Liputan6.com, New York - Setiap malam, berjuta pemuda asal China memilih untuk menghabiskan waktu dengan menonton berbagai hiburan di layar ponsel via live streaming. Mereka juga tidak segan mengeluarkan uang demi membeli hadiah dan kado virtual bagi idola favoritnya.
Tren gaya hidup yang tengah digandrungi ini jadi peluang bisnis yang sedang naik daun di Negeri Tirai Bambu. Keuntungan yang mampu direguk pun tidak sedikit. Seorang mantan jurnalis asal China bernama Xueling Li berhasil menjadi miliarder berkat menjalankan bisnis di bidang live streaming.
Baca Juga Advertisement
Dilansir dari thestar.com.my, Selasa (13/2/2018), Xueling Yi merupakan pendiri dari YY, salah satu platform live streaming di China. Selama 12 bulan terakhir, saham YY terus meningkat ditengah popularitas platform yang terus menanjak. Kini nilai saham YY sudah lebih tinggi tiga kali lipat dibanding tahun lalu.
Hal ini memberi dampak besar bagi Xueling Li. Bloomberg Billionaires Index mengungkap, kekayaan Li kini meningkat tajam ke angka US$ 1,3 miliar.
Sebagian besar kekayaan Li datang dari saham YY buatannya. Pria berusia 44 tahun ini merupakan pemilik dari 20 persen saham platform live streaming tersebut.
Tak hanya itu, Li ternyata juga memilliki saham dalam jumlah besar dari perusahaan live streaming asal Singapura, BIGO Technology. Sahamnya di BIGO bernilai lebih dari US$ 200 juta.
Bekas jurnalis
Sebelum sukses sebagai seorang pengusaha, Li memulai kariernya sebagai seorang jurnalis teknologi. Pria lulusan Renmin University of China ini bekerja di industri media hingga menjadi pimpinan redaksi dari NetEase.com.
Setelahnya, ia memutuskan untuk keluar dari perusahaan pada tahun 2005 untuk fokus berbisnis. Ia mulai membuat platform gim online bernama Duowan.com dengan suntikan dana investor. Platform gim online itu terus bertransformasi hingga memiliki fitur live streaming dibawah bendera YY.
Selain live streaming, pengguna YY juga bisa menggunakan berbagai fitur lain seperti live-chat, mendengarkan lagu, edukasi dan masuk dalam forum kencan online. Pada tahun 2012, perusahaan saham Li melantai di Bursa saham Amerika Serikat.
Sebagai informasi, China merupakan pasar terbesar untuk platform live streaming. Menurut laporan dari Deloitte, keuntungan yang bisa direguk dari live streaming ini bisa mencapai US$ 4,4 miliar di tahun 2018.
Advertisement