Liputan6.com, Jakarta Pada April 2012, Nikolai Yakovenko mengalami benturan saat pertandingan rugby alumni Columbia University. Dia mengalami cedera otak.
Cedera otak itu membuatnya tersungkur dan tidak sadarkan diri lebih dari tiga menit. Dia mengalami tiga kali kejang dan tangannya tidak bisa bergerak.
Advertisement
Dilansir dari New York Post, Selasa (13/2/2018), Yakovenko dilarikan ke rumah sakit dan mengalami koma. Sehari kemudian, dia tidak mampu menggerakkan sisi kanan atas bagian tubuhnya. Namun, hanya dalam seminggu, dia sudah kembali ke rumah.
Yakovenko percaya bahwa dia bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Dia memulai rencana pemulihan otak bersama pacarnya di Brooklyn. Ia merancang sebuah program yang berpusat pada keterlibatan otak, olahraga, dan istirahat dengan baik.
Yakovenko menghabiskan banyak uang untuk latihan yang dia jalani. Untuk mendapatkan kembali proses antara otak dan tubuh, memang bukanlah hal yang mudah.
"Saya menghabiskan tahun pertama berolahraga dengan ikatan penahan untuk bahu saya, dan memukul bola pingpong. Pada awalnya, tantangan hanya memegang segelas air. Saya berlatih mengambil koin dari lantai, tapi itu membosankan," kata Yakovenko.
Belakangan, dia mencoba latihan keseimbangan dengan bola dan mengangkat beban. Namun itu terlalu melelahkan. Akhirnya dia berlari dan bersepeda, serta olahraga dengan beban yang terikat pada kabel.
"Saya mulai melakukan gerakan menarik daripada mengangkat. Itu menyebabkan disorientasi karena banyaknya gerakan," kata Yakovenko.
Simak juga video menarik berikut ini:
Otak memperbaiki dirinya sendiri
Selain itu, dia juga menghadiri kelompok penderita cedera otak di akhir 2016. Itulah yang membuatnya kehilangan rasa tertekan dan bisa berpikir jernih kembali.
"Saya tetap melatih otak saya dengan menulis kode, membaca, dan bermain poker," katanya.
Ketika otaknya sembuh, Yakovenko mulai melakukan sesuatu yang lebih sulit. Dia menekan dirinya untuk bisa berlatih lebih keras.
"Saya mulai mengangkat beban enam bulan yang lalu dan cukup untuk kembali pada diri saya sebelum kecelakaan terjadi," kata Yakovenko.
Ahli saraf di New York, Dr. Laura Boylan tidak mengkritik apa yang dilakukan Yakovenko.
"Saya percaya pada otak untuk memperbaiki dirinya sendiri," kata Boylan. Menurutnya, usia Yakovenko juga menjadi faktor yang membantu penyembuhan. Selain itu, seorang atlet lebih tahu tentang dirinya sendiri.
Advertisement