Liputan6.com, Moskow - Biksu Dashi-Dorzho Itigilov meninggal dunia 90 tahun lalu di Buryatia, sebuah wilayah di Siberia.
Berdasarkan wasiat terakhirnya, sang biksu menulis ia akan memasuki Nirwana, tapi ia minta kuburannya digali kembali 30 tahun kemudian.
Advertisement
Hal-hal aneh terjadi belakangan ini dengan jasad pria suci tersebut. Tak jelas apakah ia benar-benar mati atau berada dalam kondisi tidur nyenyak.
Dashi-Dorzho Itigilov duduk dalam posisi teratai (posisi duduk asana dengan menyilangkan kaki dengan menempatkan satu atau kedua kaki pada paha yang berlawanan) 90 tahun lalu, mengumpulkan murid-muridnya dan meminta mereka untuk mendoakannya.
Ia larut dalam tingkat meditasi yang dalam, sebelum pada akhirnya memasuki Nirwana.
"Kunjungi saya dan periksa tubuh saya 30 tahun lagi, dan 75 tahun dari sekarang angkat tubuh saya dari Bumi," kata Itigilov sebelum meninggal, seperti dikutip dari RBTH Indonesia, Selasa (13/2/2018).
Duduk dalam posisi tersebut, sang biksu ditempatkan dalam peti kubus yang terbuat dari kayu pohon cemara dan dibalur garam, seperti yang ia minta dalam wasiatnya.
Terakhir kali jasadnya diperiksa ialah pada 2005. Sejak itu, para biksu tak diizinkan untuk memeriksa atau pun mengambil gambar jasad sang biarawan.
Anehnya, selama hampir satu abad tubuhnya mengalami kenaikan dan penurunan berat badan, memancarkan kelembaban dan tidak membusuk.
Pengikut Buddha Termahsyur
Lahir pada 1852 di Ulza Dobo (kini merupakan bagian dari Buryatia, salah satu subjek federal Rusia yang terletak 4.400 km di timur Moskow), Itigilov kehilangan orang tuanya sejak masih kecil dan hampir tak tahu apa-apa tentang mereka.
Seiring waktu, fakta ini melahirkan legenda dikalangan para biarawan mengenai asal-usulnya yang istimewa. Misalnya, ada yang bilang bahwa ia datang ke Bumi sebagai anak berusia 5 tahun, sebagai entitas ilahi -- sang Bodhisattva atau Buddha.
Sebagai seorang yatim piatu, Itigilov mengisi hari-harinya dengan menggembala. Menurut para biarawan, ia sangat menyukai batu nisan dan benda-benda berbau kuburan.
Sang bocah akan membawa ternak gembalanya ke pemakaman dan ia akan bermain dengan orang-orang mati, menyisiri rambut mereka dan berkata: "Kalau saja kau mendengar kata-kataku, kau tak akan mati dan tergeletak di sini."
Kala itu, orang-orang Buryat tak menggunakan peti mati dan biasanya tak mengubur mayat, tapi meletakkan mereka di platform-platform di antara pepohonan atau bukit.
Suatu hari, Itigilov muda mendekati beberapa orang, salah satunya adalah seorang pria yang memiliki tongkat dengan tengkorak di atasnya.
"Bocah ini akan menjadi orang hebat dan kelak mengingkari kematian," kata orang tersebut.
Legenda biara menyebutkan banyak hal mengenai Itigilov yang kedengarannya sungguh ajaib dan sulit dipercaya. Sebagai contoh, air terbelah di hadapannya.
Satu-satunya hal yang diketahui secara pasti adalah saat ia berusia 15 tahun, Itigilov datang ke sebuah biara Buddha, 300 km dari desa asalnya, dan selama 23 tahun ia mempelajari teks religius.
Di sana, ia mengajar murid-muridnya, menjadi kepala biara dan bertemu dengan Tsar Nikolay II. Tak lama sebelum Perang Dunia I, ia menjadi pemimpin umat Buddha di Siberia Timur.
Seiring menguatnya ateisme pada masa Soviet, Itigilov meramalkan penindasan yang akan biara hadapi sehingga ia meminta rekan-rekan biksunya untuk meninggalkan negara tersebut.
Namun, ia sendiri tak meninggalkan Uni Soviet, seraya menegaskan bahwa mereka tak akan menangkapnya. Berdasarkan berbagai dokumen, ia meninggal pada tahun 1927 di usia 75 tahun.
Advertisement
Lelucon Buddhis Buryat?
Tubuhnya kemudian diteliti 28 tahun kemudian, bukan 30 tahun seperti yang telah ia minta. Ketika itu, angin ribut menyerang Buryatia dan warga lokal yang ketakutan berdoa padanya untuk meminta bantuan, sehingga mereka membuka kotak peti sang biarawan.
Sendinya ternyata masih lentur, kulitnya masih mempertahankan elastisitas dan area di sekitar jantungnya hangat. Orang-orang mengganti pakaiannya dan ia kemudian dikuburkan kembali. Prosedur yang sama diulang pada tahun 1973.
Pada 2002, seperti yang ia minta dalam wasiatnya, peti mati dan jasad Itigilov diteliti dan dipindahkan ke Datsan (biara) Ivolginsky dekat Ulan-Ude. Tutupnya tak dibuka malam itu, dan para biksu hanya berdoa sembari menyalakan lilin.
Pada pagi hari, seorang peneliti forensik membuka kotak tersebut dan menemukan baluran garam di pundaknya. Kepala Itigilov berada dalam kondisi yang sangat baik hingga orang mungkin menduga bahwa sang biarawan masih hidup, kata para saksi.
"Awalnya, semua orang menganggap ia adalah lelucon Buddhis Buryat, tapi kini tidak. Organ dalamnya dalam kondisi bagus, begitu pula matanya. Seorang pakar baru-baru ini datang dan mengatakan bahwa tubuhnya terlihat seperti seseorang yang baru mati beberapa jam lalu," kata Yanzhima Vasilieva, direktur Institut Pandito Hambo Lama Itigilov.
Mseki para peneliti tak berkesempatan untuk menaruh stetoskop di dada Itigilov, para biarawan sepakat mengirim dua gram sampel untuk diperiksa, termasuk rambut, partikel kulit dan dua potong kuku.
"Spektrofotometri inframerah menunjukkan bahwa sampel proteinnya memiliki karakter yang masih hidup. Saat kami memeriksa jasadnya tak ada bau seperti mayat yang membusuk," kata Viktor Zvyagin, mantan direktur identifikasi di Pusat Pemeriksaan Medis Forensik Rusia, menyimpulkan.
Namun hal ini bukan berarti sang biksu masih hidup. Analisis kulitnya menunjukkan bahwa bromin dalam tubuhnya 40 kali lebih tinggi dari angka normal dan temperatur tubuhnya 20 derajat lebih rendah, yang menunjukkan tanda-tanda kematian yang jelas.
Tak mengejutkan, para biarawan (kecuali Dalai Lama yang memilih untuk tak berkomentar) membuat klaim sebaliknya, sama seperti ribuan peziarah yang datang untuk melihat jasad Itigilov.
Apalagi, sarkofagus yang menyimpan tubuh sang biarawan mengalami kenaikan bobot sekitar dua kilogram per tahun. Dalam enam tahun terakhir, berat tubuhnya telah meningkat sekitar 10 kilogram. Kelembaban kadang muncul di tubuhnya yang menyiratkan keringat.
Para pakar percaya mereka telah menemukan penjelasan nonsupranatural. Kacang polong memiliki bromin dengan level yang tinggi yang dapat menekan sensitivitas tubuh dan membatasi dampak stimulasi impuls eksternal, hampir tanpa memengaruhi bagian-bagian otak yang mengontrol pernapasan dan sirkulasi darah.
Ada teori yang menyebutkan bahwa saat Itigilov masih hidup, ia sengaja memakan banyak kacang polong dan dengan bantuan hipnosis-mandiri, sehingga mematikan fungsi metabolisme vital tubuhnya.
Dengan kata lain, ia melarutkan dirinya dalam meditasi yang sungguh dalam dan memasuki kondisi anabiosis. Setelah itu, ia meninggal. Garam atau jaringan kering dapat menyerap air dan memengaruhi bobot tubuh saat ia terekspos dengan udara.