Fadli Zon: Ada Aroma Diadu Domba di Tragedi Gereja Santa Lidwina

Fadli Zon desak polisi untuk mengusut tuntas tragedi Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 13 Feb 2018, 23:57 WIB
Kondisi dalam ruangan usai penyerangan Gereja St Lidwina Bedog, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2). (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengecam tragedi penyerangan jemaat di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta. Dia mendesak Polri untuk mengusut tuntas aksi-aksi brutal ini, termasuk motif para pelaku.

“Aksi penyerangan terhadap jemaat dan pimpinan Misa di Gereja Santa Lidwina Sleman, Yogyakarta, jelas melukai kita. Saya mengecam tindakan tak beradab tersebut. Tindakan itu sama sekali tak mencerminkan ajaran agama manapun," ujar Fadli melalui keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Selasa (13/2/2018).

Menurut politikus Partai Gerindra ini, kejadian seperti yang terjadi di Gereja Santa Lidwina bukan pertama kali terjadi. Bahkan, dia mencurigai ada siasat adu domba dalam peristiwa tersebut.

"Saya mencium aroma adu domba antar kelompok di sini," ucapnya.

Peristiwa yang mencuat akhir-akhir ini, kata dia, seperti terpola. Terlebih tragedi itu menimpa dua kelompok berbeda.

"Jadi jangan heran, jika ada sebagian dari kita yang menduga bahwa saat ini sedang ada semacam upaya adu domba," ujar Fadli.

 


Dari Yogya ke Suriah

Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) penyerangan yang terjadi di Gereja Santa Lidwina Bedog, Trihanggo, Sleman, Yogyakarta, Minggu (11/2). Penyerangan terjadi saat Misa Ekaristi. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Polisi terus mendalami latar belakang Suliyono (22), pelaku penyerangan di Gereja Santa Lidwina, Sleman, Yogyakarta. Diduga, pria asal Banyuwangi, Jawa Timur itu telah terpapar paham radikal.

Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, pelaku tidak memiliki tempat tinggal di Jogja. Dia diketahui sempat tinggal di wilayah Magelang, Jawa Tengah sebelum akhirnya ke Yogya untuk transit menuju Suriah.

"Di Yogya dia melihat-lihat internet mencari di mana gereja yang deket, di mana dia bisa beli senjata. Artinya dia datang ke Yogya itu memang transit dan dia tidak mempunyai tempat tinggal khusus di Yogya," ujar Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (13/2/2018).

Dia melanjutkan, Suliyono sempat mondok sebentar di Magelang. Dia juga telah tinggal di sebuah musala di wilayah Jogja selama tiga hari sebelum melakukan aksi terornya di Gereja Santa Lidwina.

Selama tinggal di wilayah Magelang dan Jogja, Suliyono beberapa kali berusaha membuat paspor untuk berangkat ke Suriah. Namun pembuatan paspor tersebut gagal lantaran terkendala dokumen.

"Sehingga paspornya ditolak Imigrasi Magelang dan Jogja. Dia dua atau tiga kali (berusaha membuat paspor). Saya dapat info dia memang berupaya melakukan jihad, mau ke luar negeri," kata dia.

Hingga saat ini, polisi belum bisa menyimpulkan motif penyerangan tersebut. Polisi terus menggali latar belakang pelaku untuk mengungkap aksi teror tersebut.

Dari hasil interogasi sementara, diketahui pelaku pernah sekolah di Banyuwangi hingga tingkat SMP. Suliyono juga diketahui pernah tinggal di Poso, Sulawesi Tengah.

"SMA-nya ada di Morowali, Sulawesi Tengah dan kuliah di Palu. Kemudian dia ikut kegiatan-kegiatan organisasi keagamaan yang mempunyai akidah yang berbeda pemahamannya," ucap Setyo.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya