Rex Tillerson: Terlalu Dini Bagi AS untuk Berdialog dengan Korea Utara

Menlu AS Rex Tillerson mengatakan bahwa "terlalu dini" bagi AS untuk berdialog atau membahas perundingan langsung dengan Korea Utara.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 14 Feb 2018, 09:09 WIB
Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson (AP Photo/Jacquelyn Martin)

Liputan6.com, Washington DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengatakan bahwa "terlalu dini" bagi AS untuk berdialog atau membahas perundingan langsung dengan Korea Utara. Hal itu diutarakan oleh Tillerson pada Senin, 12 Februari 2018.

Pernyataan Tillerson berseberangan dengan Wakil Presiden Mike Pence yang sebelumnya mengatakan bahwa AS terbuka untuk melakukan pembicaraan.

Mengomentari komentar Pence, Tillerson mengatakan bahwa terlalu dini untuk menganggap bahwa AS dan Korea Utara telah mulai memasuki tahap baru, yakni dialog.

"Saya pikir terlalu dini untuk menilainya," kata Tillerson seperti dikutip dari VOA (14/2/2018).

Sebelumnya, Wapres Pence mengatakan bahwa AS dan Korea Selatan telah menyetujui persyaratan untuk keterlibatan diplomatik di masa depan dengan Korea Utara. Seperti ditulis dari the Washington Post.

Kendati demikian, Pence juga mengatakan Amerika Serikat dan para sekutunya akan memberlakukan "tekanan keras dan meningkat" pada Pyongyang sampai negara itu mengambil "langkah yang jelas menuju denuklirisasi."

Namun sang Wapres AS juga mengatakan bahwa Gedung Putih bersedia untuk "duduk dan berbicara dengan rezim itu (Korea Utara) sementara tekanan terus berlangsung."

"Jika Anda ingin berbicara, kita akan bicara," kata Pence soal kemungkinan dialog AS dengan Korea Utara, seperti dikutip the Post.

Saksikan Juga Video Pilihan Berikut Ini:


Dialog dan Isolasi pada Langkah yang Bersamaan?

Wakil Presiden AS, Mike Pence berdoa di hadapan Tembok Ratapan selama kunjungan ke Yerusalem, Selasa (23/1). Pence mengikuti jejak Donald Trump sebagai Presiden AS pertama yang mengunjungi dan berdoa di lokasi itu tahun lalu. (Ronen Zvulun/Pool via AP)

Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence mengatakan bahwa negaranya dan Korea Selatan sepakat untuk tetap memberi tekanan terhadap Korea Utara.

Hal tersebut disampaikan Pence setelah menghadiri Olimpiade Musim Dingin PyeongChang di Korea Selatan, dengan mengatakan bahwa tak ada "perbedaan" antara AS dan Korsel terhadap Korea Utara.

"Tak ada "perbedaan" antara Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Jepang untuk terus melanjutkan isolasi Korea Utara secara ekonomi dan diplomatis hingga mereka mengakhiri program pengembangan nuklir dan rudal balistik," ujar Pence kepada para awak media di dalam pesawat menuju AS seperti dikutip dari BBC, Minggu 11 Februari 2018.

Pernyataan itu disampaikan Pence setelah Olimpiade Musim Dingin memperlihatkan membaikanya hubungan antara Korea Utara dan Selatan -- selama ini terjadi ketegangan hubungan kedua negara karena pengembangan rudal dan nuklir Korut.

 


Kim Jong-un Mengundang Moon Jae-in untuk Berdialog

Gambar yang dirilis Kamis (25/1), memperlihatkan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un berkeliling sambil meninjau pabrik farmasi di Pyongyang. Obat-obatan menjadi salah satu komoditi yang dijual Korut guna mendanai proyek nuklir. (KCNA VIA KNS/AFP)

Pada Sabtu 10 Februari 2018, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengundang Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, ke Pyongyang untuk melakukan pembicaraan.

Undangan yang ditulis tangan itu disampaikan melalui sebuah surat yang dibawa oleh adik perempuan Kim Jong-un, Kim Yo-jong, saat bertemu dengan Moon.

Jika pertemuan itu terjadi, maka hal tersebut akan menjadi pertemuan pertama dalam sepuluh tahun antara pemimpin Korea Utara dan Selatan.

Moon mengatakan bahwa pertemuan tersebut harus diwujudkan. Ia pun mendorong Korea Utara untuk kembali melakukan perundingan dengan Amerika Serikat.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya