Liputan6.com, Cilacap - Ratusan rumah di Desa Tarisi dan Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, terendam banjir akibat jebolnya saluran afoor (buangan perkebunan) di Cikaronjo, Senin sore, 12 Februari 2018.
Banjir juga menyebabkan ratusan kolam ikan di dua desa itu limpas. Puluhan ton ikan yang dipelihara petani pun lepas ke alam bebas. Tercatat di dua desa di Cilacap itu ada 213 kolam yang terendam.
Tak hanya itu, banjir juga merendam puluhan hektare padi yang kini tengah berbuah muda. Jika rendaman lebih dari tiga hari, petani khawatir bulir padi membusuk.
Baca Juga
Advertisement
Kendati belum dihitung, diperkirakan kerugian akibat dampak banjir ini mencapai ratusan juta rupiah.
Apalagi, banjir tak kunjung surut lantaran amblesnya gorong-gorong pembuangan. Untuk membuka saluran buang, perlu alat berat yang hingga kini belum tiba. Air pun tetap menggenang.
Diperlukan pula koordinasi dengan lintas instansi untuk membongkar saluran air ini, terutama Balai Pengawasan Wilayah Sungai (BWWS) Citanduy, yang dulu dikenal dengan nama Procit.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Edy Sapto Priyono mengatakan, rumah yang terendam banjir berada di Dusun Cikaronjo, Rangkasan, dan Sidadadi, Desa Tarisi.
375 Rumah Terendam Banjir
Di Dusun Cikaronjo terdapat 91 rumah yang terendam. Kemudian di Dusun Rangkasan mencapai 178 rumah. Adapun di Dusun Sidadadi, jumlah rumah terendam mencapai 106 unit. Sementara, jumlah rumah yang terendam di Cilongkrang masih didata.
Namun, dipastikan tak ada pengungsi dalam banjir kali ini. Pasalnya, rumah terendam hanya dengan ketinggian maksimal 20 sentimeter. Adapun di pekarangan, kedalaman air berkisar 50-80 sentimeter. Warga pun memilih untuk bertahan di rumah.
"Yang terdampak itu ada dua desa, yakni Desa Tarisi dan Desa Cilongkrang. Itu karena jebolnya tanggul afoor itu ya," ucap Edy, saat dihubungi Liputan6.com, Selasa, 13 Februari 2018.
BPBD mendirikan posko pengungsian untuk mengantisipasi bertambah tingginya rendaman. Sebab, hingga saat ini, ratusan warga bersama dengan relawan belum selesai membendung dan memperbaiki saluran afoor.
Dikhawatirkan, banjir kembali datang dan merusak tanggul yang sebelumnya telah jebol tersebut.
"Sekarang, hari ini, warga sedang kerja bakti untuk membendung dan memperbaiki saluran afoor," dia menjelaskan.
Advertisement
Kabar Duka dari Desa Tetangga
BPBD pun berencana mendatangkan alat berat untuk mempercepat perbaikan tanggul dan membuka gorong-gorong yang ambles. Gorong-gorong yang ambles itu membuat rendaman tak kunjung surut.
BPBD juga meminta Balai Pengawasan Wilayah Sungai (BWWS) Citanduy mengeruk saluran afoor agar jika terjadi banjir tak menyebabkan banjir. Sebab, saluran air utama ini sudah dangkal.
Hujan lebat yang terjadi di wilayah barat Cilacap ternyata juga menyebabkan insiden meninggalnya seorang petani, Kuswandi (46). Ia tewas di kolamnya sendiri di Dusun Cukangleuleus Desa Adimulya, Wanareja, tetangga Kampung Tarisi dan Cilongkrang.
Berdasarkan keterangan saksi-saksi, korban sempat terlihat tengah membersihkan pekarangan belakang rumah yang ada kolam ikannya, sekitar pukul 08.00 WIB. Hingga sore tak ada satu pun anggota keluarga yang melihat keberadaan korban.
Sebab itu, anak korban mencarinya seusai sekolah. Sekitar pukul 16.30 WIB, jenazah korban ditemukan mengapung di kolamnya sendiri. Diduga, ia tenggelam.
"Korban diangkat ke daratan dan diketahui sudah meninggal dunia," ujar Sunarto, Kepala Seksi Trantibum Kecamatan Wanareja.
Tim Indonesia Automatic Fingerprints Identifications System (Inafis) Polres Cilacap dan petugas kesehatan juga memastikan bahwa korban meninggal lantaran tenggelam. Tak ada tanda-tanda kekerasan di jenazah Kuswandi.
Saksikan video pilihan di bawah ini: