Liputan6.com, Jakarta - Seiring perkembangan teknologi, gadget seperti smartphone kini tidak lagi hanya dimiliki oleh orang dewasa, tapi juga anak-anak. Namun, orangtua disarankan untuk tetap memantau aktivitas anak mereka ketika menggunakan gadget termasuk akses internet.
Pendiri dan CEO Family Online Safety Institute, Stephen Balkam, mengatakan keamanan online adalah tanggungjawab semua orang, khususnya orangtua.
Oleh karena itu, ia mengimbau semua orang untuk mengarahkan anak-anak agar mendapatkan informasi di internet yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Baca Juga
Advertisement
Pengarahan ini dinilai sangat penting, terlebih lagi di masa depan akan lebih banyak perangkat yang terhubung dengan internet.
Kolaborasi semua pihak diharapkan dapat membuat internet tetap aman untuk anak, sehingga dapat terhindar dari berbagai konten negatif seperti pornografi hingga cyber bullying.
“Kami meyakini penting bagi orangtua untuk mengarahkan anak-anak mereka di internet. Orangtua harus memberikan arahan,” ungkap Stephen dalam acara Create, Connect, Respect: Memeberdayakab Orang Tua untuk Memandu Anak-anak yang Terkoneksi, di kawasan Jakarta, Senin (13/2/2018).
Stephen memaparkan tujuh langkah pengasuhan digital yang baik dari Family Online Safety Institute. Berikut rangkumannya:
1. Ajak anak bicara
Stephen menyarankan agar orangtua untuk bersikap tenang dan mengajak anak berdiskusi tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak di internet. Orangtua harus bersikap terbuka dan menyampaikan informasi kepada anak-anak mereka secara langsung.
“Bicara dengan anak, apa yang boleh dan tidak di internet. Oleh karena itu, sebelum memberikan gadget, kasih tahu apa yang boleh dan tidak,” tutur Stephen.
2. Edukasi diri sendiri
Para orangtua juga harus membekali diri sendiri dengan berbagai informasi tentanh internet, seperti aplikasi dan gim. Cari tahu tentang berbagai hal yang tidak dipahami, lalu coba bermac aplikasi, gim dan situs web.
3. Pakai pengaturan “parental”
Saat ini, banyak layanan internet memiliki pengaturan “parental”, artinya hanya membuka akses untuk konten yang dianggap sesuai untuk anak-anak. Oleh karena itu, orangtua disarankan menggunakan fitur semacam itu pada ponsel, tablet dan konsol gim.
Kendati demikian, bukan berarti orangtua bisa menyerahkan penggunaan gadget sepenuhnya kepada anak. Orangtua harus memantau dan mengatur jam yang diperbolehkan untuk menggunakan gadget.
4. Buat aturan dan hukuman
Tidak ada salahnya membuat peraturan tertulis soal penggunaan gadget antara orangtua dan anak. Kemudian, tetapkan waktu dan tempat yang diperbolehkan menggunakan gadget.
Misalnya, anak tidak diperbolehkan menggunakan gadget saat di meja makan. Jika ada aturan yang dilaranggar, orangtua harus memberikan “hukuman” seperti mengambil gadget anak selama 24 jam.
Cara ini dinilai akan memberikan efek jera dan menyadarkan anak memiliki gadget merupakan hak istimewa.
Advertisement
5. Berteman dengan anak di internet
Orangtua disarankan untuk berteman dengan anak di media sosial, tapi tetap harus menghargai ruang online mereka.
“Mereka (anak) tetap memiliki kebebasan untuk menyuarakan pendapat mereka,” kata Stephen.
Untuk mencegah anak kebablasan mengunggah konten di internet, orangtua harus mendorong agar mereka membuat reputasi digital yang baik.
“Karena, bisa saja nanti universitas atau tempat mereka bekerja nanti akan melihat akun media sosial sebagai bahan pertimbangan untuk menerima anak kalian,” ungkap Stephen.
6. Lebih memahami dunia anak
Orangtua tidak hanya harus mengatur dan memantau pergerakan anak di internet, tapi juga harus memahami dunia online mereka.
Dari berbagai unggahan anak di internet, para orangtua bisa mengambil keuntungan cara-cara baru berkomunikasi dengan mereka.
7. Beri contoh yang baik
Stephen menilai anak-anak cenderung meniru yang dilakukan orangtua ketimbang yang dikatakan. Oleh karena itu, orangtua harus memberikan contoh berinternet yang baik agar dapat menjadi contoh bagi anak.
Selain itu, orangtua juga dapat memberi contoh tentang batas waktu penggunaan internet. “Orangtua dapat membuat hari tanpa teknologi, dan mengajak anak bermain secara langsung, agar kedua belah pihak lebih bisa berinteraksi,” jelas Stephen.
(Din/Ysl)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: