Liputan6.com, Jakarta Rawannya anak terhadap hal yang mengandung fanatisme dan mengajak dirinya untuk membenci hal lain, membuat orangtua harus lebih mengawasi dan bisa mencegah sifat fanatik tersebut.
"Pencegahan yang dapat orangtua lakukan adalah dengan memberikan sudut pandang lain terhadap suatu hal," kata psikolog klinis, Ayu Pradani Sugiyanto Putri, M.Psi ketika dihubungi Health-Liputan6.com, Selasa (13/2/2018).
Advertisement
Orang tua juga harus bisa memberikan bahwa suatu hal bukanlah hal yang tunggal. Menurut Ayu, selalu ada sudut pandang lain terhadap suatu hal.
"Orangtua juga dapat memberikan pandangan mengenai dampak yang akan terjadi ketika seseorang memiliki fanatisme terhadap suatu hal," tambah Ayu. Hal ini, menurut Ayu, akan sulit apabila dalam lingkungan keluarga juga memiliki paham yang dianggap fanatik.
"Orangtua yang fanatik tentu berpengaruh pada anak. Karena orangtua merupakan orang yang menerapkan nilai-nilai pada anak," ujar Ayu.
Maka dari itu, menurut Ayu, masyarakat juga harus bisa berperan, apabila memang ada rumah tangga yang dianggap meresahkan.
Masyarakat atau tetangga yang dekat dengan rumah tangga tersebut, bisa mengungkapkan keresahannya terhadap fanatisme yang dilakukan oleh orang tersebut.
"Agar mereka menyadari bahwa perilakunya sudah berdampak pada orang lain," tambah Ayu.
Simak juga video menarik berikut ini:
Bisa disembuhkan
Fanatik sendiri adalah keyakinan atau kepercayaan yang kuat dan berlebihan terhadap suatu hal.
Menurut Ayu, keyakinan ekstrem ini nantinya menjadi lebih kuat apabila lingkungan atau kelompoknya memberikan respons yang positif pada perilakunya tersebut.
Perilaku fanatik sendiri kerap dikaitkan dengan hal-hal yang negatif, bahkan sampai pada tahap kekerasan.
"Mereka tidak mampu melihat sudut pandang lain dan dampak dari perilaku yang mereka tampilkan pada orang lain. Sehingga hal yang ditampilkan cenderung merupakan hal negatif," terang Ayu.
Menurutnya, selain karena mereka tidak mampu melihat dari sisi yang lain, orang tersebut juga mendapatkan kepuasan dari perilaku mereka.
Walaupun begitu, bukan berarti sifat ini tidak dapat disembuhkan. Menurut Ayu, sifat yang berlebihan seperti ini dapat disembuhkan dengan pertemuan tatap muka selama beberapa kali dengan psikolog.
Advertisement