Santri 3 Pesantren di Pamekasan Mendadak Sakit Pasca-Imunisasi Difteri

Puskesmas di Pamekasan bahkan tidak mampu menampung pasien santri yang mendadak sakit pascaimunisasi difteri.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Feb 2018, 10:29 WIB
vaksin Difteri. (Liputan6.com/Fatkhur Rozaq)

Liputan6.com, Pamekasan - Santri yang sakit massal pasca-imunisasi difteri di Kabupaten Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur, hingga Ahad malam, 11 Februari 2018, meluas ke tiga pesantren dari sebelumnya dua pesantren.

"Santri yang kembali dirawat dan dirujuk ke puskesmas malam ini karena sakit dari Pesantren Al-Husen, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur," kata staf Humas Pemkab Pamekasan Naufal, dilansir Antara.

Para santri dari Pesantren Al-Husen itu mengalami gejala yang sama seperti yang dialami santri Al-Falah Sumber Gayam dan santri Hidayatul Mubtadiin Kadur, yakni mual, muntah-muntah, demam tinggi, dan pingsan.

Mereka dirujuk ke Puskesmas Larangan, karena di Puskesmas Kadur sudah tidak muat, akibat banyak santri yang dirawat. "Satu di antara santri yang dirawat di Puskesmas Kadur barusan juga dirujuk ke RSUD Pamekasan, karena kondisinya kian parah," ujar Nauval, menambahkan.

Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Pamekasan Ismail Bey sebelumnya merilis, jumlah santri yang mengalami sakit massal pascaimunisasi difteri yang digelar Sabtu, 10 Februari 2018 itu sebanyak 80 orang.

Jumlah itu belum termasuk pasien tambahan dari Pesantren Al-Husen, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Pamekasan yang kemarin malam juga dirujuk ke Puskesmas Larangan.

Menurut dokter yang menangani santri sakit massal di Puskesmas Larangan, Pamekasan yakni dr Nanang Suyanto, saat ini kondisi puskesmas membeludak, karena ada pasien tambahan.

"Kami masih berupaya mencari bed tambahan untuk pasien, dan hingga malam ini pasien terus berdatangan," ujarnya di Pamekasan, Minggu malam.

Puskesmas Larangan merupakan satu dari tiga puskesmas yang disediakan Dinas Kesehatan Pemkab Pamekasan untuk merawat santri sakit massal pascaimunisasi difteri itu.

Dua puskesmas lainnya adalah Puskesmas Kadur dan Puskesmas Galis, serta Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Slamet Martodirdjo Pamekasan.

Kasus santri sakit massal di Kecamatan Kadur, Pamekasan pascaimunisasi difteri ini, meresahkan para orangtua santri, karena gejala yang dialami pasien tidak hanya mual, muntah, dan demam tinggi, akan tetapi juga pingsan.

 

 

 

 

 

 


BPBD dan TNI Turun Tangan

Ilustraasi foto Liputan 6

Terkait kekurangan tempat tidur, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan TNI dari Kodim 0826 Pamekasan, Jawa Timur, membantu velbed ke Puskesmas Larangan untuk penanganan kasus santri sakit massal pascaimunisasi difteri yang dirawat di puskesmas itu.

"Ada 40 buah velbed yang telah kami kirim ke Puskesmas Larangan, mengingat pihak puskesmas meminta bantuan untuk menangani pasien yang dirawat di puskesmas itu," kata Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus di Pamekasan.

Dari 40 buah velbed itu, sebanyak 30 di antaranya milik Kodim 0826 Pamekasan, sedangkan sebanyak 10 velbed sisanya milik BPBD Pemkab Pamekasan.

Bantuan velbed dari Kodim 0826 Pamekasan dan BPBD Pemkab Pamekasan itu atas permintaan pihak Puskesmas Larangan, mengingat jumlah pasien yang dirawat di puskesmas itu terus berdatangan.

Pasien yang dirujuk ke puskesmas itu Minggu malam, ialah santri dari Pondok Pesantren Al-Husen, Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Pamekasan yang juga pingsan, mual dan muntah-muntah, sebagaimana dialami santri Al-Falah, Sumber Gayam, Kadur, Pamekasan yang juga dirawat di puskesmas itu.


