warga hingga di Bandara Mopah, Merauke. Kartu tersebut dibawa langsung dari Jayapura dengan pesawat komersil ke Merauke.
Kisah kartu perdana yang menjadi rebutan warga, bukan tanpa sebab. Sejak Kamis 8 Februari 2018, sinyal dari kartu Telkomsel yang kebanyakan digunakan warga setempat, hilang secara tiba-tiba. Warga pun resah, karena tak bisa berkomunikasi, berkirim pesan atau menelpon sekedar untuk memberi kabar, apalagi mau berselancar dengan internet, jangan harap bisa tersambung.
Baca Juga
Advertisement
Abdel Syah, warga Merauke, menyebutkan, saat ini warga ramai-ramai beralih ke operator lainnya. Entah Indosat ataupun XL.
"Setiap kali kartu perdana tiba, pasti habis di bandara. Jadi rebutan dan warga mau tak mau harus membayar hingga ratusan ribu," kata Abdel.
Masalah lainnya adalah, kartu perdana sudah dimiliki, tapi warga kesulitan untuk isi ulang pulasa kartu Indosat ataupun XL di Merauke.
"Ini masa-masa susah di Merauke. Kita tak bisa berkomunikasi sama sekali. Saya harus minta tolong teman untuk membeli pulsa dari Jayapura," kata Abdel, Minggu (11/2/2018).
Manager Cluster Sales Indosat Papua, Fahry Hanny Andry mengetahui kartu perdana Indosat IM3 dijual hingga ratusan ribu di Merauke. Tapi ia membantah jika agen Indosat yang menjual dengan harga yang selangit itu.
"Ini adalah pekerjaan dari oknum yang tidak bertanggung jawab dan memanfaatkan situasi yang terjadi saat ini,“ kata Fahry
Fahry menegaskan harga kartu perdana Indosat dijual mulai Rp8-Rp10 ribu, sedangkan harga pasaran di Jayapura harganya berkisar Rp15-Rp25 ribu, untuk wilayah Merauke paling mahal hanya Rp30 ribu per kartu.
Patahan Dasar Laut
Kabel laut jalur Timika-Merauke, sekitar pukul 15.45 WIB atau 17.45 WIT putus dan mengakibatkan jalur layanan komunikasi di wilayah Merauke, Kaimana, Timika, Fakfak dan Nabire terganggu.
General Manager Telkom Papua, Lonely Baringin Mangaranap menuturkan, hinga kini belum dipastikan penyebab gangguan kabel optik putus. Telkom Papua terus berupaya untuk penyambungan kembali kabel optik di perairan Merauke dapat disambung kembali.
“Diduga pergerakan atau patahan di dasar laut yang mengakibatkan kabel putus. Ini baru dugaan sementara. Kami berupaya untuk memperbaiki layanan dengan mengaktifkan rute alternatif dan link satelit," kata Lonely melalui pesan elektroniknya, Minggu, 11 Februari 2018.
Sementara untuk layanan telekomunikasi di Fakfak, telah kembali normal sejak Jumat pagi sekitar pukul 09.20 WIT, melalui rute alternatif Fakfak-Ambon. Sementara, di wilayah Timika dan Nabire juga kembali normal pada pukul 10.20 WIT menggunakan link satelit dengan kapasitas terbatas.
Putusnya kabel optik untuk komunikasi di Papua bukan hanya terjadi kali ini saja. Sejak dua tahun berturut-turut, kabel optik didasar laut beberapa kali mengalami gangguan.
Sebut saja pada 29 Desember 2016 lalu, kabel SKKL Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS), antara SPT Jayapura ke Kabupaten Sarmi dibawah laut putus pada 29 Desember 2016, mengakibatkan layanan di Jayapura, Sarmi dan beebrapa kabupaten lainnya terganggu.
Kabel optik seberat lebih dari 5 ton, proses kerjanya enam kali sambung. Untuk mengangkat kabel dari dasar laut harus 14 kali kait.
"Back up satelit bayarannya mahal. Kami terus lakukan perbaikan. Kabel untuk menyambung putusan didasar laut, dibawa langsung dari Jepang. Tidak ada kabel produksi Cina dalam hal ini," kata Lonely kala itu.
Saksikan video pilihan berikut ini : https://www.vidio.com/watch/844053-menara-sarang-rayap-di-merauke-papua-fokus-sore
Advertisement