Faktor Psikologis

Seorang mahasiswa saat disuntik vaksin difteri di Universitas Tarumanegara, Jakarta, Kamis (14/5). Ratusan mahasiswa/wi yang berusia di bawah 19 tahun mendapatkan imunisasi (Td) sebagai antisipasi mewabahnya penyakit difteri. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim dr Kohar Hari Santoso saat meninjau pasien santri yang sakit massal pascaimunisasi difteri itu, menjelaskan, sakit massal yang dialami santri itu, bukan kejadian ikutan pascaimunisasi (KIP).

Ia menduga, kasus itu, karena faktor psikologis yang dialami para santri saja yang melihat temannya pingsan, sehingga berpengaruh pada santri lain yang juga telah diimunisasi.

"Sebab, kalau dari sisi vaksin yang disuntikkan kepada santri, kami cek tidak masalah," ujar Kohar.

Hingga sekitar pukul 22.30 WIB, puskesmas yang merawat santri yang mengalami sakit secara massal pascaimunisasi difteri, seperti di Puskesmas Kadur dan Puskesmas Larangan, masih terpantau ramai.

Famili, tetangga, dan kerabat dekat pasien terus berdatangan dan mereka umumnya mengaku khawatir atas musibah yang menimpa anak-anak mereka, apalagi kasus itu hanya terjadi di wilayah Kecamatan Kadur, Pamekasan, sedangkan di kecamatan lain, aman.

Sementara itu, data Dinkes Pamekasan menyebutkan, jumlah total santri yang mengalami sakit massal dengan pingsan, mual, muntah dan kejang-kejang sebanyak 80 orang santri.

Mereka merupakan santri dari dua pesantren di Kecamatan Kadur, yakni santri Pesantren Al-Falah, Sumber Gayam, dan santri Pesantren Hiyatul Mubtadiin, Pancor, Kadur.

Sementara santri yang baru dirujuk ke Puskesmas Larangan, karena mengalami hal yang sama adalah santri dari Pesantren Al-Husen, asal Desa Bangkes, Kecamatan Kadur, Pamekasan.


Penyakit Bawaan

Seorang anak menangis saat disuntik vaksin difteri di sebuah klinik desa di Jakarta (11/12). Wabah Difteri ini telah menewaskan puluhan orang. (AFP Photo/Adek Berry)

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pamekasan Ali Maksum menyatakan kasus puluhan santri di Pesantren Sumber Gayam yang tiba-tiba sakit dengan kondisi tubuh demam tinggi, mual, dan muntah-muntah karena efek dari Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri.

"Bukan keracunan, tapi dampak penyakit bawaan pascaimunisasi difteri," kata Maksum, Minggu siang.

Ia menjelaskan, efek imunisasi ini, memang menyebabkan anak seperti mengalami keracunan, seperti mual dan muntah. Namun, ia menyakinkan jika hal itu hanya akan berlangsung sesaat dan tidak akan menimbulkan bahaya bagi tubuh.

Selain itu, daerah bekas suntikan terasa sakit, bengkak, dan kemerahan, mengalami demam tinggi. Kadang bisa sakit perut dan diare. Anak juga bisa menjadi rewel, nafsu makan menurun, dan lemas.

"Tapi, hasil koordinasi kami dengan petugas medis, kondisinya terpantau stabil," ujar Ali Maksum.

Ia juga meminta agar para orangtua santri tidak panik terkait kondisi itu. Maksum menilai kasus yang menimpa para santri itu, juga bisa dimungkinkan karena faktor psikologis.

Sebab, menurut dia, saat pelaksanaan ORI Difteri yang digelar di Pesantren Sumber Gayam, Kadur, Sabtu, 10 Februari 2018, sudah ada beberapa yang langsung demam.

"Mungkin, karena adanya temannya yang sakit itu, maka santri lainnya yang juga disuntik difteri kemarin, juga merasa takut dan syok," ujarnya, menjelaskan.

Sementara, Kepala Dinkes Ismail Bey membantah vaksin yang disuntikkan kepada santri di Pesantren Al-Falah, Kadur, Pamekasan itu, mengandung racun, karena menurutnya, vaksin itu merupakan vaksin baru dan belum kedaluwarsa.

"Jadi, ini murni faktor psikologis saja. Ada satu santri yang pingsan, kemudian santri lainnya juga ikutan pingsan," ujar Ismail.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya